Message of Monday – Senin, 31 Mei 2021 Phubbing, Saat Hati Dikalahkan oleh Jari Oleh: Sonny Wibisono *
"Matikan komputermu. Matikan juga telepon genggammu. Dan perhatikan manusia di sekelilingmu." -- Eric Schmidt, CEO Google
Widi jengkel betul dengan istrinya. Sepanjang hari Minggu, mereka sepakat memilih beristirahat karena adanya pandemi ini. Anjuran dari Pemerintah untuk bekerja dari rumah telah mereka terapkan. Istilahnya kerennya, work from home. Mereka bepergian hanya bila perlu saja.
Lima hari bekerja walau di rumah membuat mereka lelah karena menguras pikiran. Nah, hari Minggu saat yang tepat untuk bercengkerama dan memadu kasih.
Tapi akhir pekan yang seharusnya indah justeru berubah menjadi menyebalkan. Seharian Ningsih sibuk dengan telepon genggamnya. Saat diajak berbicara atau berdiskusi pun, sang isteri tetap asyik-masyuk dengan perangkat pintarnya tersebut. Seakan-akan Widi seperti sebuah patung.
Namun yang membuat Widi makin jengkel, ternyata Ningsih terus menerus menggenggam telepon genggam kesayangannya. Kadang tertawa sendiri, kadang keningnya berkerut seperti sedang berpikir keras. Padahal Widi ada disebelahnya. Sampai Widi melongo melihatnya. Ningsih bahkan sampai tak ingin jauh dari colokan listriknya. Perangkat yang disayanginya itu sering kehilangan tenaga, sehingga terpaksa harus dicharge.
Widi geleng-geleng kepala. Namun sang isteri cuek bebek. Alasannya, ia sedang mengobrol dengan teman-temannya yang kini sulit dijumpainya. Maklum, pandemi membuat orang susah bertemu dan berkumpul. Widi pun mengalah demi kebaikan bersama dan memilih untuk keluar rumah dan mengobrol dengan tetangga.
Kasihan betul si Widi. Seseorang yang bermain telepon genggam saat mengabaikan orang yang berada dihadapannya memang hal yang sangat menjengkelkan.
Fenomena ini disebut dengan istilah phubbing. Kependekan dari phone and snubbing. Sayangnya, kita belum memiiliki kata serapan dari phubbing ini. Phone and snubbing, penghinaan melalui telepon genggam, kira-kira begitulah maknanya.
Cobalah bayangkan, jika diri Anda sendiri yang diabaikan saat Anda sedang bicara sementara lawan bicara Anda pikirannya entah kemana dengan telepon genggamnya. Menyakitkan bukan?
Phubbing sendiri pertama kali diciptakan sebagai istilah pada Mei 2012. Satu biro iklan Australia menciptakan istilah ini untuk menggambarkan fenomena yang berkembang dari orang-orang yang mengabaikan teman dan keluarga mereka yang berada tepat di depan mereka dan malah menelusuri telepon genggam mereka.
Satu contoh yang sempat viral di media beberapa waktu lalu, saat Sudjiwo Tedjo, seorang seniman senior pernah memperingatkan seorang politisi dalam suatu acara yang disiarkan secara langsung di televisi.
Ia menegur sang politisi yang memainkan telepon genggamnya saat Sudjiwo sedang bicara. “Saya lagi bicara. Saya tidak buka HP ketika Anda tadi bicara. Saya akan berhenti ngomong sebelum semua berhenti (memegang HP). Oke?" begitu sindiran tegas Sudjiwo Tedjo yang disambut tepuk tangan dari hadirin.
Jauh sebelum istilah phubbing mencuat, Eric Schmidt, CEO Google, telah mewanti-wanti dalam pidatonya di University of Pennsylvania, Amerika Serikat, pada 18 Mei 2009. Dihadapan enam ribu wisudawan di University of Pennsylvania, Schmidt berujar, “Matikan komputermu. Matikan juga telepon genggammu. Dan perhatikan manusia di sekelilingmu.”
Schmidt mengatakan begitu setelah melihat banyaknya kaum muda yang hanya terpaku pada dunia virtual. Seakan tak peduli untuk berelasi dengan orang lain. Kekawatirannya akhirnya benar-benar menjadi kenyataan saat ini.
Setahun setelah Eric Schmidt melontarkan kekawatirannya, pada Februari 2010, para uskup senior di kota Liverpool, Inggris, bahkan menantang para umatnya untuk melakukan puasa teknologi selama empat puluh hari. Mereka mendorong orang-orang untuk memangkas penggunaan karbon dengan tidak memakai sejumlah gawai.
Fenomena yang kita lihat saat ini memang sungguh mengkhawatirkan. Nah, sudah saatnya kita mengurangi secara drastis penggunaan telepon genggam dan gawai lainnya. Gawai, termasuk telepon genggam, pada hakekatnya dibuat dengan tujuan membantu si pemakainya. Gunakanlah secara bijak.
Teknologi, seperti mata uang, memiliki dua keping sisi. Jangan sampai ia membunuhmu secara perlahan pada sisi yang lain. Penelitian juga membuktikan bahwa memakai telepon genggam secara terus menerus tidak baik bagi kesehatan. Apalagi berlama-lama menatap layarnya.
Komunikasi yang baik, biar bagaimanapun, tak hanya semata dengan jari-jari, walau teknologi sudah maju begitu pesat. Berbicara dengan tatap muka, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh tentu lebih memanusiakan diri.
Kita seharusnya memang dapat berhenti sejenak dari kegaduhan dunia virtual dan kembali pada ‘habitatnya’ sebagai makhluk sosial. Setuju kawan?
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.