‘a bone to the dog is not charity. Charity is the bone shared with the dog when you are just as hungry as the dog.’ -- Jack London, novelis dari Amerika
Dalam hidup ada ada satu pengecualian bahwa tindakan mencuri tak bisa disalahkan. Mencuri hati. Lain dari itu tak dapat dibenarkan, apapun bentuknya. Belum lama ini di media viral satu keluarga yang terdiri dari ibu, bapak, dan anak-anaknya mencuri kotak amal di masjid. Sebelum itu, di Brebes seorang remaja mencuri setandan pisang milik warga yang juga sama-sama dari keluarga tak mampu. Sejatinya banyak sekali kisah-kisah sejenis di masa pandemi ini. Mereka mencuri pada hakikatnya untuk menyambung hidup. Tak lebih. Mencuri karena keadaan memaksa mereka berbuat begitu. Apalagi yang bisa mereka lakukan, itu pikir mereka. Mengapa kejadian tersebut ada dan terus berulang? Siapa yang patut disalahkan dari kejadian tersebut. Yang paling bertanggung jawab tentu saja adalah tetangga di sekeliling mereka. Membiarkan tetangga terdekat mengalami kelaparan, apalagi bila menyebabkan kematian, merupakan dosa yang tak dapat dimaafkan. Begitulah yang diajarkan dalam agama.
Mencuri memang tak tak dapat dibenarkan. Harus dilihat mengapa mereka sampai mencuri. Ada dua faktor mengapa seseorang melakukan tindakan pencurian. Karena serakah (greed), ingin mendapat yang lebih banyak atau hanya untuk sekedar untuk menyambung hidup (need).
Nah, cobalah lihat sekeliling rumah dan lingkungan Anda. Apakah Anda yakin mereka baik-baik saja? Seorang tetangga depan rumah, tetiba datang ke rumah dengan maksud meminjam beras. Perusahaan memangkas gajinya hingga 70 persen lebih. Tanpa pikir panjang kami langsung memberikan satu plastik kantong beras persediaan yang kami miliki. Kami bilang, tak perlu dikembalikan, ambil saja. Belum lama pula berselang seorang tetangga yang lokasinya hanya beberapa meter dari rumah kami, terkena covid. Satu keluarga pun diisolasi. Otomatis sang kepala keluarga tak bekerja. Artinya tak ada pemasukan sama sekali. Setelah berembuk yang difasilitasi Pak RT, warga sepakat secara bergotong royong memberi makan tiga kali sehari kepada mereka. Bahkan seringkali kita bertanya, mau mau makan apa esok hari. Karena ditakutkan ada pantangan makanan yang tak bisa dimakan.
Ada hikmah besar yang dapat dipetik saat pandemi melanda negeri negeri ini. Inilah saat yang tepat untuk melakukan dan memberikan lebih dari yang kita miliki. Jack London, novelis asal Paman Sam dalam bukunya ‘Confession’ mengatakan ‘a bone to the dog is not charity. Charity is the bone shared with the dog when you are just as hungry as the dog.’ Dengan kata lain, berbagi dalam keadaan berlebih itu biasa, dan memang sudah seharusnya, tapi bila berbagi dalam keadaan kekurangan itu baru luar biasa. Nah, gimana, sudah siap Anda berbagi hati, eh, berbagi dengan sesama?
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.