Message of Monday – Senin, 5 April 2010 Reuni Oleh: Sonny Wibisono *
“Perpisahan merupakan awal dari pertemuan tak terduga berikutnya.” -- Anonim
WABAH baru itu bernama reuni. Kafe, food court, ruang besar di hotel, sekolah, kampus, atau sekadar tongkrongan di pinggir jalan kini banyak diisi oleh orang-orang yang berkumpul kembali. Istilahnya, ya reuni itu tadi. Mereka yang sudah lama tak jumpa, berkumpul lagi untuk menjalin pertemanan yang telah lama menghilang. Tengoklah di food court centredi sebuah apartemen di daerah Kuningan, awal bulan ini, misalnya. Sebuah reuni dengan meriah diadakan.
Tak bisa dipungkiri, ini adalah dampak dari situs pertemanan yang marak belakangan ini. Dengan situs pertemanan itu, mereka yang tak ketahuan rimbanya seolah berada di depan mata. Sebenarnya reuni secara maya telah terjadi. Namun pertemuan fisik tetaplah penting. Akhirnya, digagaslah pertemuan itu. Mereka melepas kerinduan setelah hampir dua puluh tahun terputus.
Lalu apa yang terjadi dalam peristiwa bertemu kembali ini? Banyak. Kaum lelaki yang berperut subur. Kaum wanitanya yang juga sudah melar tubuhnya. Walau mungkin saja masih tetap menyimpan ketampanan dan kecantikannya di masa lalu. Bahkan terbetik kabar, ada yang telah meninggal. Cerita lainnya, ada yang diam-diam menjerit histeris karena ternyata pujaan hatinya di masa lalu tak datang. Ada juga yang tersenyum sumringah karena bertemu lagi dengan mantan kekasih di zaman cinta monyet dulu. Ada juga yang sudah berhasil menjadi pengusaha, sehingga bisa menjadi donatur acara tersebut. Bakpermen yang memiliki banyak rasa, banyak perubahan terjadi disana-sini.
Namun tak sedikit yang diam-diam minder karena merasa nasib dan karirnya tak terlalu cemerlang. Semua beraduk menjadi satu dalam sebuah acara yang berkemas, temu kangen atau mengenang masa lalu itu. Setelah itu, tak sedikit yang kemudian melanjutkan acara reuni itu menjadi erat. Mereka membuat arisan rutin atau kumpul bareng bersama secara berkala. Lalu ada pula yang mewadahi menjadi suatu paguyuban.
Tak ada yang salah. Bahkan sangat bagus. Menjalin kembali persahabatan yang telah lama terbengkalai. Hidup dalam suasana kekeluargaan dan keakraban adalah satu kenikmatan yang luar biasa. Namun tentu saja berkumpul secara rutin saja tidaklah cukup.
Lantas apa yang harus dilakukan? Reuni atau berkumpul kembali tentunya hanya satu langkah awal untuk memulai sesuatu yang baru, persis seperti yang dilakukan puluhan tahun silam, atau tepatnya pada saat kita sedang bersama-sama duduk di sekolah yang sama. Ingatlah suatu ketika kita pernah membuat tugas sebuah mata pelajaran secara berkelompok. Bersama-sama membeli kodok untuk pelajaran biologi, misalnya. Kita sama-sama urunan untuk membeli kodok tersebut, walau akhirnya harus disembelih untuk dilihat bagian dalam dari tubuhnya. Kita yang saat itu tak punya uang dan hanya bisa memberikan sedikit untuk urunan, sehingga terpaksa ditalangi oleh mereka yang punya kelebihan uang.
Kita pernah pula, mungkin, harus terbaring sakit di rumah. Pada saat itu, teman-teman kita datang menjenguk untuk memberikan semangat agar lekas sembuh. Penganan yang seadanya, yang kita tahu merupakan hasil patungan dari teman-teman menjadi satu penghibur yang terasa manis.
Barangkali kini kita mengalami hal yang sebaliknya. Berkecukupan secara materi, saatnya untuk membantu teman-teman yang kekurangan. Atau kini kita yang masih bugar dan sehat, sudah saatnya untuk menggerakkan kaki untuk menjenguk, apalagi memberikan bantuan pada mereka yang tengah mengalami gangguan kesehatan. Sekadar untuk bertanya pada mereka tentang keadaan keluarganya, tentu sangat membantu mereka yang kekurangan.
Mengadakan reuni semestinya memang tidak berhenti dengan usainya kegiatan itu. Namun yang jauh lebih menyenangkan, silaturahmi yang terjalin membawa masing-masing dari kita untuk tetap saling menyapa, kembali berkawan, dan tentu saja memberi bantuan sekecil apa pun, moril dan materiil, bagi mereka yang membutuhkan. Atau ke depannya, mungkin saja menjalin kerjasama dalam bentuk lainnya yang saling menguntungkan. Dan yang paling penting, menjalin kembali tali kasih yang telah terberai. Itulah inti dari reuni.
*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media Komputindo, 2009
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.