Message of Monday – Senin, 1 Agustus 2022 Selamat Ya, Nak! Oleh: Sonny Wibisono *
“Pendidikan adalah jalan menuju masa depan, karena hari esok adalah milik mereka yang mempersiapkannya hari ini.” -- Malcolm X
Seorang kawan dengan penuh kebanggaan menulis status di media sosial. Anak semata wayangnya diterima di perguruan tinggi negeri, biasa disingkat PTN. Seleksi penerimaan mahasiswa PTN memang baru saja diumumkan. Namanya UTBK atau Ujian Tulis Berbasis Komputer. Dulu bernama UMPTN, Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Tak hanya sang kawan, beberapa kawan lainnya melalui linimasa media sosial juga memberitakan anaknya diterima di PTN. Bangganya para orang tua-wali saat tahu anaknya lolos seleksi merupakan hal yang istimewa. Mengapa? Jumlah pendaftar calon mahasiswa yang ingin melanjutkan ke PTN dari tahun ke tahun semakin meningkat, sementara daya tampung cenderung tidak meningkat atau tetap. Jadi tak aneh, hal ini disambut dengan penuh sukacita oleh para orang tua-wali. Sang buah hati mampu menyisihkan saingan yang tidak sedikit dari seluruh penjuru tanah air. Dengan kata lain, mereka merupakan orang-orang terpilih.
Sang kawan, satu saat pernah bercerita, saat ia menasehati anaknya untuk terus rajin belajar tanpa henti. Kepada anaknya ia menasehati, yang dibanggakan orang tua saat ini, siapa lagi kalau bukan anak-anak mereka sendiri. Ujarnya lagi, jangan sia-siakan pengorbanan orang tua yang rela berbuat apapun demi kesuksesan sang anak.
Saya teringat sinetron ‘Kisah Si Doel Anak Sekolahan’ yang dimainkan oleh aktor kondang Rano Karno dan almarhum Benyamin Sueb. Bang Ben, bapak dari Si Doel, sampai harus menjual segala harta bendanya demi dapat membiayai kuliah Si Doel. Sementara penghasilan dari ‘menarik’ oplet tuanya tak seberapa besar. Kisah itu berakhir manis. Selepas lulus sarjana, Si Doel sukses dalam meniti karir. Sayangnya, Babe Ben tak sempat melihat kesuksesan Si Doel. Memang cuma sinetron. Tapi faktanya, hal ini banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Dari diskusi dengan beberapa kawan, nampaknya kita sepakat bahwa para orang tua-wali memiliki keinginan yang kuat bahwa sang anak harus lebih baik dari orang tuanya. Dalam hal apa? Apapun. Pendidikan, budi pekerti, kesuksesan, hingga kemakmuran.
Tahun 2014, Raeni, seorang mahasiswi Universitas Negeri Semarang pernah membuat heboh jagad media sosial. Ia lulus dengan predikat cumlaude. Saat hendak diwisuda dengan menggunakan toga hitam, ia diantar oleh seorang tukang becak. Tapi becak yang ditumpanginya bukan sembarang becak. Sang pengayuh becak adalah ayahnya sendiri.
Sang ayah, selain sebagai pengayuh becak, kabarnya harus berjibaku mencari penghasilan tambahan dengan bekerja menjadi penjaga malam. Raeni saat ini telah menyelesaikan program doktornya di Inggris melalui beasiswa.
Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan pernah mengatakan, “There can be no keener revelation of a society’s soul than the way in which it treats its children.” Menurut Mandela, cara paling mudah mengetahui karakter suatu masyarakat adalah dengan melihat bagaimana mereka atau para orang tua memperlakukan anak-anaknya. Bila baik perlakuannya, maka baik pula karakter masyarakatnya. Demikian juga sebaliknya.
Perlu digarisbawahi disini, diterimanya sang anak di sekolah negeri tersebut sebaiknya merupakan murni keinginan sang anak, bukan kehendak dari orang tuanya. Seorang anak dapat dikatakan berhasil dan menjadi kebanggaan orang tua bila keinginannya tercapai atas inisiatif dan kemauan si anak. Bukan karena menuruti kemauan orang tua.
Tentu saja bagi mereka para orang tua yang anaknya belum atau tidak diterima di PTN, bukan berarti gagal. Tak berarti pula dunia sudah berakhir. Orang bijak bilang, itu hanyalah kesuksesan yang tertunda. Tahun depan dapat dicoba lagi. Dan bila masih gagal, ada banyak pilihan untuk kuliah di tempat lain. Tak perlu minder. Pada intinya, kebermanfaatan seseorang terlihat saat ia terjun langsung di masyarakat, tanpa memandang dari mana ia dulu bersekolah.
Orang tua juga perlu mendukung anaknya melangkah maju dan menggali potensi si anak. Bagi sang anak, jangan patah semangat. Asah terus skillmu. Jadilah diri sendiri. Perjalanan masih panjang. Yakinlah, para orang tua, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, akan selalu mendukungmu dibalik layar tanpa perlu kalian tahu.
Tetap semangat. Sukses selalu untuk anak-anak Indonesia. Sukses selalu untuk anak-anak kita.
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Foto: Tangkapan layar situs 'Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi'
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.