"I am Caine. I will help You." -- David Carradine sebagai Caine dalam serial tv `Kung Fu'
NAMANYA Kwai Chang Caine. Siapa dia? Yang jelas dia jagoanlah. David Carradine adalah aktor yang memerankan si Caine, jagoan kungfu yang memiliki darah separuh Tiongkok, setengahnya lagi orang Amerika. Di tahun 1980-an, saban malam Selasa, dia muncul dalam serial dengan tajuk 'Kungfu'. Berbeda dengan jagoan shaolin yang memiliki kecepatan dan kekuatan dalam pukulannya, Caine praktis lamban. Namun dalam sekali gerakan, musuh sudah terpontal-pontal. Kepala benjut. Kaki dan tangan keseleo. Tapi memang tak ada yang menganggapnya. Pakaiannya lusuh, rambutnya dibiarkan agak sedikit gondrong. Dia tak punya rumah, saudara, apalagi pacar.
Caine seorang nomaden sejati. Hanya berteman seruling dan tas yang tak pernah ketahuan isinya. Siapa sangka, dalam bungkusan yang sederhana bahkan terkesan apa adanya, dia punya sikap dan perilaku yang luhur. Dengan kemampuan kungfunya, dia selalu siap menolong orang yang lemah. Tanpa diminta. Dengan wajah penuh senyum dan tangan terbuka, Caine selalu mengatakan, "I am Caine. I will help you."
Serial Kungfu ini sangat digemari di negara asalnya, tak aneh kalau serial ini memperoleh penghargaan sebagai 'award-winning American television series'. Di Indonesia juga banyak yang demen, walaupun secara koreografi gerakan seni kungfunya sama sekali tidak menarik. Banyak orang suka dengan falsafah hidup yang disajikan serial ini. Pas dan mengena. Kesederhanaan dan ketiadaan bukanlah penghalang untuk memberikan pertolongan pada orang lain.
NAMANYA Cepot. Tampangnya sama sekali tidak enak dilihat. Jelek habislah pokoknya. Mukanya merah, giginya nongol. Dandanannya selalu berbaju hitam, lengkap dengan ikat kepala. Biar pun buruk rupa, dia selalu menghibur. Lewat tangan dan suara Asep Sunandar Sunarya, salah satu dalang wayang golek nan kondang, Cepot menjadi ikon di pertunjukannya, mengalahkan dua saudaranya Dewala dan Gareng. Cepot tak jelas jati dirinya. Sudah punya isteri atau belum, hobinya apa pun tak ketahuan. Kerjaannya kalau tidak ngibing alias menari, paling juga membanyol. Dia juga yang bisa menahan kantuk para penonton yang bisa bertahan hingga pagi menjelang. Satu gayanya yang khas yang sulit dilupakannya adalah saat berteriak memohon pertolongan. "Tulung, tulung, tuluuuuuuuuung", ujarnya sambil kemudian diikuti dengan gaya cengengesannya. Penonton pun tertawa.
Itulah dua tokoh hiburan yang akrab di benak penonton. Satu bule, satunya lokal punya. Caine dan Cepot, keduanya digandrungi dan disuka, dengan ulah dan falsafahnya. Yang satu pandai beraksi, yang satunya ngebanyol. Kesamaannya hanyalah nilai falsafah hidup yang tersirat dalam tayangannya. Namun ternyata semuanya menguap. Cepot dan Caine nyatanya hanya ada di kotak televisi. Adakah berbekas di dalam dunia nyata?
NAMANYA Adin. Umurnya pun singkat, 46 tahun. Awal bulan Juni ini, Adin yang bekerja sebagai petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, meninggal dunia secara tiba-tiba. Bukan karena tersambar angkot yang ugal-ugalan. Atau tertabrak motor yang menerobos lampu merah. Usianya tak lagi bertambah, karena menderita kelaparan yang sangat. Menurut cerita sang istri, yang dikutip media lokal, suaminya meninggal akibat menahan lapar tak terperi. Sejak malam sebelum ditemukan tewas, Adin hanya makan satu kali sehari. Itu terpaksa dilakukan karena dia harus berbagi makanan dengan ketiga anaknya, yang juga sama-sama lapar. Gajinya tak cukup untuk membeli kebutuhan pokok.
Mencari jawab dari persoalan ini tentulah rumit. Para ahli sosiologi pun kesulitan untuk menjawabnya. Masalahnya kompleks, pertautan berbagai masalah pada akhirnya hanya laku di seminar atau ruang kuliah. Dalam dunia nyata, duh, takkan bisa dicari dengan mudah solusinya.
Caine tak mampir di Bogor. Cepot juga tak ada disana. Perut keroncongan Adin tak sekencang teriakan milik Cepot yang bisa mengundang perhatian. Adin menahan sakit dan lemas yang tak terperikan dalam sunyi siang yang terik. Pengendara mobil yang melintas dan melihat Adin saat bertugas, tak cukup peka untuk itu.
Pemerintah daerah barangkali tak punya uang lebih untuk memberikan tambahan penghasilan Adin, meski tak ragu menambah dana demi meraih penghargaan Adipura sebagai kota terbersih. Barangkali saatnya kita membuka mata dengan keadaan sekitar. Tewasnya Adin telah membuktikan makin terkikisnya kepedulian berbagi dengan sesama. Nasi bungkus seharga enam ribu rupiah yang dibutuhkan Adin nilainya sama dengan yang kita bayar ketika pintu taksi dibuka atau hanya setengah dari tips yang kita berikan pada pelayan di restoran. Malah harga rokok yang kita bakar jauh lebih mahal.
Menolong atau berbagi terhadap sesama bukanlah pekerjaan sulit. Tak perlu harus banyak uang. Dengan membuat orang lain dapat tersenyum dan tertawa di kala hatinya gundah pun, Anda telah memberikan sesuatu. Menolong dan berbagi dengan sesama dapat dilakukan dengan banyak hal.
Kita perlu belajar pada sikap Caine dan sedikit demi sedikit mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal-hal yang sepele. Menegur atau memberi tempat duduk pada wanita hamil di dalam bus atau kereta, misalnya. Jangan ragu juga untuk mengatakan, "Ada yang bisa saya bantu?", terhadap orang lain yang sekiranya membutuhkan bantuan. Sepertinya kita harus melatih kepekaan. Sehingga kita jadi mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh tetangga atau pun teman kantor. Dengan berbagi pun kita bisa belajar dan menghargai kehidupan itu sendiri, kita mungkin bisa lebih memahami perilaku dan karakter orang lain.
Sikap bermurah hati tidak hanya menguntungkan bagi mereka yang mendapatkan pertolongan. Sebuah penelitian menunjukkan, dengan berbagi terhadap sesama, membuat diri kita menjadi lebih bahagia.
Dengan berbagi, juga menjadikan hidup ini lebih bermakna. Apalagi dalam keadaan yang serba sulit seperti saat ini yang mendera sebagian besar masyarakat, sikap berbagi perlu terus digalakkan.
Anda tak akan rugi sedikitpun jika Anda mau berbagi terhadap sesama. Selain Anda melakukan investasi menabung pahala, Anda juga melakukan investasi kebaikan yang Anda tanam sendiri. Karena hukum kekekalan energi mengatakan, tiada energi yang hilang bila dikeluarkan. Ia akan kembali dalam bentuk lain. Begitu pula soal kebaikan. Ia tak akan hilang walau Anda telah memberikannya. Jadi bila Anda mengalami kesusahan, percayalah, akan ada orang lain yang datang dan memberikan pertolongan.
* Pernah dimuat di Koran Tempo - Sabtu, 21 Juni 2008
Saya dan my sister mengoleksi novel Lupus sejak masih remaja. Beberapa hilang karena dipinjam dan tak pernah kembali. Akhirnya saya beli lagi. Dulu mencarinya penuh perjuangan. Dari satu toko buku ke toko buku lainnya. Tak terkecuali lapak buku bekas Pasar Senen disinggahi. Dulu belum ada toko online semacam tokopedia, bukalapak, shopee dan lainnya.
Saat menyantap rujak buah di meja rapat dengan para kolega sambil melihat ikan cupang yang berada dihadapan kami, saya bertanya ke para kolega, apa persamaan dan perbedaan ikan cupang dan rujak buah. Mereka cuma bingung dengan pertanyaan aneh tersebut.
Langkanya minyak goreng yang terjadi di sejumlah daerah kembali mengingatkan saya akan perbincangan dengan almarhum Pak Mar’ie Muhammad. Pak MM, biasa kami menyebutnya begitu, merupakan Menteri Keuangan periode Maret 1993-Maret 1998. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada 11 Desember 2016 di RS PON Jakarta.