Message of Monday – Senin, 30 Mei 2022 Inovasi dari Pinggir Jalan Oleh: Sonny Wibisono *
“Inovasi membedakan antara seorang pemimpin dan seorang pengikut.” --Steve Jobs
Semenjak pandemi hingga saat ini, bisnis kuliner merebak di seantero negeri ini. Sepanjang mata memandang di jalan, ada saja usaha kuliner yang kita temui baru berdiri. Entah seminggu, sebulan, atau setahun yang lalu. Contoh konkret, jalan menuju kompleks perumahan, yang hanya memiliki panjang sekira 200 meter, yang tadinya tidak ada pedagang sama sekali sebelum pandemi, kini setidaknya bercokol lima warung tenda makanan. Yang dijual pun tak jauh beda, pecel lele dan ayam goreng. Itu belum terhitung penjual lain yang menjajakan aneka dagangan lainnya, seperti; cemilan, minuman, buah, tisu dan masker, juga alat-alat dapur. Memang eksisnya para pedagang ini merupakan hal paling mencolok yang kita lihat. Walau tentu saja banyak pula tumbuh jual-beli melalui daring.
Saat seorang pemilik warung ditanya apa latar belakang membuka usaha ini, jawabnya sama. Mereka terdampak pandemi. Mau tak mau mereka harus mencari usaha lain agar dapur tetap ngebul. Maka dipilihlah usaha kuliner. Mengapa kuliner? Karena tidak sulit, mudah untuk memulainya. Bahan-bahan olahan pun tersedia semua di pasar. Memasak dan mengolahnya pun tak diperlukan skill tertentu.
Apa artinya dengan bertambahnya usaha kuliner sejenis tersebut. Ceruk pasar di satu tempat yang tadinya hanya diisi beberapa pedagang sejenis, kini bertambah. Artinya pula, irisan kue pendapatan kini dibagi ke banyak penjual. Memang, semakin banyak usaha sejenis, membuat makin banyak pilihan bagi pembeli. Tapi itu berimplikasi dengan pendapatan yang diperoleh penjual menjadi berkurang.
Nah, agar tetap bisa bersaing harus ada sesuatu yang dilakukan oleh sang penjual. Istilahnya, harus kompetitif. Agar usaha tetap terus berjalan. Kalau bisa jangan sampai bangkrut atau gulung tikar. Dari apa yang saya amati di kompleks perumahan, banyak hal yang dilakukan para penjual tersebut. Ada penjual yang melakukan promo harga makanan. Ada yang memberikan gratis makanan lain saat membeli makanan tertentu pada hari tertentu pula. Ada yang menggratiskan makanan pada hari Jumat, kepada siapapun. Tentu niat utamanya bersedekah. Tetap saja ini sesuatu yang berbeda. Ada pula, nah ini menarik, penjual satu kuliner mempekerjakan wanita-wanita dengan good looking dan menarik. Kalau boleh dibilang ‘looks sexy’. Untuk yang terakhir ini, pembeli tak pernah sepi. Tentu saja kebanyakan pembelinya adalah kaum adam. Padahal warung-warung ini, yang mencoba menarik minat pembeli, bukanlah kelas resto atau rumah makan kelas atas, tapi kebanyakan warung kaki lima pinggir jalan. Dari apa yang saya amati pula, ada perubahan perilaku konsumen terhadap mereka yang melakukan inovasi tersebut. Pembeli semakin bertambah.
Dalam situs www.visualcapitalist.com, dikenal dengan ‘Innovation Wheels’ atau Roda Inovasi. Ada 10 tipe inovasi; service, channel, brand, customer engagement, profit model, network, structure, process, product performance, dan product system. Jadi para penjual, apapun itu bentuknya, sesungguhnya itu telah melakukan inovasi atau katakanlah sesuatu agar usahanya laris manis.
Dalam kondisi seperti saat ini, memang diperlukan inovasi-inovasi tertentu dalam usaha mengembangkan usaha yang dijalani. Apapun usaha itu, tak hanya kuliner saja. Melakukan inovasi tidak diperlukan titel atau ijazah tinggi. Siapapun bisa melakukannya.
Eh, tapi omong-omong, apa sih inovasi itu? Menurut Webster’s New Unabridge Dictionary, Innovation didefinisikan sebagai “introduction of new things or methods.” Luecke and Kats, 2003, mendefinisikannya dengan “the embodiment, combination, or synthesis of knowledge in original, relevant, valued, new products, processes, or services.”
Selama manusia bisa berpikir dengan jernih, maka dia dapat melakukan inovasi. Selama itu pula ia akan mencari jalan lain atau mencoba memulai sesuatu yang baru. Tapi bila seseorang tidak mau berinovasi dan ia tahu berapa yang diperolehnya selama ini, ya jangan bermimpi ada perubahan mendapatkan hasil yang besar.
Bila ingin ada perubahan, apalagi soal pendapatan, jangan takut berinovasi. Inovasi sejatinya berarti ada sesuatu yang berubah. Apakah perubahan itu menghasilkan sesuatu atau tidak, itu urusan berikutnya. Melakukan inovasi tak hanya berarti dari yang tidak ada menjadi ada. Dapat pula berarti memulai sesuatu yang 'baru tapi lama', mengubah bentuk yang sudah ada, mengganti atau menukar yang sudah ada, memunculkan kembali sesuatu yang dulu pernah ada, dan tentu saja, juga menemukan sesuatu yang belum ditemukan oleh orang lain. Sesuatu itu dapat pula berarti metoda atau gagasan.
Orang bule sering mengatakan, ”It’s not only about learning the new things, but it is also about unlearning previously held habits and beliefs.” Dalam berinovasi, yang seringkali menjadi kendala, bukan mengenai belajar hal barunya, tapi lebih kepada mengubah kebiasaan lama. ”You can do change with the same mental models, or even change the entire models.” Tapi perlu pula digarisbawahi, jangan sampai kita merasa berinovasi padahal sebenarnya tidak berinovasi, hanya mengubah kemasan saja namun substansi tetap sama saja. Mengubah ’cara’ berbeda dengan mengubah ’cara pandang’.
Bagaimana kalau telah melakukan inovasi tapi ternyata gagal? Jangan kawatir. Bisa jadi Anda merasa menemukan gagasan baru, lalu langsung mencobanya, dan ternyata gagal. No problemo. Dalam hal ini Anda dapat belajar dari kegagalan tersebut. Proses pembelajaran dalam hal ini sedang Anda jalani.
Nah, jangan ragu untuk melakukan inovasi. Apapun itu bentuknya. Yang penting Anda pede habis. Percayalah, siapapun memiliki kemampuan untuk melakukan inovasi. Begitu pula Anda.
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.