Message of Monday – Senin, 24 Mei 2021 Kebaikan Itu Menular Oleh: Sonny Wibisono *
"Imagine the greatness this world would know if kindness were as contagious and enduring as the common cold." -- Richelle E. Goodrich, penulis
Pandemi covid saat ini memasuki tahun kedua. Tak selamanya musibah yang hampir melanda seluruh dunia ini menimbulkan malapetaka dan hal-hal yang suram. Satu studi baru menemukan bahwa orang-orang justeru menjadi lebih baik dan lebih ramah selama pandemi dalam satu tahun terakhir ini. Dan itu menular. Kebaikan itu termasuk dalam memberikan makanan kepada para pekerja yang mengalami masa sulit, mengirimkan paket obat untuk kerabat dekat atau bahkan dengan memberikan perhatian kepada keluarga terdekat melalui aplikasi zoom atau sejenisnya. Kebaikan dan perhatian itu bukan hanya ditujukan kepada orang-orang yang dicintai, tapi juga terhadap orang asing.
Penelitian yang dilakukan oleh Travelodge, sebagaimana dikutip oleh www.metro.co.uk pertengahan Februari lalu, juga menemukan bahwa tindakan kebaikan secara acak yang dilakukan seseorang dapat menular.
Tapi, benarkah kebaikan itu menular? Sebuah sekolah dasar yang bernama Gaelscoil Mhichil di Clonakilty, Irlandia telah membuktikannya melalui anak didik mereka lewat pola pendidikan yang mereka terapkan bahkan sebelum pandemi covid ini muncul.
Selama bulan Desember, para siswa disana tidak mendapat pekerjaan rumah apapun termasuk tugas matematika, satu tugas bagi anak-anak yang mungkin dirasa berat. Para guru memutuskan memberi mereka tugas dengan apa yang disebut ‘acts of kindness’ atau mencatat kebaikan yang dilakukan setiap hari. Ini bukan pertama kalinya Gaelscoil Mhichil menerapkan ide menarik tersebut. Menurut laman facebook mereka di https://www.facebook.com/GaelscoilMhichilUiChoileain, dijelaskan bahwa para siswa telah melakukan kegiatan serupa di bulan Desember beberapa tahun sebelumnya. Untuk mengetahui dan memonitor anak-anak mereka, para orang tua atau wali murid harus menandatanganinya. Lantas, bagaimana teknis mencatat kebaikan tersebut?
Di hari Senin, para siswa diharuskan berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Dapat dilakukan dengan menelepon kakek-nenek mereka, berkunjung ke rumah panti jompo bila tak lagi memiliki kakek atau nenek, atau dapat pula membantu orangtua, menyeberang jalan misalnya. Di hari Selasa, mereka mengambil alih tugas anggota keluarga lain walau tanpa diminta sekalipun. Misalnya mencuci pakaian atau menyapu rumah. Rabu adalah hari kebaikan, artinya anak-anak boleh melakukan hal baik apapun. Untuk hari Kamis, mereka melakukan sesuatu yang baik untuk diri mereka sendiri dengan tujuan untuk menjaga kesehatan mental dan emosional mereka sendiri. Hari Jumat pagi, anak-anak diminta untuk menuliskan satu kebaikan yang dilakukan oleh temannya. Anak-anak tak hanya berbuat baik, tapi juga melihat kebaikan yang dilakukan orang lain.
Pola pendidikan yang dilakukan oleh Gaelscoil Mhichil mendapat apresiasi yang positif dari berbagai pihak dalam dan luar negeri. Beberapa sekolah lain mencoba meniru pola pendidikan di sekolah tersebut.
Mengajarkan berbuat baik sedari dini memang sangat dianjurkan. Walau berbuat baik adalah suatu pilihan, sejatinya kemampuan untuk berbuat baik sudah menjadi bawaan sejak lahir setiap insan manusia. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak mulai membantu orang-orang di sekelilingnya sejak dini. Jadi apa yang diajarkan Gaelscoil Mhichil makin menguatkan dan membentuk anak-anak menjadi pribadi yang makin kokoh dan kuat dalam berempati terhadap sesama. Hal itu dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan sekolah tersebut dimana para siswa yang bersekolah disana memiliki toleransi yang tinggi, baik dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Mengapa berbuat baik itu perlu? Nah, cobalah renungkan beberapa saat saja, kita bisa hidup seperti sekarang ini karena budi baik dari orang lain. Anda makan setiap hari, karena ada yang mengolah, memasak, dan menyediakannya. Anda memiliki pakaian karena ada yang menjahitkannya. Anda tinggal di rumah karena ada yang membangun rumahnya. Itu hanya sekedar contoh. Berapa banyak kebaikan yang orang lain lakukan kepada Anda sehingga membuat Anda menjadi seperti saat ini. Terlalu banyak utang budi Anda kepada orang lain yang tak terhingga jumlahnya. Jadi sudah saatnya kita juga berbuat baik kepada sesama, baik kenal atau tidak.
Berbuat baik sejatinya bukan hanya menjawab ego sendiri tapi juga secara bersama-sama menjaga ketahanan sosial. Apalagi disaat pandemi yang terjadi saat ini. Saat ekonomi makin sulit, kita perlu saling menjaga dan membangun bersama dengan penuh welas asih. Jadi, kebaikan apa yang sudah Anda lakukan hari ini?
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.