NASI LENGKO H. BARNO. Nasi lengko, menurut hikayatnya, merupakan makanan untuk rakyat biasa. Namanya, berasal dari kata 'langka' yang berarti jarang atau bisa juga, tidak ada. Lauk-pauk untuk makanan ini tidak banyak. Saat itu, masyarakat Cirebon membuat makanan ini dalam keadaan kesulitan.
Menu ini simple. Nasi putih, ditambah dengan potongan tempe, tahu goreng, taoge rebus, sayuran, dan irisan mentimun. Lalu disiram dengan bumbu kacang plus kecap manis. Dan untuk pelengkapnya, ditaburi daun kucai. Biasanya untuk menambah selera makan, disajikan dengan kerupuk aci putih.
Nasi Lengko H. Barno
Nasi lengko banyak dijumpai di daerah Cirebon dan sekitarnya. Di Kota Cirebon, nasi lengko yang terkenal ialah Nasi Lengko H. Barno. Rumah makan ini warisan H. Barno dari almarhum ayahnya yang berjualan sejak tahun 1968.
Tempat ini selalu dipadati pembeli. Tersedia pula sate kambing muda yang nikmat bila disandingkan dengan menu ini. Harga makanan di tempat ini tentu bersahabat. Warung ini berlokasi di Jalan Pagongan No.15B, Pekiringan, Kota Cirebon.
Pagi buta sekali, kereta yang kami tumpangi, KA Sembrani, tiba di Stasiun Pasar Turi, Surabaya pukul 4 pagi. Setelah Shalat Subuh, kami mencoba mencari sarapan. Tapi, sarapan apa yang buka di pagi hari? Jam 5 pagi di Surabaya sudah terang benderang.
Satu urusan membuat saya harus kembali ke Jombang. Jombang, merupakan kota kelahiran ayahdanda. Saat waktu makan siang, kami mencoba satu masakan khas Jawa Timur, yaitu pecel. kami pun menyambangi Pecel Pincuk Bu Ama, yang terletak di Jalan Wahab Hasbullah 29, Sambong, Jombang. Warung ini persis di pinggir jalan raya
Satu kebiasaan dari keponakan saya ialah mencoba kuliner yang sedang hits atau viral di Jakarta. Nah, kami mencoba satu kuliner yang saat ini sedang viral di Jakarta. Nama warung makan inu sebenarnya: Warung Gaul Ibu Ros. Berbentuk warung tenda kaki lima. Biasa para pengunjung menyebutnya: Ayam Goreng Gohyong Malaya.