REBAHAN DI DADA ABANG. Seorang politisi muda saat tampil ke publik belakangan ini memperlihatkan wajah berewokan dan kumis tipis. Berbeda saat ia melakukan kampanye pilkada yang pernah dilakukannya beberapa tahun sebelumnya, dimana ia terlihat klimis.
Bagi sebagian orang, terutama kaum hawa, kumis dan berewok diasosiasikan dengan lambang kejantanan dan lebih maskulin. Tapi memang banyak pula wanita yang tak menyukainya. Maskulinitas tentu saja tak berbanding lurus dengan kemampuan di atas ranjang. Survei yang dilakukan oleh primandprep.com (2018) menempatkan pria dengan jenggot tipis dan pendek pada urutan pertama yang disukai wanita yang berumur 25-34 tahun. Bahkan dalam ‘Journal of Evolutionary Biology’ yang juga dipublikasikan pada tahun yang sama, mengatakan pria yang memilliki kumis dan jenggot ternyata benar-benar memukau wanita. Eh, itu hasil penelitian ya. Faktanya memang, saat ini banyak aktor Hollywood yang memelihara janggut dan kumis.
Saya teringat pengalaman saat kuliah. Dulu belum ada media sosial. Bila ada berita viral, biasanya word of mouth, dari mulut ke mulut. Sistem komunikasi dua arah yang favorit kala itu masih menggunakan email, seperti milis yahoogroups, dan yahoo messenger. Pemakai ponsel masih sangat terbatas. Saat itu yang pernah viral di kalangan pria yaitu obat penumbuh rambut. Namanya Firdaus Oil. Obat ini legal dan mudah di dapat. Harganya untuk ukuran mahasiswa sangat terjangkau. Bila ingin mempermak bagian tubuh, walau hanya urusan rambut, memang dapat ke klinik kecantikan, tapi tentu saja biayanya tak murah kala itu.
Obat ini begitu favorit. Apalagi dibumbui dengan cerita orang-orang yang sudah memakainya. Entah benar entah tidak. Yang namanya penumbuh rambut, tentu bukan hanya untuk kumis saja. Bisa ditempat lain pada tubuh. Istilah yang ilmiah tentu saja rambut ya, bukan bulu. Orang sering salah menempatkan kata. Bulu itu hanya pada hewan unggas. Sedangkan rambut untuk manusia atau kebanyakan hewan mamalia (kecuali Paus). Jadi kalau ada orang menunjuk orang lain, ‘wah, bulunya lebat!’ Entah yang mana yang ditunjuk, itu pasti ngawur.
Saat itu beberapa kawan kuliah wanita, yang tentu juga tahu viralnya obat ini, ikut-ikutan memprovokasi. Mereka bilang, ‘di dada juga dunk, biar keliatan macho, dan bisa RDA!’ Apa itu RDA? Rebahan di Dada Abang. Anjrit!
Fisik pria Indonesia, yang memang mayoritas ras Melayu, sejatinya tidak identik dengan rambut di dada. Ada memang yang memiliki rambut di dada, tapi jumlahnya tidak banyak. Itu bukan kelainan. Soal hormon saja. Teman kuliah saya pun, saat obat itu viral, hanya 1-2 saja yang memiliki rambut di dada. Lho, kok tahu? Ya, tahu dunk. Perbedaan yang mencolok itu pastinya menjadi pembicaraan di kalangan para teman kuliah pria.
Saya akhirnya ikutan membeli, walau hanya sebotol saja (eh, emang mau berapa banyak). Tapi saya hanya mengoleskan di jambang saja. Lah, mau dimana lagi. Yah, biar kelihatan gimana gitu. Lantas apa yang terjadi, apakah tokcer alias cespleng? Tumbuhkah rambut sesuai di tempat yang diinginkan?
Setelah beberapa hari, tetiba saya merasa gatal tepat di daerah sekitar kulit yang saya olesi obat. Saya pikir ini cuma gatal biasa. Nanti juga sembuh. Tapi nyatanya, gatal makin menjadi-jadi. Kulit saya memerah dan luka karena terlalu sering digaruk. Akhirnya, saya ke dokter kulit dan kelamin (harus lengkap ya ditulis, karena kan spesialisasinya bukan cuma kulit saja) dengan diantar ibunda. Dokter ini praktik di daerah Rawamangun, tak jauh dari rumah. Saya masih ingat namanya, Dr. Sri Adi Sularsito, SpKK. Namanya agak mirip dengan nama orangtua. Ia merupakan dokter spesialis jempolan di zamannya. Dokter bilang, kulit saya alergi dengan obat yang saya pakai. Memang ada beberapa keluhan terhadap pemakaian obat tersebut. Saya pun diberi salep. Tak sampai seminggu sembuh.
Semenjak itu, saya benar-benar kapok. Tak mau lagi memakai obat jenis apapun untuk penumbuh rambut. Untungnya hanya di jambang yang dioles (orang Jawa selalu untung, gak pernah rugi). Coba kalau saya oles di dada, atau di tempat lain. Eh, dimana ya? Di kaki misalnya. Coba apa yang terjadi? Hehehe, saya tak mau membayangkan yang aneh-aneh. Pesan saya buat teman-teman, banggalah dengan tubuh yang Anda miliki sekarang.