INI DIA, NASI UDUK LANGGANAN SAYA. Nasi uduk merupakan satu makanan favorit warga Jakarta. Umumnya tersedia di pagi hari sebagai sarapan. Walau begitu, bisa juga disantap selain di pagi hari. Sore atau malam misalnya.
Nah, ada satu kuliner nasi uduk langganan saya. Sepulang dari kantor, walau agak malam, saya biasanya mampir ke tempat ini. Sebenarnya yang saya incar bukan nasi uduknya. Tapi lauk yang menyertainya. Bukan ayam gorengnya, melainkan babat, iso, dan parunya. Saya pasti nambah kalau makan disini. Tak pernah sepiring nasinya.
Tidak sehat sih makan jeroan, ya tapi mau gimana lagi. Toh, saya tidak sering-sering. Lagi pula, biasanya saya rutin cek tiap bulan ke dokter. Syukurlah, kadar kolesterol dan lainnya normal saja.
Oh ya, nama rumah makannya: Nasi Uduk Super Special. Khas Betawi punya. Specialnya pakai c bukan s. Sudah special, super pula. Berdiri sejak tahun 1989. Sudah cukup lama. Berada di pinggir jalan raya. Tepatnya di Jalan Raya Jatiwaringin. Ada beberapa meja makan dan kursi. Untuk parkir mobil, hanya cukup 3-4 mobil saja.
special pakai c
Sebelum memilih tempat duduk, pengunjung memilih dahulu berbagai menu yang ada di rak kaca. Menunya setengah matang. Setelah dipilih baru kemudian digoreng. Selain nasi uduk dan nasi putih, lauk yang menyertai tersedia ayam goreng, iso, babat, paru, sate usus, sate telor puyuh, tempe, tahu, pete.
menu yang tersedia
menu yang tersedia
dipilih-dipilih
Nasi uduknya sendiri terasa pulen dan wangi. Favorit setiap kali saya kesini ialah babat gorengnya. Saat datang bersama kakak, si bungsu, dan sahabat kami, Oma Adrian, kami sepakat bahwa tahu gorengnya juga enak. Kurang lengkap bila bicara nasi uduk tanpa sambel. Sambelnya ada 2, sambel goreng dan sambel kacang. Cocoklah, kalau dicocol pakai sambel. Walau saya sebenarnya gak terlalu suka pedas.
nasi uduk
ayam goreng, tahu, dan aneka jeroan
sambel goreng dan sambel kacang
mari makan
Berapa harganya? Seporsi nasi uduk 7 ribu rupiah; ayam goreng 17 ribu rupiah per potong; babat dan iso 17 ribu rupiah; rempela, jantung, sate usus ayam 12 ribu; pete 14 ribu. Itu harga per 6 Nopember saat kami datang. Gimana, tertarik kawan?
Pagi buta sekali, kereta yang kami tumpangi, KA Sembrani, tiba di Stasiun Pasar Turi, Surabaya pukul 4 pagi. Setelah Shalat Subuh, kami mencoba mencari sarapan. Tapi, sarapan apa yang buka di pagi hari? Jam 5 pagi di Surabaya sudah terang benderang.
Satu urusan membuat saya harus kembali ke Jombang. Jombang, merupakan kota kelahiran ayahdanda. Saat waktu makan siang, kami mencoba satu masakan khas Jawa Timur, yaitu pecel. kami pun menyambangi Pecel Pincuk Bu Ama, yang terletak di Jalan Wahab Hasbullah 29, Sambong, Jombang. Warung ini persis di pinggir jalan raya
Satu kebiasaan dari keponakan saya ialah mencoba kuliner yang sedang hits atau viral di Jakarta. Nah, kami mencoba satu kuliner yang saat ini sedang viral di Jakarta. Nama warung makan inu sebenarnya: Warung Gaul Ibu Ros. Berbentuk warung tenda kaki lima. Biasa para pengunjung menyebutnya: Ayam Goreng Gohyong Malaya.