Perhelatan akbar pesta demokrasi sebentar lagi akan digelar. Pemilu 2014 nanti kita akan memilih para pemimpin yang akan duduk di parlemen dan berakhir pada pemilihan pemimpin nasional. Pemilu dimulai pada 9 April untuk memilih wakil rakyat. Lebih dari 6600 calon legislatif akan bertarung memperebutkan 560 kursi di DPR. Mereka tersebar di 77 daerah pemilihan dari Aceh hingga Papua. Formappi dalam rilisnya tahun lalu menyatakan mayoritas calon legislatif yang masuk Daftar Caleg Tetap (DCT) diisi oleh petahana (incumbent). Ada 502 orang atau sekitar 89,64 persen anggota DPR (2009-2014) yang kembali nyaleg dalam Pemilu 2014.
Tetapi sebelum pesta demokrasi dimulai, nada-nada sumbang terhadap pemilu kali ini kian santer terdengar. Masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya dikawatirkan akan meningkat tajam. Bahkan Lembaga Riset dan Polling Indonesia, awal Februari lalu dalam surveinya mendapati jumlah pemilih golput dalam penyelenggaraan Pemilu 2014 diperkirakan melebihi 50 persen. Dari hasil riset tersebut, didapat hanya 38,4 persen responden yang akan menggunakan hak suaranya, 23,4 persen memilih golput, dan 37 persen menyatakan masih ragu apakah akan memilih.
Rasa apatis masyarakat terhadap pemilu kali ini bukan tanpa sebab. Kinerja buruk DPR periode lalu dan banyak kasus korupsi yang menjerat anggota parlemen membuat masyarakat semakin tidak percaya dengan wakil rakyatnya di DPR. Besaran anggaran yang dikeluarkan untuk DPR berbanding terbalik dengan dengan capaian kinerja yang relatif rendah. Dalam kurun waktu lima tahun, DPR periode 2009-2014 menghabiskan anggaran hingga Rp 11,8 triliun. Tetapi sayangnya, fungsi utama DPR yakni pengawasan, penganggaran, dan legislasi, tidak berjalan dengan baik.
Suka atau tidak, selama aturan belum berubah, pemilu tetap akan digelar. Wakil rakyat tetap akan dipilih. Lantas apa yang bisa dilakukan masyarakat agar kualitas DPR yang dihasilkan bisa lebih baik dari sekarang?
Golput tentu tidak menyelesaikan masalah. Bila masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya, kemungkinan besar muka-muka lama akan kembali bercokol di Senayan. MUI bahkan sampai mengeluarkan fatwa haram untuk golput atau tidak menggunakan hak pilih saat pemilu nanti mengingat begitu pentingnya upaya menenegakkan demokrasi di negeri ini. Sebagai warga negara yang baik dan peduli akan nasib bangsa ini, tentu kita tak ingin negeri ini kian terpuruk. Hak pilih yang melekat pada kita, biar bagaimanapun, menentukan nasib ke depan Indonesia, setidaknya untuk lima tahun ke depan. Dari wakil rakyat yang terpilih ini kita berharap Indonesia lebih baik. Kita menaruh harapan besar akan lahir dari pikiran dan hati mereka para wakil rakyat, produk-produk hukum yang berpihak pada rakyat, berpihak pada penegakkan hukum, dan mendorong upaya pemberantasan korupsi.
Untuk memilih wakil rakyat yang tepat tentu diperlukan informasi. Para caleg juga harus pro aktif dalam mensosialisasikan dirinya ke masyarakat. Informasi jati diri caleg sebagai sarana untuk menarik perhatian voter dalam mengggunakan hak pilih harus dimaksimalkan oleh para caleg. Dengan ini, masyarakat nantinya dapat memilah dan memilih mana wakil rakyat yang dirasa pas mewakilinya. Prinsip keterwakilan juga akan lebih tinggi jika voter lebih mengetahui sosok caleg dan akan mengurangi potensi golput
Saat ini pula, informasi mengenai calon legislatif kini banyak bermunculan. Beberapa lembaga dan individu bahkan merekomendasikan kepada masyarakat luas calon-calon yang dinilai bersih, handal, dan dapat dipercaya. Disini, peran partisipasi aktif masyarakat juga sangat dibutuhkan. Masyarakat dapat meneliti rekam jejak para caleg yang akan dipilih. Teknologi dapat dimanfaatkan masyarakat dalam rangka edukasi terkait calon-calon legislatif yang akan bertarung dalam Pemilu 2014 mendatang. Portal merupakan satu alternatif informasi yang dapat diakses masyarakat luas mengenai kandidat anggota legislatif yang bersih, memiliki rekam jejak yang baik dan berintegritas. Beberapa diantaranya: www.bersih2014.net; www.jariungu.com; www.litsuscaleg2014.wordpress.com; checkyourcandidates.com dan beberapa situs lainnya. Selain merekomendasikan calon legislatif yang akan dipilih, beberapa lembaga juga mengeluarakan rilis siapa saja anggota dewan yang tidak layak dipilih karena masalah moral dan juga korupsi.
Agenda besar bangsa ini masih tak berubah, yakni memberantas korupsi dan menegakkan hukum; maka kepemimpinan yang bersih, berintegritas dan kompeten, akan menjadi faktor kunci yang mendorong perubahan ke arah Indonesia yang lebih baik. Dan hal itu dimulai dari langkah Anda menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 9 April nanti. Jadi gunakan hak pilih Anda dengan benar. Pilihlah sesuai hati nurani Anda. Kita songsog Indonesia yang lebih baik. Dan sekarang Anda bisa mengatakan kepada orang sekeling Anda: Golput? No way!