/ MENGOREK KENANGAN LAMA 22 TAHUN YANG LALU MELALUI COTO MAKASSAR
MENGOREK KENANGAN LAMA 22 TAHUN YANG LALU MELALUI COTO MAKASSAR
MENGOREK KENANGAN LAMA 22 TAHUN YANG LALU MELALUI COTO MAKASSAR. Ada satu kenangan tersendiri saat saya menjejakkan kaki kembali di Kota Makassar. Ini bukan urusan percintaan dengan wanita. Bukan itu. Tapi urusan makanan. Pertama kali ke Makassar sekitar tahun 1998 atau 1999. Tugas yang membawa saya datang kesini. Karena tiba menjelang siang hari, saya dan tim memutuskan mencari rumah makan terdekat dari bandara Sultan Hassanudin untuk makan siang. Waktu itu masih bandara yang lama. Bandara yang baru saat ini tak jauh dari bandara lama.
Bandara berada di Kabupaten Maros. Setelah melewati beberapa kilo, waktu itu belum ada jalan tol, mobil yang kami kendarai selepas pertigaan belok ke kanan mencari rumah makan. Bila belok ke kiri, itu menuju Kota Makassar. Kami singgah di satu rumah makan untuk makan soto. Orang Makassar menyebutnya Coto Makassar. Nama rumah makannya saya tidak ingat lagi.
Menurut saya, soto, eh cotonya yang saya makan kala itu benar-benar mantap rasanya. Berisi daging sapi dengan segala jeroannya. Ditaruh dimangkuk alumunium kecil. Saking enaknya, saya sampai nambah beberapa kali. Ketika ingin kembali ke Jakarta, saya mengusulkan untuk singgah dulu sebelum terbang ke Jakarta. Tim setuju waktu itu.
Nah, pada 17 Nopember 2021 lalu, saya kembali datang ke Kota Makassar dalam rangka tugas. Setelah driver menjemput saya, yang pertama kali saya katakan kepadanya, kita singgah dulu di rumah makan yang saya maksud diatas. Akhirnya ia membawa saya ke Warung Makan Coto Tamalanrea. Tamalanrea merupakan nama daerah di Makassar dimana warung makan ini pertama kali buka. Jadi di tempat saya makan merupakan cabangnya. Saya pilih menu daging campur. Jadi pastinya ada jeroannya. Mangkuknya kali ini bukan dari alumunium atau kaleng. Tapi mangkuk biasa.
semangkuk Coto Makassar
Berapa harga semangkuknya? 10 ribu saja. Murah sekali menurut saya. Di Jakarta tidak dapat harga segitu untuk semangkuk soto daging. Saya tidak tahu pasti apakah ini rumah makan yang saya singgahi lebih dari 20 tahun yang lalu. Tapi tak apalah.
daftar menu dan harga, murah bukan?
Bagaimana dengan rasa? Cukup okelah. Sulit membandingkan dengan rasa yang saya makan lebih dari 20 tahun lebih. Menurut driver, rumah makan ini termasuk terkenal di Kota Makassar. Tak heran bila rumah makan ini memiliki banyak cabang.
Pagi buta sekali, kereta yang kami tumpangi, KA Sembrani, tiba di Stasiun Pasar Turi, Surabaya pukul 4 pagi. Setelah Shalat Subuh, kami mencoba mencari sarapan. Tapi, sarapan apa yang buka di pagi hari? Jam 5 pagi di Surabaya sudah terang benderang.
Satu urusan membuat saya harus kembali ke Jombang. Jombang, merupakan kota kelahiran ayahdanda. Saat waktu makan siang, kami mencoba satu masakan khas Jawa Timur, yaitu pecel. kami pun menyambangi Pecel Pincuk Bu Ama, yang terletak di Jalan Wahab Hasbullah 29, Sambong, Jombang. Warung ini persis di pinggir jalan raya
Satu kebiasaan dari keponakan saya ialah mencoba kuliner yang sedang hits atau viral di Jakarta. Nah, kami mencoba satu kuliner yang saat ini sedang viral di Jakarta. Nama warung makan inu sebenarnya: Warung Gaul Ibu Ros. Berbentuk warung tenda kaki lima. Biasa para pengunjung menyebutnya: Ayam Goreng Gohyong Malaya.