NAMANYA Eko Ramaditya Adikara. Ia seorang blogger, penulis, jurnalis, dan juga game music composer. Pekerjaan yang nampaknya biasa saja. Karena toh banyak orang yang melakukan hal yang sama.
KUPING jadi merah. Mata terasa panas. Hati pun mendidih. Itulah gejala saat kritik mengena. Seperti pukulan uppercut mengenai ulu hati. Tak enak rasanya. Hasilnya ada dua: kembali bangkit dan membenahi semua kekurangan seperti yang dilontarkan dalam kritik.
SIAPA bilang menjadi orang terkenal itu enak dan nyaman? Lihatlah apa yang ada di layar kaca, di acara infotainmentadegan seperti ini bejibun. Seorang wanita cantik dikelilingi enam orang yang wajahnya berbeda seratus delapan puluh derajat.
WAJAHNYA keruh seperti kali Ciliwung di bulan Desember. Rambutnya awut-awutanseperti sapu ijuk. Matanya pun sembap sebesar buah duku. Hampir tak ada lagi yang indah. Padahal sebulan sebelumnya, Rina begitu cantik. Senyumnya enak dilihat, seperti melihat bunga mawar di depan rumah. Suaranya pun merdu, seperti tengah berada di Albert Royal Hall di Inggris.
HAMDAN adalah sebuah anomali. Dia pergi ke kantor hanya dengan mengendarai sepeda motor yang sudah butut. Helmnya pun bau apak. Jaketnya kumal. Padahal Hamdan merupakan orang penting di sebuah perusahaan.