Belum lama viral di media sosial berita mengenai emak-emak di komplek perumahan yang menggeruduk seorang wanita cantik yang ternyata seorang finalis Miss Earth 2019. Apa kesalahan wanita yang juga berprofesi sebagai guru olahraga tersebut?
Semenjak sang guru tersebut rajin berolahraga jogging di pagi hari, para bapak-bapak yang tinggal di kompleks ikutan-ikutan jogging. Ia dituding penyebab para pria di kompleks itu juga rajin jogging. Dalam pembelaannya, ia mengatakan bahwa saat berolahraga tersebut berpakaian sopan. Ah, cemburu. Itu yang terjadi.
Itu satu kasus bila dilihat dari sudut pandang seorang wanita. Bagaimana bila sebaliknya? Soal bagaimana seorang pria cemburu, saya teringat film Kill Bill. Sengaja saya ambil contoh yang paling ekstrem. Memang hanya film. Tapi sebelum film ini tayang, terjadi diskusi panjang lebar mengenai cerita film ini beberapa tahun sebelumnya. Bahkan diskusi film ini dilakukan saat menggarap film lain. Tak aneh bila film ini meraih banyak penghargaan dan nominasi.
Kill Bill Vol. 1 tayang tahun 2003. Lalu dilanjutkan dengan sekuel ke duanya di tahun 2004, Kill Bill Vol. 2. Film besutan sutradara kenamaan Quentin Tarantino ini menyabet 29 penghargaan dan 103 nominasi untuk Kill Bill Vol.1. Sedangkan sekuelnya mendapat 23 penghargaan dan 84 nominasi. Saya sendiri sudah berulang kali menonton film ini. Pertama dan juga sekuelnya.
Apa bagusnya filmnya ini sehingga menyabet banyak penghargaan, dan apa kaitannya dengan cemburu? Inti dari film ini jelas, balas dendam. The Bridge, yang diperankan aktris serba bisa Uma Thurman menuntut balas dendam terhadap Bill dan kroninya. Walau sejatinya, Bill adalah (mantan) kekasih The Bridge.
Saat The Bridge melangsungkan pernikahan dengan lelaki pilihannya, Bill beserta kroninya datang dan membunuh seluruh undangan yang hadir. Termasuk pasangan yang berbahagia itu. Namun, The Bride ditakdirkan masih hidup walau ia ditembak dibagian kepala. Setelah percobaan pembunuhan terhadap dirinya gagal, The Bridge koma selama 4 tahun.
Tapi apa yang melatarbelakangi Bill dan kroninya tega membunuh? Cemburu. Bill, yang diperankan aktor kawakan David Carradine, cemburu melihat kekasihnya The Bridge menghilang darinya dan saat ditemukan malah menikah dengan lelaki lain. Bahkan dalam keadaan mengandung 3 bulan. Bill dengan tegas mengatakan tak rela melihat The Bridge hidup dengan lelaki lain. Walau pada akhirnya Bill tahu bayi yang dikandung The Bridge merupakan darah dagingnya.
Kill Bill sendiri merupakan satu karya masterpiece dari Tarantino. Tarantino berjanji hanya akan membuat 10 film saja selama hidupnya sebelum memutuskan pensiun dari dunia perfilman nantinya. Saat ini, baru 9 film yang dibuatnya. Semua filmnya digarap dengan serius dan detail. Walau ada 2 sekuel, Kill Bill terhitung 1 film. Awalnya film ini berdurasi 4 jam lebih. Karena dinilai panjang durasinya, maka diputuskan dibuat 2 sekuel.
Film ini tentu saja penuh dengan adegan kekerasan. Kepala yang dipenggal. Tangan dan kaki yang ditebas. Samurai terhunus menembus badan. Bola mata yang dicungkil. Tak ada bagus-bagusnya melihat darah berceceran. Bisa membuat muntah bagi yang tak suka.
Tapi, seperti kebanyakan film besutan Tarantino lainnya, kekuatan dialog menjadi pembeda dari film ini. Bahkan sebelum Bill menemui ajalnya ditangan The Brigde, terjadi dialog hampir setengah jam. Di akhir adegan ini, terjawab mengapa Bill melakukan aksi sadisnya. Selain dialog yang tajam, kekuatan film Tarantino berciri non-linear. Tak aneh bila Tarantino dijuluki sebagai master film non-linear.
Cemburu seorang pria berbeda dengan wanita. Perbedaan kecemburuan pada laki-laki dan wanita terjadi karena adanya perbedaan tekanan-tekanan reproduksi dalam menghadapi evolusi. Itu menurut Groothof, Dijkstra, & Barelds, 2009.
Pada dasarnya cemburu seorang pria bersifat realistis. Seorang pria secara sadar mengakui bila ternyata pria (mantan) pasangan kekasihnya lebih tampan, lebih tajir, dan juga lebih pintar. Bagaimana bila wanita cemburu? Umumnya, ia akan melihat secara fisik saingannya. Contohnya, seperti awal saya tulis.
Nah, pria tidak melihat itu semua. Kecemburuan pria hanya menyangkut soal seksualitas semata. Apalagi bila berkaitan dengan urusan ranjang. Walau tentu saja bicara seks tak identik dengan hubungan seks itu sendiri. Membelai, mencium, bahkan berkata mesra pun sudah dapat dikategorikan urusan seks.
Nah, omong-omong soal Kill Bill lagi, kabarnya Tarantino akan membuat Vol. 3 tahun ini. Sudah pasti film ini ditunggu-tunggu bagi para pencinta film laga dan penggemar film karya Tarantino. Jadi bicara cemburu atau film sih sebenarnya? Judulnya kan jelas.
Di akhir cerita film Kill Bill Vol. 2, Bill menjelaskan panjang lebar mengapa ia cemburu. Tak tanggung-tanggung, nyaris setengah jam adegan penutup dimana Bill mengurai secara filosofi mengenai latar belakang ia melakukan tindakan sadisnya. Seperti diuraikan diatas, kekuatan dialog menjadi pembeda. Tarantino beserta timnya diyakini telah melakukan riset dengan baik sebelum film ini digarap.
Jadi, apa latar belakang Bill cemburu habis? Dalam satu penelitian, Buss, Shackelford, dan Bennett (2002) menjelaskan bahwa pada leluhur manusia, hubungan seksual yang dilakukan oleh perempuan, dapat membahayakan keyakinan laki-laki mengenai keturunannya. Walau itu dilakukan hanya satu kali. Jika pasangannya melakukan hubungan seksual, laki-laki memiliki risiko untuk membesarkan anak genetis lain yang notabene bukan genetisnya sendiri. Pada perempuan tidaklah demikian. Kenapa? Karena anak yang dikandung perempuan secara genetis sudah pasti merupakan keturunannya. Jangan lupa, walau The Bridge memutuskan menikah dengan lelaki lain, anak yang dikandungnya adalah juga darah daging Bill sendiri.
Penelitian secara konsisten juga membuktikan bahwa laki-laki akan merasa lebih tertekan dengan adanya hubungan seksual pasangan daripada perempuan. Itu bukan kata saya. Penelitian mengatakan begitu. Nah, Kill Bill adalah contoh konkret. Ada baiknya Anda menonton film ini.
Bukankah film memang tak irasional? Cemburu lebih tak irasional. Pikiran irasional menyebabkan tindakan irasional. Tapi film dibuat mendekati kisah nyata. Patut diingat, pada dasarnya pikiran seorang manusia itu irasional. Sampai pada titik tertentu, ketidak irasionalan itu sebenarnya sudah dapat diprediksi. Itu yang ditulis Dan Ariely dalam bukunya yang terbit tahun 2008, ‘Predictably Irrational: The Hidden Forces That Shape Our Decision'. Kita merasa tindakan kita (sangat) rasional, tapi mungkin orang lain tidak melihatnya demikian. Begitu pula sebaliknya.
Bicara cemburu ditengah pandemi ini sebenarnya tak baik. Kenapa? Karena dapat mengganggu kesehatan. Bisa-bisa menurunkan imunitas. Ini malah dibuat tulisan pula. Kurang kerjaan namanya. By the way, jangan lupa, menulis dapat meningkatkan imunitas (di kala cemburu). That’s the why I write these. Pada akhirnya, cemburu akan menemui jalannya sendiri. Eaaa!