a a a a a a a a a a a a a a a
Logo Header
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Jangan Sampai Etika Hilang Seketika
Jangan Sampai Etika Hilang Seketika

Jangan Sampai Etika Hilang Seketika

Message of Monday – Senin, 7 Juni 2021
Jangan Sampai Etika Hilang Seketika
Oleh: Sonny Wibisono *

“Jadikan hidup Anda lebih bermakna, walau hanya sehari sekalipun, dengan mengedepankan etika, bukan hanya mengikuti peraturan belaka.”
-- Wayne Dyer, pembicara dan penulis asal Amerika

Ibarat pasar saja. Begitulah kehidupan media sosial saat ini. Begitu riuh rendah. Begitu hiruk pikuk. Mengambil iklan permen yang hits di era sembilan puluhan, begitu ramai rasanya. Tak pernah sepi. Selalu saja ada bahan baru yang menjadi isu perbincangan publik tiap minggunya. Isu itu kadang begitu heboh, hingga membuat kegaduhan negeri ini. Kadang pula isu itu bersifat receh.

Isu itu dapat menerpa siapa saja. Bisa dari artis, pejabat, tokoh nasional, bahkan kalangan rakyat biasa. Itulah yang terjadi pada seorang artis wanita yang masih muda belia. Sang artis belum lama ini menuai kritik tajam dari publik usai menjadikan kabar kematian ayahnya sebagai konten youtubenya.

Kontennya tak hanya satu, tapi ada empat video di youtube yang mengabarkan kematian sang ayahanda. Menjadi heboh karena video tersebut dibanjiri iklan yang tak sedikit. Iklan yang notabene bakal masuk ke pundi-pundi sang artis.

Tak ayal, sang artis yang memiliki jutaan pengikut di media sosial tersebut dihujani kritik tajam. Kematian ayahnya pun bisa-bisanya dijadikan bahan komersil, begitu sindir para netizen.

Apakah yang dilakukan sang artis tersebut salah? Memang tak ada larangan siapapun melakukan itu. Tak ada aturan yang dilanggar. Apalagi bila yang dilakukan tak menjadi masalah di keluarga mereka sendiri. Toh mereka bisa bilang, ”loh, ini keluarga-keluarga saya, ya suka-suka saya dunk.”

Sekali lagi betul, tak ada aturan yang dilanggar. Tapi memang seharusnya mereka sadar, bahwa mereka telah menjadi bagian dari public figure. Pengikut mereka jutaan. Segala gerak-gerik tak luput dari perhatian pengikutnya. Beberapa bahkan mengidolakan mereka. Nah, bagaimana kalau ada pengikut artis tersebut yang mendukung bahkan meniru segala tindak-tanduk mereka? Ya, kalau yang ditiru itu baik dan bermanfaat, kalau sebaliknya?

Banyak netizen yang menyayangkan tindakan artis tersebut dan dinilai tidak etis karena mendulang keuntungan melalui kematian ayahandanya. Sebagian lain mengatakan tidak beretika.

Etis berhubungan dengan etika. Bicara etika, sesungguhnya bukan bicara ’boleh’ atau ’tidak boleh’. Karena ’boleh’ atau ’tidak boleh’ sudah diatur dalam peraturan. Bila Anda melanggar, Anda dapat dikenakan sanksi. Tetapi, bila bicara etika, kita bicara ’patut’ atau ’tidak patut’, ’pantas’ atau ’tidak pantas’. Nah, dalam hal ini, etika kedudukannya lebih tinggi dari peraturan.

Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya kita seringkali bersinggungan dengan soal etika ini, walau bisa jadi kita tidak menyadarinya. Ambil contoh, saat seseorang berulang tahun dan berencana mengajak teman-temannya untuk makan bersama, ternyata pada saat yang sama, seorang teman mengalami musibah kematian, ada keluarganya yang wafat. Tentu saja dalam konteks ini, makan bersama dalam rangka ulang tahun menjadi tidak tepat lagi. Lebih elok, bila uang yang tadinya untuk mentraktir makan diberikan kepada sang teman yang mengalami musibah kematian tersebut untuk sedikit meringankan beban.

Dalam kesempatan lain, ketika Anda sedang enak-enaknya menyantap makanan di restoran, datanglah pengemis yang minta makan. Tak ada aturan dalam pasal manapun yang mengharuskan Anda menolongnya. Anda berhak untuk meninggalkan bahkan mengacuhkannya. Kualitas perilaku Anda, jelas ditentukan oleh bagaimana Anda bersikap dalam menghadapi kenyataan tersebut.

Bila itu dilakukan oleh orang awam, bisa jadi banyak orang tak peduli. Menjadi polemik tersendiri, bila tindakan itu dilakukan oleh orang terkenal. Bisa jadi memang tipis perbedaan mana yang tak elok dan mana yang tidak bagi sebagian orang. Disanalah pandai-pandainya kita mengukur diri dan menilainya.

Pada akhirnya, derajat kemanusiaan seseorang akan terlihat dari perilakunya dalam menjaga etika, lebih dari sekedar menaati aturan. Saya percaya, pembaca setia Message of Monday ini merupakan manusia-manusia berjiwa besar yang lebih mengedepankan etika di atas segalanya. Semoga.

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

Photo by cottonbro from Pexels

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Belanja Bijak Belanja CermatBelanja Bijak, Belanja Cermat
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.
KOMENTAR