Message of Monday – Senin, 1 Februari 2021 Bertahan Karena Hidup Oleh: Sonny Wibisono *
“Yang mampu bertahan hidup bukanlah yang paling kuat dan pintar, tetapi yang mampu beradaptasi dengan perubahan.” -- Charles Darwin, ahli geologi, 1809-1882
Ada satu fenomena yang dulunya mungkin dirasa aneh, tapi saat ini sepertinya menjadi hal yang biasa saat wabah pandemi melanda negeri ini. Hari minggu kemarin, saya sarapan nasi uduk di pinggir jalan setelah mengantar buah hati untuk bimbingan belajar. Hal yang biasa saja. Menjadi tak biasa ketika saya sarapan nasi uduk tersebut dari satu mobil mewah yang belakang mobilnya disulap menjadi tempat menjaja nasi uduk beserta lauk pauknya. Nasi uduk yang saya santap dihargai 10ribu rupiah saja. Itu dengan telor, orek, dan bihun. Entahlah, berapa keuntungan yang diperolehnya dari seporsi nasi uduk tersebut.
Pemandangan ini nampaknya menjadi hal yang makin sering kita jumpai saat ini. Saat saya berbincang dengan penjaja nasi uduk yang juga pemilik mobil tersebut, ia melakukan hal ini demi bertahan hidup.
Lain lagi kisah teman saya yang bekerja sebagai teknisi IT. Tempatnya bekerja yang menjual peralatan komputer dan IT mengalami kebangkrutan. Dari tiga toko cabang yang dimiliki, semuanya tutup. Mereka kalah bersaing dengan toko daring. Ia pun lebih memilih berhenti bekerja sebelum terjadinya pandemi ini. Ia menjadi freelance, hanya menerima panggilan saja. Sebelum pandemi, penghasilannya cukup lumayan. Wabah pandemi mengubah segalanya. Tak ada lagi panggilan yang meminta jasanya. Ia pun coba banting setir dengan mencoba usaha kuliner pecel lele dan ayam. Untungnya, rumah mertuanya dapat dijadikan tempat usahanya di daerah Bogor. Berapa penghasilannya? Keuntungan bersih yang diperoleh perhari tak lebih dari 100ribu rupiah. Katanya, cukuplah untuk makan sehari-hari. Hasil jerih payahnya yang dilakukan bersama isterinya, dilakukan dengan penuh perjuangan. Ia harus bangun pagi sekali. Lalu ke pasar untuk belanja keperluan dagangannya. Siang harinya mengolah bahan baku makanan. Setelah itu, sore hingga malam hari berjualan. Tengah malam menjelang pagi baru tutup. Melelahkan memang. Bayangkan, notabene ia berdagang di rumah sendiri. Bagaimana bila harus menyewa tempat, bisa-bisa malah tekor. Jangan lagi ditanya kepadanya, bagaimana bila ada keperluan mendesak.
Kisah-kisah seperti ini kalau dijembreng terlalu banyak. Bukan hanya dari Sabang hingga Merauke, tapi juga melanda di seluruh dunia ini. Sejatinya, kita tak perlu malu dengan usaha yang dilakukan. Usaha apapun, yang penting dilakukan dengan halal dan baik. Istilahnya halalan thoyiban. Wabah pandemi ini pada akhirnya membuat sebagian besar manusia berpikir keras bagaimana bisa bertahan hidup. Boro-boro berpikir liburan atau hal lainnya. Segala cara dan upaya pun dilakukan. Ada saja orang yang mengambil jalan pintas dengan berbuat yang tidak sepantasnya dengan cara merugikan orang lain. Tapi banyak pula yang berpikir secara sehat, the life must go on, bahkan banyak ide menarik bermunculan saat ini ketika melihat mereka mampu bertahan hidup dengan segala cara yang ditempuh.
Ada satu keyakinan yang perlu ditanamkan kepada setiap orang. Bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan melebihi beban yang diberikan. Kesulitan apapun yang dihadapi, yakinlah, Tuhan akan selalu memberikan jalan keluarnya. Tetap semangat dan salam sehat selalu.
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012