Message of Monday – Senin, 21 Februari 2022 Menggapai Puncak dengan Merangkak Oleh: Sonny Wibisono *
“Jika ada pintu di depan saya, akan saya ketuk. Jika saya tidak dapat masuk melalui pintu itu, saya akan masuk melalui jendela.” -- Rosie Perez, aktris
Kutipan di atas terdengar nyeleneh. Terkesan nekat. Seperti maling saja. Tapi, ucapan Rosie Perez ini memperlihatkan satu kerja keras yang tidak mengenal lelah. Nah, sekarang mari kita simak kisah seseorang yang berusaha mendaki gunung.
Namanya Elfin Nugraha. Umurnya masih terbilang belia, 25 tahun. Ia lulusan satu sekolah kejuruan di Padang, Sumatera Barat. Sehari-hari ia bekerja membantu orangtuanya dan mengelola konten di media sosial. Belum lama ini, Elfin, begitu panggilannya, berhasil mendaki dua gunung di Sumatera Barat, yakni Gunung Marapi dan Gunung Talang. Aktivitas yang sebenarnya merupakan hal biasa saja dan sudah sering dilakukan banyak orang. Bahkan yang lebih muda dari Elfin sekalipun. Menjadi tidak biasa, karena Elfin melakukannya dengan cara merangkak naik!
Ya, Elfin merupakan pengidap daksa polio. Bermula dari mimpinya untuk dapat naik gunung, sejumlah rencana pun disusun Elfin. Lantas Elfin menghubungi beberapa Mahasiswa Pencinta Alam alias Mapala yang ada di Sumatera Barat. Namun usahanya belum berhasil. Sebenarnya mereka sudah mendatangi rumah Elfin untuk mensurvei dan melihat kondisi fisik yang dialaminya. Tapi tidak berlanjut. Mungkin mereka ada kesibukan lain. Begitu ujar Elfin dalam satu wawancara.
Tak patah semangat, Elfin mencari jalan lain. Kebetulan ia menonton Youtube mengenai Ekspedisi Atap Negeri Fiersa Besari di Gunung Talamau. Pemandu Fiersa Besari yang juga menetap di Sumatera Barat segera dikontak Elfin. Selain itu, Elfin juga mencari orang lain untuk bisa mengiringinya mendaki.
Gayung bersambut. Tim pemandu ekspedisi merespon Elfin. Mereka mendatangi rumah Elfin untuk melihat keadaannya. Pertanyan yang mereka ajukan, bagaimana cara mendakinya? Dengan merangkak. Tentu saja Elfin juga butuh bantuan tim. Syukurlah, usaha Elfin akhirnya membuahkan hasil.
Singkat cerita, kesepakatan dihasilkan. Elfin dan tim pun berangkat menuju kaki Gunung Marapi. Oh ya, Gunung Marapi beda ya dengan Gunung Merapi yang ada di Pulau Jawa. Tim sepakat menamakan ekspedisi ke Gunung Marapi dengan nama ‘Ekspedisi Melawan Keterbatasan’. Hal itu karena melihat kondisi Elfin dengan keterbatasannya yang memiliki tekad kuat untuk menuju puncak Gunung Marapi. Dengan merangkak, dia berhasil sampai di puncak dalam waktu tiga hari. Tak hanya Gunung Marapi, Elfin juga berhasil menaklukkan Gunung Talang.
Apa yang bisa dipetik dari kisah Elfin? Perjalanan pendakian ternyata memberikan Elfin banyak pelajaran hidup. Seperti yang dituturkan sendiri olehnya, ia mendapat pengalaman bahwa seseorang dalam menjalani hidup harus melalui proses. Harus dari bawah untuk meraih sukses. Tak ada yang instan prosesnya. Mendaki gunung yang sulit layaknya seseorang meraih kesuksesan.
Satu hal yang juga tak kalah penting, Elfin juga ingin agar penyandang disabilitas tak dipandang sebelah mata. Bahwa meski memiliki keterbatasan, dirinya mampu membuktikan dapat mencapai puncak gunung. Betul, Elfin hanyalah seorang pria dengan keterbatasan fisik. Namun dengan segala keterbatasannya, tidak menjadikan Elfin putus asa dalam menghadapi tantangan mendaki gunung. Bahkan Elfin mampu memperlihatkan kepada khalayak atas apa yang telah dilakukannya, sekaligus memberikan inspirasi bagi siapapun untuk tidak pernah menyerah dan putus asa dalam menggapai sesuatu.
Seperti slogan jam tangan terkemuka di tahun 1991, 'Don’t crack under pressure'. Yang menggambarkan bahwa keberhasilan seorang dalam bertanding atau menggapai tujuan ditentukan oleh kekuatan mentalnya, bukan fisiknya. Begitu pula dalam menjalani hidup ini. Don’t crack under pressure. Jangan mudah menyerah!
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Sumber foto: Instagram Elfin Nugraha, https://www.instagram.com/elfinnugraha_24/
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.