a a a a a a a a a a a a a a a
Logo Header
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Jatuhnya Sriwijaya Air dan Mahalnya Harga Tiket
Jatuhnya Sriwijaya Air dan Mahalnya Harga Tiket

Jatuhnya Sriwijaya Air dan Mahalnya Harga Tiket

Message of Monday – Senin, 11 Januari 2021
JATUHNYA SRIWIJAYA AIR DAN MAHALNYA HARGA TIKET
“Have a Safe Flight Back Home.”
-- Slogan dalam penerbangan pesawat sebelum lepas landas

Duka mendalam kembali menyelimuti dunia penerbangan Indonesia. Musibah jatuhnya pesawat komersial kembali terjadi di bumi pertiwi. Penerbangan Sriwijaya Air dengan kode SJ182 yang melayani rute Jakarta menuju Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Pesawat tersebut hilang kontak setelah empat menit lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada Sabtu, 9 Januari 2021.Diperkirakan seluruh penumpang dan awak tewas. Duka yang mendalam untuk para korban. Semoga arwah para korban diterima disisiNya. Dan bagi keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan dan kekuatan. Aamiin.

Belum dapat dipastikan penyebab jatuhnya pesawat nahas tersebut. Berbagai spekulasi mengenai jatuhnya pesawat bermunculan di berbagai media. Memang, sejak beberapa hari, baik media sosial maupun media mainstream, muncul berbagai teori melalui pesan teks bahkan video tentang sebab kecelakaan SJ 182, bahkan ada disertai video simulasinya. Daripada menduga-duga, sebaiknya kita menunggu pengumuman resmi dari pihak berwenang. Dalam hal ini KNKT.

Terlepas dari kecelakaan tersebut, ada hal yang patut dicermati. Pesawat berjenis Boeing 737-500 ini pertama kali beroperasi pada Mei 1994. Dengan kata lain, usia pesawat tersebut mencapai sekitar 26 tahun 7 bulan. Para ahli mengatakan tak ada hubungan antara kecelakaan pesawat dengan usia pesawat. Seorang kolega yang bekerja di bagian maintenance pesawat komersial mengatakan, jika dilakukan perawatan dengan baik, maka pesawat tersebut layak terbang bahkan hingga mencapai 30 tahun. Nah, itu bila perawatan dilakukan dengan maksimal.

Menariknya, FAA (Federal Aviation Administrasion) pernah mengeluarkan peringatan kepada semua maskapai penerbangan yang memiliki pesawat jenis boeing. Pada Jumat, 24 Juli 2020, FAA mengeluarkan peringatan (warning). Ditujukan pada 2.000 pesawat Boeing 737 Boeing 737 NG dan Classic yang diparkir karena pandemi. Pandemi menyebabkan banyak pesawat berhenti beroperasi. Pesawat Boeing 737 NG meliputi seri 600, 700, 800, dan 900. Adapun Boeing 737 Classis meliputi seri 300, 400, 500, dan untuk jenis ini banyak dipakai maskapai di Indonesia, termasuk Sriwijaya Air. FAA memperingatkan kemungkinan adanya korosi pada pesawat yang terlalu lama diparkir. Kerusakan ini dapat menyebabkan kegagalan pada mesin ganda. Para teknisi menemukan satu kerusakan komponen saat mengeluarkan pesawat dari penyimpanan. Hal ini menyusul adanya empat laporan terbaru dari matinya mesin tunggal pesawat yang terlalu lama diparkir. Apakah jatuhnya pesawat Sriwjaya karena hal ini, kita tidak tahu. Kita tunggu hasil penyelidikan resmi dari pemerintah.

Di satu sisi, situs www.nomadicmatt.com memuat tulisan menarik yang berjudul: ‘Why Your Air Plane Ticket is So Expensive Nowadays’. Ada banyak alasan mengapa harga tiket pesawat yang kita beli begitu mahal. Pertama, dalam beberapa tahun terakhir, banyak maskapai melakukan konsolidasi. Ada beberepa perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Misalnya, adanya maskapai yang bangkrut dan disertai merger, kini hanya ada segelintir maskapai penerbangan besar di Amerika Serikat. Di Kanada, negara terbesar kedua di dunia, hanya ada tiga: Air Canada, Air Transat, dan Westjet. Di Eropa, KLM dan Air France sekarang menjadi satu perusahaan. Kedua, harga bahan bakar meningkat pesat. Pada tahun 1996, biaya bahan bakar maskapai $ 0,55 per galon. Sekarang, harganya $ 1,95 per galon. Nah, maskapai tidak dapat menyerap semua kenaikan itu, jadi mereka membebankan ke sebagian konsumen, yang berarti tarif tiket menjadi lebih tinggi. Dan terakhir, tentu saja ada biaya-biaya tambahan lainnya, terutama berkaitan dengan pajak, yang disetiap negara berbeda aturannya.

Jadi sebenarnya, bila konsumen menginginkan harga tiket pesawat murah, sulit menjadi kenyataan. Yang memungkinkan, kita membandingkan harga dengan selisih yang tak jauh berbeda antara satu tiket dengan rute yang sama dengan tiket lainnya. Ada pemandangan takjub yang kadang sering saya lihat, bagaimana seorang sosialita memilih tiket pesawat murah, tapi membawa jinjingan tas branded semua. Sebenarnya bukannya tidak memiliki uang untuk membeli tiket dengan harga yang pantas, tetapi memang mereka tidak mau mengeluarkan uang berlebih. Satu kontradiksi yang nyata sekali.

Tapi, wajar saja bila konsumen menginginkan harga murah untuk tiket pesawat. Tetapi harus diingat, dengan low-cost yang dikeluarkan, ekspektasi yang diharapkan juga harus diturunkan. Tak bisa kita mengeluarkan uang yang sedikit tetapi menginginkan fasilitas kelas VIP. Saya teringat satu kisah saat naik Maskapai Jatayu Airlanes dalam rangka tugas. Maskapai ini sudah bangkrut. Waktu dihidangkan makan siang, seingat saya, maaf kalau salah, piring dan sendok masih terdapat tulisan ‘Air Zimbabwe’. Maskapai ini memang membeli Boeing, saat itu 737-200 dan 727-200, dalam keadaan bekas. Tiketnya waktu itu tergolong murah.

Lantas, apa yang bisa kita petik dari musibah jatuhnya Sriwijaya Air? Pertama, kita tunggu pengumuman resmi dari Pemerintah mengenai sebab-musabab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air. Kita tak perlu berspekulasi terlalu jauh. Kedua, Pemerintah sebagai regulator utama harus mengawasi industri penerbangan di masa pandemi secara keseluruhan, baik perusahaan, pesawat, bahkan pilotnya. Pilot yang lama tidak mengemudikan pesawat tentu harus di cek kembali, skill dan kesehatannya. Pemerintah juga perlu mengatur harga tiket. Penulis setuju jika tiket harus mahal, ini untuk zero tolerance kecelakaan. Mahal dalam konteks proporsional. Yang pasti harus ada rasionalitas yang menjelaskan berapa harga tiket sesungguhnya. Semua yang dikeluarkan ada harga yang harus dibayar. Bila memang harus ditekan lagi harganya, maka kenyamanan konsumen dapat dikurangi, misalnya: tak ada makan dan minum dalam pesawat, tak ada koran, tiket cukup elektronik, dan lainnya yang bisa dipangkas. Biar bagaimanapun tiket yang murah mempengaruhi biaya maintenance maskapai secara keseluruhan. Jangan karena murah, lantas mengabaikan faktor keselamatan. Padahal kita tahu, keselamatan adalah di atas segalanya. Semoga ke depannya maskapai kita menjadi lebih baik dan tak ada lagi kita mendengar jatuhnya pesawat.

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Belanja Bijak Belanja CermatBelanja Bijak, Belanja Cermat
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.
KOMENTAR