a a a a a a a a a a a a a a a
Logo Header
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Simalakama Pembelajaran Tatap Muka
Simalakama Pembelajaran Tatap Muka

Simalakama Pembelajaran Tatap Muka

Message of Monday – Senin, 4 Oktober 2021
Simalakama Pembelajaran Tatap Muka
Oleh: Sonny Wibisono *

“Pendidikan adalah senjata yang sangat mematikan, karena lewat pendidikan maka kamu bisa mengubah dunia.”
-- Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan

Bila Anda penggemar sepakbola dunia, tentu tak melewatkan kompetisi yang saat ini sedang bergulir di belahan benua Eropa. Menjadi menarik bagaimana stadion penuh oleh para penonton tanpa adanya jarak dan tanpa memakai masker. Lihat saja kompetisi yang bergulir, seperti Seri A di Italia, Premier League di Inggris, La Liga di Spanyol, Ligue 1 di Prancis, dan Bundesliga di Jerman.

Padahal, kompetisi di berbagai negara Eropa tersebut sudah memasuki pekan ke-7 hingga ke-8. Artinya, sudah sekitar 2 bulan kompetisi ini bergulir dengan penonton selalu antusias memenuhi stadion.

Beberapa negara di Eropa memang telah melonggarkan pembatasan aktivitas terkait Covid-19. Bahkan di sebagian negara Eropa tersebut, aturan pemakaian masker dicabut. Padahal kita ketahui, beberapa negara tersebut pernah mengalami lonjakan penderita Covid-19. Italia misalnya, sebelumnya menjadi negara yang paling parah dilanda pandemi Covid-19. Mengapa mereka bisa melakukan itu? Selain karena beberapa daerah di negara tersebut sudah berada di zona putih, mayoritas masyarakat disana telah divaksin.

Tak hanya urusan olahraga, negara-negara tersebut juga mulai membolehkan kegiatan yang melibatkan orang banyak. Konser musik misalnya. Dan juga yang paling penting, mereka mulai membolehkan anak sekolah belajar secara tatap muka di sekolah. Olahraga penting. Tapi lebih penting lagi masalah pendidikan. Dimanapun di dunia ini, pendidikan menjadi isu yang utama.

Bagaimana di Indonesia? Akhir bulan lalu, pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas mulai diberlakukan di beberapa sekolah di Jakarta dan daerah lainnya. Hari ini Depok mulai memberlakukan PTM, dan akan menyusul beberapa daerah lainnya.

Bukan tanpa alasan mengapa Pemerintah memutuskan untuk segera memberlakukan PTM. Pertama, adanya kekhawatiran peserta didik mengalami ketertinggalan pendidikan (learning loss) selama menjalani pembelajaran jarak jauh. Bila itu terjadi, maka dapat berimbas pada kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia beberapa tahun ke depan. Kedua, Pemerintah sendiri menyatakan bahwa saat ini ada 80 hingga 85 persen masyarakat yang mendukung kebijakan PTM di sekolah.

Tapi benarkah semua sekolah di negeri ini sudah siap melakukan PTM? Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diterapkan oleh Pemerintah di wilayah level 1 sampai 3 membuka kesempatan bagi satuan pendidikan melaksanakan PTM terbatas dengan izin dari pemerintah daerah setempat.

Dari 514 kabupaten-kota, 471 diantaranya berada di wilayah PPKM level 1-3. Bila dihitung dari sekolah yang berjumlah sekitar 540 ribu, 91 persen di antaranya diperbolehkan melakukan PTM terbatas. Nah sekarang, apakah sekolah-sekolah tersebut sudah siap melakukan PTM?

Ternyata, kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Anak-anak tentu senang dapat bertemu dan bermain dengan kawan sebayanya. Para orangtualah yang justru merasa was-was. Koalisi Sipil bahkan sampai harus mengirim surat kepada Pemerintah. Mereka meminta untuk menunda PTM terbatas. Keberatan ini dilayangkan karena PTM dianggap mengancam keselamatan nyawa anak.

Ini seperti buah simalakama. Di satu sisi, kita tak ingin anak-anak kita tertinggal jauh dalam kualitas SDM. Namun, di sisi lain, kita juga mengkhawatirkan keselamatan anak-anak kita. Covid-19 tak hanya berbahaya bagi orang dewasa saja, anak-anak juga rentan. Apalagi saat ini bermunculan varian baru Covid-19 yang juga dapat menyerang anak-anak.

Kekhawatiran Koalisi Sipil dan para pengamat bukannya tanpa alasan. Berdasarkan data per 23 September 2021, vaksinasi anak usia 12-17 tahun baru terlaksana 12,79 persen dari target 26 juta. Itu untuk dosis 1. Dan baru 8,84 persen untuk dosis 2. Angka ini terbilang rendah. Tak hanya itu, beberapa pengamat juga menilai masih banyak sekolah yang ternyata belum memenuhi standar kesiapan belajar. Banyak sekolah yang belum memenuhi aspek kesiapan PTM, seperti ketersediaan sarana sanitasi, kebersihan, fasilitas kesehatan, dan pemetaan warga sekolah. Bahkan, baru 59 persen sekolah yang mengisi Daftar Periksa Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka.

Pembelajaran Tatap Muka penting. Biar bagaimanapun, keselamatan nyawa anak-anak Indonesia jauh lebih penting. Pemerintah harus melibatkan berbagai pihak untuk memastikan kebijakan ini berjalan baik dan lancar. Selain itu juga yang tak kalah penting, program vaksinasi bagi anak-anak harus segera dipercepat. Memang vaksin tidak menjamin bebas dari Covid-19. Tapi setidaknya meminimalisir dampak yang ditimbulkannya.

Lagipula, secara psikologis, setelah kita divaksin dapat membuat kita merasa aman dan nyaman. Tak hanya itu, keluarga terdekat dan lingkungan sekolah pun merasa aman dan nyaman juga, sehingga membuat kita dapat beraktifitas secara optimal. Tentu saja dalam hal ini prokes tetap diterapkan dengan ketat.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan beberapa syarat agar PTM yang menjamin kesehatan anak itu dapat terlaksana. Pelaksanaan uji coba PTM dapat dimulai bagi anak yang sudah diimunisasi vaksin Covid-19 terlebih dahulu. Termasuk seluruh orangtua, keluarga, guru, dan para staf di sekolah juga sudah divaksin. Tak hanya itu, positivity rate daerah yang melaksanakan PTM pun harus di bawah 8 persen. Awal dibuka, dianjurkan tidak boleh membuka masker. Juga tak makan minum di sekolah.

Kita semua berharap, PTM di negeri ini nantinya dapat berlaku di semua wilayah Indonesia dengan berjalan baik dan lancar. Dengan segala keterbatasannya di tengah pandemi, semoga anak-anak di Indonesia bisa mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik lagi.

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

Photo by Agung Pandit Wiguna from Pexels


Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Dalam beberapa hari terakhir ini di media sosial bersliweran isu mengenai kasus pernikahan satu keluarga yang viral. Isu ini bahkan oleh sebagian pihak dijadikan meme.
Belanja Bijak Belanja CermatBelanja Bijak, Belanja Cermat
Bulan Desember identik dengan berbagai hal. Seperti peringatan Natal, musim dingin, atau perayaan tahun baru. Apa lagi? Tak hanya itu, Desember konon surganya bagi para konsumen untuk berbelanja dengan harga murah. Mengapa?
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!
Tahun 2023 baru saja kita songsong dengan penuh keyakinan. Walau begitu, ada beberapa nada sumbang terdengar dalam menyambut tahun baru ini. Beberapa pengamat meramalkan bahwa perekonomian global di tahun 2023 akan terasa gelap. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam satu orasi ilmiah mengatakan setidaknya ada 4 faktor penyebab ekonomi global tidak dalam kondisi baik-baik saja.
KOMENTAR