Message of Monday - Senin, 18 Februari 2008 Arti Penting Catatan Oleh: Sonny Wibisono
"Jika Anda khawatir lupa akan sesuatu hal, siapkan catatan untuk menunjukkan hal itu harus diingat." -- Edgar Allan Poe, Sastrawan Amerika Serikat, 1809-1849
PASTI Anda pernah lupa. Ketika Anda membuat janji bertemu seseorang, Anda ingkar karena lupa. Atau ketika Anda harus melakukan sesuatu pekerjaan, malah alpa. Jelas hal ini mengecewakan banyak orang. Boleh jadi tidak saja kolega atau mitra, tapi mungkin juga mengecewakan atasan Anda. Siapa pun akan kecewa, ketika janji tidak ditepati atau tidak dilaksanakan.
Nah sekarang, seberapa banyak Anda telah mengecewakan orang karena lupa? Sekali dua kali mungkin bisa dimaafkan. Tetapi bila selalu lupa, kecuali kalau sudah pikun, hal itu menjadi tidak biasa dan jelas, ada sesuatu yang salah terhadap diri Anda. Boleh jadi pepatah, sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang takkan percaya.
Repot bukan? Padahal sama sekali Anda tidak bermaksud mau ingkar atau mangkir. Tetapi, perasaan kecewa yang telanjur terbit di hati rekan kerja atau siapa pun yang memiliki hubungan dengan Anda, sudah pasti sulit dihilangkan.
Lupa adalah kegagalan mengolah ingatan. Suatu hal yang manusiawi terjadi. Tetapi walaupun demikian, sesungguhnya Anda dapat meminimalkan untuk tidak sesering mungkin lupa. Bagaimana caranya?
Memori ingatan Anda sangat terbatas. Seperti sebuah komputer, ia mempunyai daya tampung maksimal. Ketika komputer menerima beban memori melebihi kapasitasnya, ia akan mengalami hang alias macet tak bisa apa-apa. Bisa jadi karena Anda melakukan banyak janji ataupun komitmen-komitmen, Anda malah tidak dapat memenuhi semuanya karena memori di dalam otak Anda melebihi kapasitasnya.
Oleh karena itu, Anda perlu membawa sebuah catatan. Mencatat adalah suatu pekerjaan yang sering sekali kita abaikan. Padahal mencatat merupakan salah satu pekerjaan penting. Dengan mencatat, Anda dapat menghemat memori ingatan Anda. Sering kali kita lupa apa-apa saja yang kita ingat kemarin hanya karena kita tidak mencatatnya. Bahkan Anda baru teringat keesokan harinya, bahkan seminggu atau sebulan kemudian.
Seorang tukang kredit dalam melakukan pekerjaannya, akan membawa sebuah catatan. Catatan yang berisi nama-nama penerima kredit, pemasukan dan pengeluaran uang, pengeluaran barang, jenis-jenis barang yang akan dijual secara kredit, hari atau tanggal penagihan, dan catatan lain yang mendukung pekerjaannya. Anda bisa bayangkan bila sang tukang kredit tidak mencatatnya, ia tentu akan mengalami kesulitan dalam melakukan pengeluaran barang atau penagihan kepada pembeli barangnya. Alih-alih mau untung, malah tekor.
Tentu bukan hanya tukang kredit yang butuh catatan. Wartawan juga begitu. Sekalipun sudah ada tape recorder atau perekam digital, mencatat hal penting selama wawancara akan sangat membantu pekerjaannya. Hasil rekaman malah berfungsi sebagai alat cadangan bila dia ragu dengan kutipan orang yang diwawancarainya.
Dalam beberapa acara, BJ Habibie yang ketika saat itu menjadi Presiden, terlihat mencatat sendiri dengan seksama di lembar kertas kecilnya. Ia tidak begitu saja mengandalkan staf ahlinya. Dengan catatan kecil itulah, ia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di forum tersebut.
Teknologi saat ini sudah maju. Ada banyak cara untuk mencatat. Hal itu bisa Anda lakukan dengan membawa buku atau notes kecil. Anda bahkan bisa juga mencatatnya ke dalam telepon seluler atau PDA yang mempunyai fasilitas untuk itu. Atau, layar ponsel yang sempit pun bisa menjadi halaman mencatat hal penting.
Jadi rencanakan pekerjaan Anda dengan matang. Namun, jangan lupa pula untuk tidak lupa mencatat.