KEPALA IKAN. Saat duduk di bangku SMA, guru biologi mengajarkan kepada murid-muridnya, bila ada pilihan menyantap bagian ikan antara ekor atau kepala, pilihlah bagian kepala. Sang guru juga bercerita, saat orang Jepang menyantap ikan, bagian kepala dululah yang dimakan. Mulai dari kepalanya, mata ikan, baru terakhir bagian badan dan ekor. Dia menyayangkan, justeru di negeri ini, malah kepala ikan diberikan ke kucing. Jadi gak aneh, kalau kucing disini sehat-sehat. Mengapa begitu?
Dulu belum ada internet. Ke dokter pun jarang dan terbatas. Tapi saya percaya omongan sang guru. Katanya, kepala ikan mengandung banyak sekali protein yang menyehatkan tubuh. Sejak itu, sampai saya mulai bekerja, tiap kali saya makan di rumah makan manapun, bila ada pilihan kepala atau tubuh ikan yang menyatu dengan ekor, maka pasti saya pilih kepala. Lain halnya bila satu ikan utuh yang kita makan.
Itu juga mengapa ada menu yang berawal dengan kata ‘kepala’, tapi tak ada yang berawal dengan ‘ekor’, ‘tubuh’ atau ‘badan’. Kepala ikan kakap, kepala ikan manyung, dan lain sebagainya. Tapi tak kita jumpai menu ‘ekor ikan kakap’ atau ‘badan ikan kakap’, misalnya.
Cobalah googling, tak perlu tanya ke dokter. Ikan merupakan satu sumber protein yang tinggi. Dibandingkan dengan tubuh apalagi ekor, bagian kepala justru yang paling besar kadar proteinnya. Bahkan, protein tersebut dinilai lebih sehat dibandingkan jenis daging hewan lain. Kepala ikan juga memiliki kandungan Omega-3 lebih tinggi dari bagian ikan lainnya. Tahu dunk fungsi Omega-3 bagi tubuh. Selain untuk memicu fungsi otak agar bekerja lebih baik dan mencegah penurunan kesehatan mental, juga dapat mengatasi depresi dan hiperaktif.
Nah, makan siang saya kali ini dengan ikan bawal bakar utuh, ditambah sayur putren cabe ijo, tempe dan sambal matah. Sudah tentu yang saya makan kepalanya dulu. Duh, nikmat mana lagi yang kamu dustakan.
nikmat mana lagi yang kamu dustakan