Message of Monday - Senin, 8 Juli 2013 Sang Sufi Pemecah Batu Oleh: Sonny Wibisono
"I am extraordinarily patient, provided I get my own way in the end." -- Margaret Thatcher
DI satu sudut pekarangan rumah, seorang lelaki bertubuh tegap hendak mulai bekerja. Ia melepas bajunya. Tak lama ia mengambil alat pemecah batu. Ancang-ancang dilakukannya. Terpancar rasa optimis di wajahnya. Lalu ia mulai memukul batu dihadapannya dengan keras.
Suara pukulan pada batu memecah keheningan di waktu pagi. Satu kali, dua kali, sepuluh kali. Batu belum pecah. Ia memukul kembali. Dua puluh kali. Tiga puluh kali. Batu masih tetap utuh. Ia kembali memukul dengan keras. Empat puluh kali. Lima puluh kali. Batu belum juga pecah. Kali ini, ia memukul dengan lebih keras lagi. Tapi hingga seratus kali pukulan, batu belum pecah juga.
Sang lelaki nampaknya putus asa. Ia pun bersandar di batu tersebut. Nafasnya turun naik. Lelah menghampiri tubuhnya. Tiba-tiba dari arah depan, datang seorang lelaki kurus berbaju putih. Ia tampak seperti seorang sufi dan bermaksud membantu lelaki yang sedang kepayahan tersebut.
"Boleh saya bantu memecahkan batu itu?" tanya sang sufi. Sang lelaki yang tampak kepayahan tadi nampaknya pesimis. Ia saja sudah seratus kali mencoba memecahkan batu, tetapi tetap gagal.
Namun, ia mempersilahkan sang sufi itu mencobanya. "Silahkan saja, saya sudah menyerah." katanya.
Sang sufi pun lalu mengayunkan alat pemecah batu dan memukul batu yang belum pecah tersebut. Sekali, dua kali, tiga kali, hingga kali kelima pukulan yang diayunkan, batu itu akhirnya pecah juga. Lelaki dihadapannya yang menyaksikannya begitu keheranan sekaligus takjub.
"Luar biasa, Anda tentunya mempunyai ilmu khusus!" ujarnya penuh kekaguman. "Tidak, tidak, aku tidak mempunyai ilmu apapun, aku sama seperti dirimu." jawab sang sufi merendah. Ia melanjutkan, "Batu itu sebenarnya pecah pada hitungan ke seratus lima. Hanya saja Anda tidak sabar melakukannya."
Perhatikan, sering kali kita tidak sabar pada 'detik-detik' akhir dalam perjuangan yang kita lalui. Bisa jadi perjuangan itu sudah dekat di mata. Tapi, karena ketidak sabaran, kita sering gagal mencapai apa yang kita ingini.
Meraih cita-cita yang dituju, tak hanya membutuhkan kerja keras, tapi juga tingkat kesabaran yang tinggi. Sabar tanpa kerja keras merupakan omong kosong belaka. Sedangkan kerja keras tanpa kesabaran hanya menghasilkan kesia-siaan.
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.