Message of Monday – Senin, 23 Mei 2022 Saat Rindu Kian Membuncah Oleh: Sonny Wibisono *
“I miss you every second of every minute, every minute of every hour, every hour of every day.” -- Shanece
Dalam beberapa hari terakhir ini, khususnya selepas lebaran ramai masyarakat mengadakan pertemuan. Keramaian ini bukan tanpa sebab. Yang pertama, pemerintah membolehkan kembali masyarakat mengadakan kegiatan di dalam ruangan setelah sebelumnya dilakukan larangan dan pembatasan. Kedua, ini yang penting, masyarakat selama dua tahun belakangan ini geraknya dibatasi, bahkan mudik pun tak boleh. Baru tahun ini mudik diperbolehkan. Jadi tak aneh, apalagi bila selepas akhir pekan, banyak rumah makan, tempat wisata, dan juga rumah pribadi digunakan sebagai titik poin untuk bertemu.
Pertemuan tersebut, ada yang bersifat informal dan formal. Tentu saja lebih banyak informalnya alias pertemuan tak resmi ketimbang pertemuan resmi. Pertemuan informal ini banyak menggunakan embel-embel tertentu. Sebut saja, halal bihalal, reuni, syawalan, temu kangen, dan lain sebagainya. Mengapa mereka mengadakan pertemuan seperti itu? Jawabnya hanya satu. Karena rindu.
Benarkah semata hanya karena rindu? Saya meyakininya demikian. Bila ada alasan lain, ya itu urusan pribadi masing-masing. Rindu, sinonimnya kangen. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau biasa disingkat KBBI, rindu diartikan sebagai sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu; memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu. Jadi konteksnya memang bisa seseorang atau sesuatu.
Bahasa Indonesia memang hanya mengenal dua kata, rindu dan kangen. Tidak demikian halnya dalam Bahasa Inggris. Bahasa Inggris membutuhkan banyak kata untuk mendefinisikan rindu. Dalam thesaurus sendiri, ada banyak kata yang mengandung arti rindu. Tergantung dari konteks kalimat apa yang digunakan. Selain ‘miss’ yang familiar sebagai arti dari rindu, terdapat pula; yearning, homesick, wistful, heartsick, hankering, atau longing. Yang kesemua kata itu bila diterjemahkan bebas ke dalam Bahasa Indonesia artinya tetap saja rindu.
Jadi bisa dikatakan rindu dalam Bahasa Indonesia bermakna sangat luas. Kita tak hanya memaknai rindu sebagai romantika belaka. Hanya sebagai masalah percintaan semata. Tetapi maknanya lebih luas dari itu. Jadi kalau tetiba rindu atau kangen, ya bilang saja. Tinggal ngomong, apa susahnya. Jangan sungkan. ‘Eh, gua kangen nih.’ Jangan pula lantas diartikan macam-macam. Apalagi bila kita mengatakan rindu kesesama jenis, bisa-bisa sudah ketakutan duluan bahwa nanti dibilang homo atau lesbi. Alamak.
Tapi lihatlah dari perspektif positif. Bila orang mengatakan rindu, dapat berarti tali silaturahmi harus disambung kembali. Bisa juga merajut kembali ikatan yang mungkin mulai renggang. Rindu juga bukan hanya masalah emosional semata. Makna yang lebih mendalam, rindu dapat pula berarti menerima apa adanya tanpa kaitan stempel apapun, keyakinan, pilihan politik, atau strata sosial. Rindu juga berarti persatuan. Rindu akan kebenaran yang mungkin mulai tergerus. Dan juga rindu suasana kekeluargaan.
Nah, pandemi membuat banyak orang tak bisa bertemu atau harus terpisah bahkan berada jauh dengan orang-orang yang seharusnya bisa kita temui. Atau sesuatu yang biasa kita jumpai atau lakukan. Kondisi itu pada akhirnya membuat masalah kesehatan terutama masalah mental menjadi masalah serius selama pandemi. Ya, akibat rasa rindu yang kian membuncah.
Sejatinya rindu hal yang wajar. Tapi terlalu lama mememdam rindu juga tak baik bagi kesehatan. Dalam laporan yang dikeluarkan Scientific American, dijelaskan bahwa rindu dapat membuat kesehatan terganggu. Karena rindu, memicu terjadinya peningkatan rasa kecemasan, gejala depresi, hingga masalah seperti gangguan tidur. Penjelasan ilmiahnya, rindu dapat membuat tubuh mengalami respon fisik yang setara dengan gejala penarikan obat. Waduh!
Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan guna mengatasi rasa rindu, meski tak dapat bertemu atau mendatangi dan melakukan sesuatu, misalnya, jalin komunikasi seintens mungkin, beraktivitas sesuatu yang bermanfaat, atau lakukan hal—hal yang menyenangkan. Tapi memang ada satu obat rindu yang tak terbantahkan. Apa itu? Datangi atau temui!
Pertemuan sejatinya juga tak hanya sebagai pelepas rindu yang membuncah. Tapi juga lebih dari itu. Bahkan penelitian menunjukkan pertemuan atau silaturahmi dapat memperpanjang umur. Jadi bila ada yang mengajak untuk berkumpul dalam rangka halal bihalal atau reuni atau hantu blau apapunlah namanya, yang intinya sama saja yaitu melepas rindu, jangan sia-siakan kesempatan itu. Kesempatan mungkin bisa datang kapan saja. Tetapi momentum bila sekali telah hilang tak akan pernah datang lagi.
Jangan sampai nanti Anda menyesal di kemudian hari. Dari awalnya hanya bisa bilang ‘friends, kita harus bareng ya’, lalu ‘pokoknya jadwal kumpul coba diatur’, menjadi ‘yang penting masih bisa bertemu saja sudah bersyukur kok’, hingga akhirnya ‘wah, bagaimana kabarnya mereka sekarang ya’. Kita tak tahu lagi rimbanya dimana mereka. Penyesalan selalu datang diakhir. Kalau didepan namanya pendaftaran.
Jadi bila ada teman dekat, kolega, atau sekumpulan orang menghubungi Anda, entah via telepon, whatsapp, atau media sosial apapun, bahkan melalui perantara orang lain, dan mengatakan, ‘wah kangen nih’ atau ‘we miss u’, maka langsung dijawab ‘yuk ketemuan’. Rindu itu seperti menahan kebelet. Bila tak segera dikeluarkan bisa menjadi penyakit. Jadi bila rindu telah membuncah, segera tuntaskan. Jangan pakai lama.
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.