a a a a a a a a a a a a a a a
SAATNYA MELAKUKAN PENGHEMATAN ENERGI
Blog

Blog

Home /
/ SAATNYA MELAKUKAN PENGHEMATAN ENERGI
SAATNYA MELAKUKAN PENGHEMATAN ENERGI

SAATNYA MELAKUKAN PENGHEMATAN ENERGI

SAATNYA MELAKUKAN PENGHEMATAN ENERGI

Di awal tahun 2008, negara-negara dunia sebagai konsumen minyak mentah dunia, diberi ‘kado’ istimewa tahun baru dengan naiknya harga minyak mentah yang untuk kali pertama menyentuh harga psikologis 100 dolar AS per barel. Kenaikan harga tersebut antara lain dipicu oleh serangan sekelompok orang bersenjata di Nigeria, yang merupakan salah satu negara penghasil minyak. Kenaikan juga dipicu pula oleh kekhawatiran investor dan ulah para spekulan atas ketersediaan pasokan minyak untuk beberapa hari mendatang. Tersiar kabar bahwa sejumlah pelabuhan di Meksiko akan ditutup karena cuaca buruk. Penutupan ini diyakini bakal mengacaukan ketersediaan minyak mentah dunia, mengingat Meksiko merupakan salah satu pemasok penting. Kondisi itu jelas memberi pukulan baru bagi negara yang perekonomiannya bergantung pada minyak, tidak terkecuali Amerika sebagai konsumen, yang juga sekaligus produsen minyak terbesar di dunia.

Kenaikan harga minyak mentah tersebut seharusnya menggembirakan kita karena Indonesia merupakan negara penghasil minyak. Dengan kondisi harga minyak seperti itu, pendapatan akan naik sebesar 17 triliun rupiah. Belum lagi dari gas yang juga ikut naik sebesar 15 triliun rupiah. Tetapi patut diingat, bahwa setiap kenaikan harga minyak mentah, subsidi BBM dan listrik juga ikut naik. Dalam APBN 2007, subsidi BBM mencapai 54,1 triliun rupiah, sedangkan subsidi listrik mencapai 32,4 triliun rupiah. Maka dapat dikalkulasi, dengan kenaikan harga tersebut, subsidi BBM dan listrik membengkak menjadi 70 triliun dan 40 triliun rupiah. Terlihat bahwa kenaikan harga minyak mentah di satu sisi menjadi windfall profit, tetapi di sisi lain malah menjadi beban, karena subsidi yang harus ditanggung Pemerintah juga ikut membengkak.
Harga minyak mentah memang sempat turun. Seperti dilansir dalam situs resmi OPEC (www.opec.org), harga minyak mentah yang diproduksi oleh negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengalami kecendurangan turun terus di bulan Januari ini. Pada tanggal 7 Januari, harga sempat mencapai 93,51 dollar AS per barel. Dua minggu kemudian, atau tepatnya tanggal 21 Januari, mencapai 85,21 dollar AS. Tak ada jaminan bahwa harga minyak akan turun terus. Bahkan bila terjadi lagi kasus seperti di Nigeria, harga minyak mungkin akan merangkak naik kembali. Yang pasti, kenaikan harga minyak mentah dunia sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Lantas, langkah-langkah apa yang perlu dilakukan Pemerintah dalam menghadapi kenaikan tersebut? Tak ada jalan lain bagi Pemerintah kecuali menghemat bahan bakar minyak secara total. Wapres Jusuf Kalla pun menyeru masyarakat untuk menghemat energi total pada tahun 2008 (Koran Sindo, 08/01/08). Solusi lain yang dinilai efektif, yaitu meningkatkan produksi minyak mentah dalam negeri secara besar-besaran. Walaupun kita kaya akan minyak mentah, tetapi permasalahannya terletak pada infrastruktur kita yang sudah mulai menua. Infrastruktur yang kita miliki tersebut memerlukan perawatan dan perbaikan, karena berimpak pada produktivitas yang terus menurun.

Saat ini pemakaian minyak dalam negeri lebih tinggi dibanding dengan kapasitas produksi yang hanya 950 ribu barel per hari. Kapasitas produksi yang dihasilkan orang Indonesia tidak seimbang dengan konsumsi energi yang dipakai, oleh karena itu perlu dilakukan penghematan energi secara total. Penghematan energi yang paling mendasar dan saat ini telah mulai digalakkan ialah konversi minyak tanah ke gas. Tetapi melihat perkembangan yang terjadi di lapangan, dimana salah satunya terlihat masyarakat belum siap, maka perlu dilakukan evaluasi yang menyeluruh untuk kemudian dibuat langkah baru yang lebih strategis. Padahal perlu diketahui, konversi minyak tanah ke gas dapat menghemat anggaran negara sebesar 22 triliun rupiah per tahun. Apakah ada konversi cara lain? Dalam skala yang lebih besar adalah konversi BBM ke biofuel. Jika konversi BBM ke biofuel segera dilaksanakan, maka konsumsi minyak didalam negeri akan menurun secara signifikan, yang berdampak pula pada penghematan BBM.

PLN sebagai perusahaan listrik juga perlu diversifikasi energi ke sumber energi yang lain, seperti batu bara, panas bumi, dan nuklir. Penghematan skala besar juga bisa dilakukan dengan melakukan pembenahan secara menyeluruh di sektor transportasi, khususnya di kota-kota besar. Misalnya saja, diperlukan angkutan umum yang masal dan nyaman, seperti busway atau monorail. Dari total penggunaan BBM, 60 persen terserap untuk sektor transportasi. Dan dari penggunaan untuk transportasi tersebut, 85% saja sudah digunakan untuk transportasi darat. Menurut Agus Nurrohim, Kepala Bidang Konservasi Energi BPPT, bila sejak tahun ini dilakukan diversifikasi, yaitu mengganti BBM dengan bahan bakar nabati atau biodiesel, dengan komposisi 10 persen pada total bahan bakar yang digunakan, gas alam cair LPG, maka pada tahun 2010 dapat dicapai penghematan BBM 12 persen untuk wilayah Jakarta saja Jika moda dialihkan ke penggunaan angkutan umum, penghematan mencapai 15 persen (Kompas, 23/01/08).

Dalam waktu dua bulan ke depan, direncanakan akan ditandatangani Peraturan Pemerintah (PP) mengenai Penghematan Bahan Bakar Minyak, yang berisi antara lain: mengganti lampu pijar dengan lampu hemat energi; menyetel knop pendingin ruangan; dan pengaturan lampu reklame di sepanjang jalan. Sedangkan untuk peningkatan produksi minyak, Pemerintah juga berencana akan mengeluarkan kebijakan pembebasan bea masuk dan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk peningkatan produksi minyak mentah dalam negeri.

Apapun yang dilakukan Pemerintah dalam upaya menghemat energi tentu harus kita dukung. Oleh karena itu, dalam rangka menghemat energi, hal itu harus dilakukan dari kita sendiri, misalnya saja mematikan lampu listrik di malam hari, menutup keran yang masih menyala, mematikan AC bila tidak dipakai lagi, dan penghematan-penghematan ”kecil” lainnya. Tetapi bila hal itu dilaksanakan dengan penuh kesadaran oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, tentu saja dampaknya akan sangat besar sekali. Semoga.
KOMENTAR