SRABI NOTOSUMAN. Jangan pernah mengaku ke Kota Solo bila belum menikmati penganan khas kota ini. Makanan ini sudah ada sejak tahun 1920-an. Diambil dari nama jalan yaitu Jalan Notosuman. Tapi nama jalan ini sudah berganti menjadi Jl. Moh Yamin.
Aroma santan begitu kuat terasa. Serabi ini di gulung lalu dibungkus mengunakan daun pisang dan dihidangkan tidak menggunakan kuah, sehingga dapat langsung disantap. Sambil menikmati makanan ini, kita bisa lihat pula proses pembuatannya.
Serabi Notosuman ini dibuat di dua tempat berbeda di jalan yang sama. Serabi Notosuman milik Ny. Handayani dan Ny. Lidia. Kedua toko ini letaknya begitu dekat, hanya beberapa meter. Ada dua varian rasa serabi, yaitu serabi polos dan serabi rasa coklat.
Pagi buta sekali, kereta yang kami tumpangi, KA Sembrani, tiba di Stasiun Pasar Turi, Surabaya pukul 4 pagi. Setelah Shalat Subuh, kami mencoba mencari sarapan. Tapi, sarapan apa yang buka di pagi hari? Jam 5 pagi di Surabaya sudah terang benderang.
Satu urusan membuat saya harus kembali ke Jombang. Jombang, merupakan kota kelahiran ayahdanda. Saat waktu makan siang, kami mencoba satu masakan khas Jawa Timur, yaitu pecel. kami pun menyambangi Pecel Pincuk Bu Ama, yang terletak di Jalan Wahab Hasbullah 29, Sambong, Jombang. Warung ini persis di pinggir jalan raya
Satu kebiasaan dari keponakan saya ialah mencoba kuliner yang sedang hits atau viral di Jakarta. Nah, kami mencoba satu kuliner yang saat ini sedang viral di Jakarta. Nama warung makan inu sebenarnya: Warung Gaul Ibu Ros. Berbentuk warung tenda kaki lima. Biasa para pengunjung menyebutnya: Ayam Goreng Gohyong Malaya.