Message of Monday - Senin, 29 September 2008 Meminta Maaf Oleh: Sonny Wibisono
“Memberi memang lebih baik daripada meminta. Tetapi pemberian maaf yang tulus dimulai dari permintaan maaf yang tulus pula.” -- Anonim
AKHIRNYA mereka berpelukan bahagia. Tak ada lagi dendam. Keduanya saling mengasihi dan menganggap masa lalu sebagai kesalahan kecil. Ibu, wanita tua yang penyabar dan penyayang itu hidup bersama anak, menantu, dan cucu-cucunya yang lucu. Istana itu sungguh memanjakan keluarga kecil tersebut.
Siapakah keluarga yang berbahagia itu? Itulah kisah keluarga Hendra di Jakarta. Setelah bertahun-tahun diliputi rasa bersalah yang sangat, Hendra akhirnya memohon maaf atas tindakan terhadap ibunya yang telah disakitinya beberapa waktu yang lampau. Ia bersyukur memiliki ibu yang pemurah dan penyayang. Selayaknya di mana-mana pun ibu memang selalu memiliki sifat seperti itu. Walau sedemikian buruk perlakuan yang diterima oleh anaknya, tohpintu hati memiliki keluasan.
Memang, bagi sebagian orang, meminta maaf dirasakan sebagai hal yang sulit. Kadang dibutuhkan waktu yang lama untuk melakukannya. Seperti yang dilakukan Hendra terhadap ibunya. Mengapa orang sulit untuk meminta maaf? Alasannya beragam, seperti tinggi hati, merasa benar sendiri, gengsi. Atau bisa juga karena soal tata krama, biasanya mereka yang merasa lebih tua atau lebih tinggi derajatnya menganggap tidak perlu untuk meminta maaf.
Apapun alasannya, meminta maaf jelas tidak enak, mungkin diledek orang, dan malu, karena berarti mengakui kesalahan yang telah diperbuat.
Sesungguhnya dalam relung hati setiap manusia, akan ada kegundahan jika telah melakukan kesalahan dan ada keinginan untuk meminta maaf sesegera mungkin. Tanpa meminta maaf, akan terjadi ketidakseimbangan jiwa bagi orang yang telah melakukan kesalahan.
Bicara maaf memaafkan, biasanya kita teringat akan hari Lebaran. Sejatinya, meminta maaf bukanlah masalah ritual setahun sekali, seperti saat Lebaran. Karena pada hakekatnya, meminta maaf merupakan kebutuhan jiwa, bukan sekadar ritual belaka. Walau begitu, meminta maaf saat lebaran tetap merupakan hal yang baik dan perlu dilakukan. Hal itu sebagai sebuah penciptaan kondisi untuk membantu memudahkan orang meminta maaf.
Ada banyak alasan, mengapa orang perlu meminta maaf. Pertama, jelas manusia merupakan tempatnya salah. Jadi sudah pasti, secara sengaja atau tidak sengaja, kita pernah melakukan kesalahan, baik terhadap atasan, bawahan, orang tua, anak, saudara, atau teman sejawat. Kedua, walaupun katakanlah seandainya maaf yang kita minta tidak atau belum diberikan, tetapi hal itu setidaknya telah menghilangkan sedikit beban yang ada di pundak. Ketiga, dengan meminta maaf secara tulus, maka hal itu dapat meluluhkan hal-hal negatif yang ada dalam diri kita. Hati pun menjadi netral. Keempat, dengan meminta maaf, ketenangan jiwa nantinya lebih mudah kita raih. Karena pada dasarnya hati harus selalu dibersihkan, agar setiap langkah kehidupan kita menjadi ringan. Dan terakhir, dengan meminta maaf, hal itu dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.
Tak mudah memang untuk meminta maaf. Diperlukan keberanian dan keteguhan hati yang paling dalam untuk dapat melakukannya. Oleh karena itu, meminta maaf perlu dilakukan pada situasi dan kondisi yang tepat.
Lakukanlah permintaan maaf pada waktu yang tepat. Biasanya lebih cepat lebih baik. Tapi malah kadang sebaliknya. Akan lebih baik meminta maaf jika perasaan sudah tenang, hati sudah mencair, dan kepala sudah dingin.
Sebaiknya, minta maaflah secara khusus. Anda harus menyebutkan secara spesifik kesalahan mana yang telah Anda perbuat. Misalnya Anda meminta maaf kepada tetangga sebelah, ”Maafkan saya ya pak, tempo hari mengambil jambu di rumah bapak tanpa izin.” Oleh karena itu diperlukan timingyang tepat untuk melakukannya. Jika di hari Lebaran permintaan maaf yang keluar hanya bersifat umum, seperti, ”Mohon maaf lahir bathin ya,” mungkin jawabannya pun juga bersifat umum. Karena tentu orang tak paham kesalahan apa yang dimaksud. Kita tidak akan pernah tahu apakah orang tersebut mau memaafkan kita seandainya kita tidak menyebutkan kesalahan yang pernah diperbuat secara spesifik. Disinilah keberanian Anda diuji, dan akan terlihat keikhlasan orang yang dimintai maaf tersebut.
Kalau benar Anda ingin meminta maaf, minta maaflah dengan sungguh-sungguh. Akui kesalahan yang telah diperbuat.
Bila Anda meminta maaf, jangan mencari pembenaran atas tindakan yang telah Anda perbuat atau sebenarnya tak ada penyesalan dalam diri Anda, seperti ungkapan, ”Saya minta maaf dan mengaku salah...tetapi...”
Sekecil atau sebesar apapun kesalahan, lakukanlah permintaan maaf dengan tulus ikhlas. Jika sebelumnya kesalahan yang telah Anda perbuat mengakibatkan renggangnya hubungan yang selama ini telah dijalin dengan baik, maka tanyakanlah apa yang dapat Anda lakukan untuk memperbaiki hubungan tersebut.
Dan yang paling penting ialah, Anda harus bersabar. Karena tak selalu permintaan maaf langsung diterima. Kadang butuh waktu. Bisa cepat, bisa lebih lama. Berilah waktu. Dimaafkan atau tidak permohonan maaf Anda, itu soal lain, tapi setidaknya Anda telah melakukan suatu tindakan ksatria. (290908)
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.