Message of Monday – Senin, 15 Maret 2021 Jangan Sampai Kacang Lupa Pada Kulitnya Oleh: Sonny Wibisono *
”Ingatlah akan asal-usulmu.” -- Donald Rumsfeld, Mantan Menteri Pertahanan Amerika
Belakangan di media sosial ramai dibahas mengenai orang yang dinilai tidak tahu berbalas budi. Cerita ini membuat saya teringat dengan pengalaman hidup almarhum ayahanda. Kali ini saya hendak bercerita mengenainya. Ayahanda lahir dan besar di satu desa di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Jombang berada 90 km dari Surabaya yang dapat ditempuh perjalanan darat sekitar satu setengah jam dari dan ke Surabaya. Almarhum Gus Dur, mantan Presiden ke-4 Indonesia merupakan satu tokoh yang berasal dari Jombang.
Ayahanda menikmati masa kecilnya di Desa Ngoro, Jombang, mulai dari SD hingga SMA. Saat memasuki jenjang kuliah, ia merantau ke Jakarta dan diterima di Universitas Indonesia. Saat di Jakarta, ayahanda tinggal di rumah saudara di daerah Rawamangun. Tepatnya di Kompleks Dosen IKIP Daksinapati. Istilah dahulu bila menumpang hidup di tempat orang lain disebut ‘ngenger’. Selain dekat dengan tempat kuliah, ayah tentu saja dapat berhemat pula dalam biaya hidup. Saudara ayah sendiri berprofesi sebagai dosen di Fakultas Kedokteran UI. Singkat cerita, ayah saya akhirnya bisa bekerja secara mandiri.
Setelah ayah menikah dengan ibu di Solo, mereka memilih tinggal di daerah Rawamangun juga, tak jauh dari Kompleks IKIP. Ada kebiasaan rutin yang dilakukan ayah-ibu yang saya akan selalu ingat. Setiap menjelang puasa, saat lebaran, atau bahkan di hari Minggu, tak lupa kami datang bersilaturahmi ke tempat saudara ayah tersebut. Ayah-ibu selalu membawa buah tangan. Buah tangan ini mungkin tak seberapa nilainya, tapi ini untuk menunjukkan perhatian kepada orang yang kita kunjungi. Dalam acara-acara tertentu, ayah tak pernah luput untuk mengundangnya.
Dari hal tersebut, ayah-ibu mengajarkan kepada anak-anaknya, jangan pernah lupa dengan orang yang telah membantumu. Memang secara spesifik, orangtua tak pernah mengatakan begitu. Tapi apa yang ayah-ibu lakukan sudah menjelaskan lebih dari perkataan. Maka itu, ketika kita melihat berita seseorang yang mengkhianati orang yang telah membesarkan atau membantunya, hati ini menjadi trenyuh. Bagaimana bisa mereka melakukan itu.
Saya percaya bahwa tak ada manusia yang sempurna. Orang yang kita kagumi, kita tuakan, kita hormati, yang telah membantu kita, bisa saja memiliki kekurangan bahkan aib sekalipun. Saya sendiri menilai saudara ayah yang ‘mengurus’ ayah saat kuliah tersebut boleh dibilang hampir tak ada celanya, berperilaku baik, ramah, berkecukupan, dan tidak neko-neko. Saya biasa memanggil saudara ayah dengan panggilan Om dan Tante untuk istrinya. Om saya tersebut berhasil mendidik anak-anaknya hingga sukses, meraih wisuda, menikah, dan memiliki cucu. Terlepas dari kekurangan yang dimiliki, siapapun orang lain yang telah membesarkan kita, sudah sepatutnya kita menghormatinya. Ingat, karena dari jasa orang tersebut, kita bisa menjadi seperti sekarang ini. Tanpa mereka, bisa jadi kita bukan siapa-siapa.
Bila pun seandainya ada aib, kita sepatutnya menutupi dan menjaganya. Tak elok bila kita menyebarkannya ke orang lain. Bila ada kekurangan, tentu sedapat mungkin kita bantu perbaiki. Jika tak mampu, cukup kita mendoakannya saja.
Nah, jangan kita seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Saat kacang mulai tumbuh, berawal dari biji dengan dilindungi oleh kulit. Sang kacang terlindung dengan baik dari cuaca, angin, dan gangguan lainnya. Tapi saat kacang berada di atas meja, ia tak lagi berteman dengan kulitnya, bahkan mencari kulit baru. Ketika kacang dinikmati dan dimakan, sang kulit harus dibuang ke tempat sampah. Saat kesuksesan telah diraih, saat puncak kekuasaan berada dalam genggaman, saat kehidupan menjadi lebih baik, mereka melupakan segala sesuatu yang telah membuatnya menjadi seperti itu. Kacang yang lupa akan kulitnya.
Kepada orang yang telah membantu Anda, paling minimal tentu Anda mengucapkan terimakasih. Tapi tentu tak hanya itu. Anda mungkin tidak sanggup membayar atau mengganti secara materi terhadap bantuan yang diberikan kepada Anda. Banyak cara bagaimana Anda dapat terus menghormati jasa orang yang telah membesarkan Anda, misalnya melakukan komunikasi secara rutin dan bersilaturahmi.
Nah, jangan sampai Anda dicap sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih dengan melupakan jasa orang yang telah membesarkan Anda. Bahkan menusuknya dari belakang atau mengkhianatinya. Duh, jangan sampai ya. Saya percaya, pembaca setia Message of Monday ini merupakan manusia-manusia berjiwa besar yang dapat menghargai akan pentingnya arti kehidupan. Semoga.
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.