Message of Monday – Senin, 9 Agustus 2021 Dari Mana Datangnya Kebaikan Oleh: Sonny Wibisono *
“Orang tidak sepenuhnya menjadi dirinya ketika ia bicara atas nama dirinya. Berilah topeng, ia akan mengatakan kebenaran.” -- Oscar Wilde, penulis Irlandia, 1854-1900
Di Twitter ada pesan menyentuh dari Habib Nabiel Almusawa. Habib Nabiel merupakan seorang da’i yang berasal dari Kalimantan Selatan yang juga mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam cuitannya, ia menulis cukup panjang perihal kebaikan.
“Kebaikan adalah keutamaan. Maka hiasilah dirimu dengannya. Dan saat engkau menemukannya, jangan lihat dari mana kebaikan itu berasal. Sebab seringkali kebaikan itu keluar dari orang yang kau anggap tak baik. Selama itu kebaikan, maka dengarkanlah dan ambillah, darimanapun asalnya.”
Apa yang dikatakan Habib Nabiel, memang benar adanya. Memang sudah seharusnya kita melakukan hal itu. Dalam soal kebaikan, hal itu dapat berupa perkataan, tindakan, atau keduanya. Kita tidak perlu melihat dari mana kebaikan itu datang.
Sayangnya, suka atau tidak, seringkali kita umumnya bertindak apriori terhadap seseorang. Bila kita sepaham dengan pandangan politiknya, dengan mudah kita cenderung mengiyakan apa yang dikatakan atau dilakukannya.
Sebaliknya, kita langsung tak sependapat bahkan menolak dengan apa yang dikatakan atau dilakukan seseorang ketika kita tahu ia tak sejalan dengan pandangan politik yang kita anggap benar.
Memang menjadi suatu kelaziman, bila kita berkumpul dengan orang yang sama. Yang sependapat dengan kita. Yang sejalan dan searah dengan kita. Dengan orang yang sama, kita cenderung mengamini sesuatu yang diyakini sebagai suatu kebenaran.
Namun, jarang kita mendengar pandangan berbeda dari orang-orang yang tak searah dengan kita. Karena kita terbiasa berkumpul dengan orang yang sama. Pada akhirnya, itu jugalah yang membuat kita semakin lama semakin terpolarisasi.
Kita seharusnya mau mendengar omongan atau perspektif dari orang yang berbeda. Setuju atau tidak, dengarkan saja dahulu. Lalu lihat pula, apakah tindakannya sejalan dengan apa yang dikatakannya. Dari sana barulah kita tahu latar belakang cara pandangnya.
Nah, seandainya ada hal yang bermanfaat, atau mengandung kebaikan, tak ada salahnya kita ambil. Kalau pun ada sesuatu yang berbeda, ada baiknya kita mengklarifikasi dari orang tersebut. Jadi kita lebih kaya melihat sesuatu dan lebih kritis. Kita bisa saja tidak sepakat dengan apa yang dikatakannya atau dilakukannya. Walau kita tak setuju misalnya, mungkin dari semua yang dikatakan lawan bicara kita, bisa jadi sebagian kecil atau malah sebagian besar mengandung kebaikan. Ya, kebaikan bisa datang dari mana saja. Tak terkecuali pada tempat-tempat yang tidak kita suka.
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.