DAUN UBI TUMBUK. Kuliner ini sudah mulai sulit ditemui di Jakarta. Daun ubi tumbuk merupakan hidangan jenis sayuran menggunakan daun singkong dan beberapa bumbu yang ditumbuk. Di daerah asalnya, biasa ditumbuk dengan lesung dan alu batu. Disini biasa menggunakan cobek dan ulekan.
Bahannya daun singkong ditambah sedikit cabe, bawang merah, bawang putih, kincong/kecombrang, rimbang, dan udang kering yang ditumbuk secara bersamaan. Saudara kami kadang menambahkan daun salam dan serai, katanya sebagai penetralisir bagi penderita darah tinggi. Setelah itu dicampur santan lalu dimasak.
daun ubi tumbuk, kuliner khas Batak
Masakan ini ditemukan dalam tradisi kuliner Batak. Dapat pula dijumpai dalam kuliner Padang, Dayak, Manado, dan Bugis. Walau di Jakarta, bila menyebut daun ubi tumbuk identik dengan kuliner Batak. Ada berbagai variasi tambahan bumbu atau cara memasaknya di beberapa tempat.
Masakan ini sebenarnya tak mudah ditemui di Jakarta. Biasanya yang menyajikan resto khas Melayu (bukan resto Padang ya) dan lapo, yang jumlahnya di Jakarta tak sebanyak resto Padang. Ada juga resto Padang yang menyajikan, tapi jarang, umumnya juga daun ubi tumbuknya sudah mengalami variasi dari bahan dan cara memasaknya. Biasanya terlihat lebih kental kuahnya.
Bila pun tersedia disini, harganya tidak terhitung murah untuk masakan jenis sayur. Mengapa sulit ditemui di Jakarta dan kalaupun ada harganya tidak murah? Harga seikat daun singkong memang murah, sekitar 3ribu hingga 5ribu, tapi memasaknya yang lama dan butuh ketelatenan. Ini juga mungkin yang membuat para ibu lebih memilih memasak sayur yang lebih mudah cara memasaknya. Mungkin ya.
Kita menemui masakan ini pada saat acara tertentu keluarga, misalnya arisan. Namanya acara keluarga, mayoritas menyukai dan terbiasa dengan masakan ini. Tak heran bila cepat habis saat disajikan. Saya sendiri setidaknya menyantap masakan ini sebulan sekali. Bukan membeli. Tapi mengolahnya sendiri dirumah. Jadi lebih nikmat. Selamat bersantap siang untuk semuanya.
Pagi buta sekali, kereta yang kami tumpangi, KA Sembrani, tiba di Stasiun Pasar Turi, Surabaya pukul 4 pagi. Setelah Shalat Subuh, kami mencoba mencari sarapan. Tapi, sarapan apa yang buka di pagi hari? Jam 5 pagi di Surabaya sudah terang benderang.
Satu urusan membuat saya harus kembali ke Jombang. Jombang, merupakan kota kelahiran ayahdanda. Saat waktu makan siang, kami mencoba satu masakan khas Jawa Timur, yaitu pecel. kami pun menyambangi Pecel Pincuk Bu Ama, yang terletak di Jalan Wahab Hasbullah 29, Sambong, Jombang. Warung ini persis di pinggir jalan raya
Satu kebiasaan dari keponakan saya ialah mencoba kuliner yang sedang hits atau viral di Jakarta. Nah, kami mencoba satu kuliner yang saat ini sedang viral di Jakarta. Nama warung makan inu sebenarnya: Warung Gaul Ibu Ros. Berbentuk warung tenda kaki lima. Biasa para pengunjung menyebutnya: Ayam Goreng Gohyong Malaya.