Message of Monday – Senin, 19 Juli 2010 Hikmah Sabtu Kelam di Jatiwaringin Oleh: Sonny Wibisono *
“Sedia payung sebelum hujan.” -- Peribahasa Indonesia
MUKA Ayu tegang. Dirinya begitu panik. Anaknya, Saskia, yang baru berumur 4 tahun demam tinggi. Obat penurun panas sudah diberikannya dua kali. Tapi suhu tubuh Saskia tak kunjung turun. Sejak sore Saskia begitu murung. Kepada ibunya ia mengeluh tak enak badan. Ayu berpikir Saskia terserang gejala flu biasa. Toh, cukup diberi obat penurun panas, nanti juga akan membaik lagi. Begitu pikir Ayu.
Nyatanya, hingga malam menunjukkan pukul 10, kondisi tubuh Saskia tak kunjung membaik. Gerald, suaminya melihat dengan penuh cemas. “Sekarang juga kita ke dokter,” ajak Ayu kepada suaminya. Ayu sadar, tak ada dokter yang praktik pada jam segitu. Mereka harus ke dokter jaga rumah sakit. Setidaknya untuk pertolongan pertama terlebih dahulu.
Tanpa make updan pakaian seadanya, Ayu dan Gerald segera bergegas. Xenia biru pun meninggalkan kompleks perumahan di daerah Jatiwaringin. Nasib baik nampaknya belum menghampiri keluarga muda tersebut. Jalanan yang semustinya lenggang pada saat itu ternyata macet. Tidak biasa-biasanya. Ada kebakaran rupanya. Hal ini mengakibatkan semua mobil dialihkan ke jalan lain. Ayu makin panik saja. Ia sudah hampir menangis.
Gerald yang sedari rumah lebih banyak diam, tiba-tiba berteriak kaget. Alamak,ia rupanya belum mengisi bahan bakar mobilnya sehabis pulang dari kantor. Benarlah, tak sampai 10 menit, di tengah kemacetan, mobil tersebut kehabisan energi. Ayu kesal bukan kepalang. Air matanya kali ini benar-benar tumpah. Gerald berusaha menenangkan isterinya. Tak ada waktu berdebat lagi. Ayu segera turun dan mencari bajaj. Sementara Gerald berusaha menepikan mobilnya di pinggir jalan. Ia pun sibuk menelpon saudaranya meminta bantuan.
Ada kebiasaan buruk yang kerap Gerald lakukan. Ia sering menunda sesuatu yang sebenarnya dapat diselesaikan pada saat itu. Hal yang sering dilakukannya, ya itu, ia tak selalu mengisi bahan bakar mobilnya, walau sebenarnya sudah kritis. Ia selalu berkilah, besok paginya saja mengisi bahan bakar, toh efektif, sekali jalan menuju kantor.
Teman kantornya padahal telah mengingatkannya. Mobil jangan sampai dalam keadaan kosong bahan bakarnya. Karena kita tak pernah tahu bila tiba-tiba ada keperluan mendesak pada malam hari. Benarlah sekarang. Hal itu menjadi kenyataan bagi Gerald.
Sebenarnya menunda sesuatu hal tidak menjadi masalah, jika berhentinya dari aktivitas tersebut dikarenakan melakukan kewajiban yang lain yang lebih penting. Masalahnya, tak ada alasan bagi Gerald untuk menunda membeli bahan bakar. Andai saja Gerald menyempatkan diri saja ke SPBU sepulang kerja untuk mengisi bahan bakarnya mobilnya, tentu tak akan ada kejadian seperti ini.
Mendekati jam 11, dengan mengendarai motor, barulah saudara Gerald datang dengan membawa 2 jeriken bensin. Setelah mengisi mobilnya dengan bahan bakar, Gerald pun segera menjemput anak dan isterinya yang masih berada di rumah sakit.
Hati Gerald sedikit tenang. Syukurlah, kondisi Saskia mulai membaik setelah mendapatkan pertolongan dari dokter jaga di UGD. Sabtu malam yang kelam itu bakal tak terlupakan oleh Ayu dan Gerald. Gerald membatin. Ia berjanji, bahwa ini merupakan kejadian yang pertama dan terakhir kalinya.
*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media Komputindo, 2009
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.