Message of Monday – Senin, 17 Mei 2021 Jangan Pernah Lelah Oleh: Sonny Wibisono *
"Bersikap baik kepada diri sendiri. Jika Anda tidak akan, siapa lagi?" -- Justin Kan, pengusaha internet Amerika
Satu buah foto saat libur hari raya kemarin viral di grup WA dan media sosial. Dalam foto yang beredar tersebut, nampak foto tempat wisata di Pantai Ancol yang dipadati pengunjung disandingkan dengan foto penduduk India yang sedang mandi di Sungai Gangga. Pemprov DKI Jakarta pada libur Lebaran 2021 memang membuka sejumlah tempat wisata yang diperuntukkan khusus bagi warga ber-KTP DKI Jakarta.
Bukan hanya Pemprov DKI yang membuka tempat wisata selama masa liburan lebaran, sejumlah daerah lain juga melakukan hal yang sama. Tak hanya Ancol saja yang dipadati pengunjung, Pantai Pangandaran juga dipenuhi oleh wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata ini.
Pantai Pangandaran dekat dengan lokasi pantai-pantai lainnya, misalnya saja Pantai Batu Karas yang sebenarnya cocok untuk dijadikan tempat surfing karena didukung dengan ombak yang bagus. Di Pantai Batu Karas beredar video yang memperlihatkan ramainya pengunjung. Pantai Selatan di Yogyakarta pun diberitakan penuh sesak oleh para pelancong.
Tak cuma pantai yang menjadi incaran para wisatawan, kebun binatang misalnya. Kebun binatang di Jakarta, Bandung, dan Surabaya juga tak luput dari serbuan wisatawan lokal.
Pertanyaannya, mengapa masyarakat tidak takut terhadap bahaya pandemi yang terjadi saat ini. Tidakkah tsunami covid yang melanda India dapat menjadi pelajaran. Pada Senin dan Selasa, 12-13 April 2021, massa dalam jumlah besar berdesak-desakan di tepi Sungai Gangga untuk berenang, sebagai bagian dari ritual mandi massal.
Mandi massal di Sungai Gangga akhirnya diketahui menjadi super-spreader Tsunami Covid-19 India. Super-spreader adalah istilah yang merujuk pada pasien yang menginfeksi lebih banyak orang dengan penyakit daripada biasanya.
Nah, Masyarakat Indonesia bukannya tidak tahu dengan berita yang terjadi di India. Mereka tahu tsunami covid yang terjadi di India. Media cetak dan elektronik dalam beberapa hari mewartakan kejadian mengerikan negara di Asia Selatan tersebut. Tapi mengapa mereka tidak mengambil pelajaran dari hal tersebut? Ini merupakan fenomena yang menarik.
Masyarakat tentu tak bisa sepenuhnya disalahkan. Saat mudik dilarang, mengapa justeru tempat wisata diperbolehkan dibuka untuk umum pada hari libur lebaran.Betul, bahwa ada pembatasan jumlah pengunjung. Pihak Taman Jaya Impian Ancol sendiri telah membatasi kedatangan pengunjung sebesar 30 persen atau sekitar 36 ribu orang perhari selama libur lebaran. Pada hari kedua libur lebaran, jumlah pengunjung yang datang ke Ancol mencapai 39 ribu orang.
Pembatasan jumlah pengunjung juga dilakukan di tempat wisata daerah lainnya. Tapi pembatasan ini tentu tidak menjamin tidak adanya kerumunan di satu lokasi tertentu. Faktanya, itulah yang terjadi. Tempat wisata Ancol dengan luas mencapai 85 hektar lebih, begitu padat di satu titik tertentu, yakni Pantai Ancol.
Lantas, apa yang bisa dilakukan melihat fenomena yang terjadi seperti ini. Kita semua tentu saja tak ingin kejadian yang terjadi di India melanda negeri ini. Pemerintah, baik pusat maupun daerah sepertinya harus bekerja dengan lebih keras lagi. Diperlukan aturan yang sangat tegas. Kebijakan membuka tempat wisata dan tempat lainnya yang berpotensi menimbulkan kerumunan sebaiknya ditinjau ulang.
Banyak keluhan dari warga yang memutuskan tidak mudik tahun ini. Bahkan ini tahun kedua mereka tidak mudik dimana tahun sebelumnya juga ada larangan untuk tidak mudik. Mereka menyesalkan penuhnya tempat wisata. Ada yang berujar percuma saja mereka memutuskan tidak mudik setelah melihat penuh sesaknya tempat wisata.
Tentu saja tak ada yang sia-sia bila kita telah berbuat baik atau yang sudah seharusnya dilakukan. Mereka yang tidak mudik, biar bagaimanapun harus diapresiasi. Tindakan mereka sudah benar. Dalam skala yang kecil, mereka telah memutus mata rantai penularan covid. Sepele mungkin terlihat, tapi dapat berefek sangat besar.
Mengandalkan Pemerintah saja tidak cukup. Berharap orang lain sadar juga sesuatu yang nampaknya sulit. Fenomena yang terjadi diatas, dengan penuhnya tempat wisata, memperlihatkan hal itu. Yang perlu dilakukan, kita harus mengandalkan diri kita sendiri dan utamanya keluarga. Kita sebagai warga yang baik, dengan kesadaran penuh, tetap menjaga prokes dan menjauhi keramaian yang berpotensi menimbulkan kerumunan.
Jangan pernah lelah untuk selalu mengingatkan keluarga terdekat Anda. Lindungi dengan optimal diri Anda sendiri dan keluarga Anda. Karena dengan hal itu, sebenarnya kita juga telah melindungi orang lain. Bahkan lebih jauh lagi, sadar atau tidak, telah menyelamatkan kehidupan orang lain. Ya, jangan pernah lelah, bahkan seandainya pandemi ini nantinya berakhir.
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.