Message of Monday - Senin, 31 Maret 2008 Berani Berubah Oleh: Sonny Wibisono
“Kita sering berpikir bahwa kita harus membuat perubahan besar. Mari kita coba buat perubahan yang kecil-kecil dahulu. Jika dilakukan secara strategis, perubahan yang kecil itu akan membawa pengaruh yang besar.” -- Marian Wright Edelman, aktivis HAM anak-anak
TAK ada yang berubah kecuali perubahan itu sendiri, begitu orang bijak bilang. Kalau orang bijak berkata, sulit untuk dibantah. Ada bukti yang bikin jantung tercetak. Ini beritanya: pada awal Februari lalu, maskapai penerbangan Japan Air Lines atau yang lebih dikenal dengan nama JAL mengumumkan kebahagiaannya. Mereka, sejak kuartal ketiga di tahun 2007, membukukan keuntungan hingga 13,1 miliar yen.
Bukan hanya jumlah keuntungan yang luar bisa besarnya itu yang bikin banyak orang terkejut, namun berita tentang perusahaan ini membaik pun sebenarnya sudah bisa bikin kepala orang bergeleng takjub. Ada sebabnya tentu saja. Perusahaan penerbangan ini dalam beberapa tahun terakhir, dikenal sebagai maskapai dari negara maju yang memiliki lalu lintas penerbangan sibuk, lha kokmalah merugi.
Ketika krisis harga minyak dunia terjadi, JAL selama dua tahun terakhir, dari 2005 hingga 2006 mengalami kerugian sekitar 16,3 miliar yen atau setara dengan 152,6 juta US$. Kerugian utamanya disebabkan armada yang dimiliki JAL, yaitu sebanyak 271 pesawat, tergolong rakus menenggak bahan bakar. Nah, naiknya harga minyak dunia yang semakin membubung ternyata tidak diimbangi dengan naiknya pendapatan perusahaan. Mau tak mau membuat mereka limbung. Fenomena yang dialami JAL, jelas saja mendapat sorotan tajam. Mengingat sebagainegara maju dengan penerbangan yang sibuk, kok bisa-bisanya merugi. Satoru Aoyama, analisis dari Fitch Ratings, seperti dikutip The Wall Street Journal awal Februari 2007 lalu, menyebut JAL, sebagai Zombie Company. Atau bahasa melayunya, hidup segan mati pun tak mau.
Masih mau terpuruk? Pastilah ogah. Pihak manajemen pun buru-buru melakukan aksi perbaikan. CEO JAL, Haruka Nishimatsu tak tinggal diam. Nishimatsu melakukan perubahan besar-besaran di segala bidang. Tahun 2007 di bulan Februari, Nishimatsu melakukan PHK terhadap 4.300 karyawannya. Tak hanya itu, Nishimatsu mengumumkan memangkas gaji 40 top eksekutifnya hingga 60%. Tak terkecuali dirinya. Pemotongan gaji para top eksekutifnya itu tak ayal dapat menghemat hingga 9,6 miliar yen. Langkah lain pun dilakukan untuk eksternal organisasi. Di bidang pelayanan misalnya, JAL meningkatkan pelayanannya. Di antaranya, dengan memperkaya menu makanan dan minuman. Jok kursi untuk penumpang pun dibuat mewah, yaitu menggantinya dengan kulit hewan. Namun, untuk semua pelayanan yang serba wahini, penumpang tak harus merogoh kocek lebih dalam. Harga tiket tetap tidak dinaikkan. Hasilnya pun cespleng. Ujung tahun lalu, JAL pun mencatat keuntungan hingga 13 miliar yen.
Hikmah yang dapat dipetik dari kisah ini adalah perubahan. Ibarat sebuah bayangan, dimana tiap kali kita melangkah, ia senantiasa mengiringi langkah kita. Semua yang harus dilakukan sebenarnya tidak saja saat guncang, tetapi juga dalam keadaaan yang menyenangkan. Ini pengalaman lain yang bisa dijadikan contoh.
Kenal dengan nama Sir Alex Ferguson? Di tahun 2000, setahun setelah mendapatkan treble alias tiga gelar juara sekaligus dalam satu musim, klub Manchester United kembali berjaya di liga Inggris dengan menjadi juara. Namun, tak lama setelah berjaya, Sir Alex Ferguson, sang pelatih yang menukangi klub tersebut punya penilaian tersendiri. Ferguson mencoba mematahkan mitos, “don’t change the winning team”, atau jangan rombak tim juara. Ia justru merombak tim yang ada. Ada pertimbangan yang kadang tidak selalu bisa dipahami orang awam. Ferguson menganggap tim yang itu-itu saja dapat memberikan rasa kebosanan. Selain itu, ada beberapa pemain yang memang sudah lanjut usia. Ibarat mesin, barang yang sudah tua akan mengganggu kerja mesin secara keseluruhan. Dengan berat hati, Ferguson pun melepas beberapa pemainnya. Pemain yang benar-benar bagus dipertahankan. Pemain yang dinilai kurang memuaskan dijual atau dipinjamkan ke klub lain. Pemain baru didatangkan untuk mengisi posisi yang kosong. Tim telah dirombak. Lantas apa hasilnya setelah dirombak?
Banyak orang bilang Ferguson melakukan langkah keliru. Sebabnya, musim-musim berikutnya mereka malah kedodoran. Tapi Ferguson tak mau diam saja. Sambil berjalan, dia terus melakukan perubahan dengan pola yang sama. Hasilnya memang tidak serta merta memberikan hasil gemilang. Beberapa kali, klub ini kehilangan gelar selama tiga tahun berturut-turut. Sampai akhirnya musim lalu, mereka kembali berjaya, dengan personel atau formasi pemain yang benar-benar berubah.
Dua kisah di atas tampaknya menjadi relevan saat kita menghadapi berbagai masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Entah di lingkungan kerja atau lingkungan di rumah. Ada beberapa hal yang mau tidak mau membuat kinerja di dalamnya terganggu. Banyak faktor memang, tetapi perubahan tetap harus dilakukan. Ambil yang baik, buang yang buruk. Tidak semudah yang dikira. Organisasi di wilayah rukun tetangga adalah hal yang pelik. Seorang warga yang tidak pernah mau ikut kerja bakti di hari minggu kerap menimbulkan disharmoni di antara warga. Lantas apa yang dapat dilakukan? Mengusirnya dari lingkungan ia tinggal? Tentu tidak. Satu hal yang perlu dilakukan adalah mengajaknya bicara dengan baik-baik dan dilakukan dengan gaya dari hati ke hati.
Dengan cara seperti itu, semua persoalan akan mengemuka dan dengan demikian akan menjadi mudah dalam mencari solusinya. Sebenarnya hal itu pula yang dilakukan Haruka Nishimatsu dan Sir Alex Ferguson pada saat mereka mulai melakukan perombakan dalam organisasinya. Tetapi jangan lupa, dalam melakukan perubahan, sebelum Anda mendapatkan yang terbaik, tentu saja Anda harus memberikan yang terbaik dahulu.
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.