Message of Monday – Senin, 27 Desember 2021 Dari Mana Datangnya Pintu Rezeki Oleh: Sonny Wibisono *
"Makin banyak kau memberi, maka makin banyak kamu mendapatkan rezeki." -- peribahasa
Banyak kawan saya bertanya perihal hobi saya kulineran yang kemudian saya tulis di dalam blog saya. Memang, isi dari blog yang saya miliki dan kelola sendiri merupakan kumpulan dari tulisan saya selama ini, ditambah dengan aktifitas saya melakukan kulineran dan juga traveling.
Setiap kali saya melakukan kulineran atau traveling, biasanya saya langsung menuliskannya di blog. Tak peduli kulineran di hotel bintang lima atau kali lima. Saya ditanya, sejauh mana saya mendapat benefit atau dari semua endorse yang saya lakukan, berapa rupiah yang saya kantongi. Saya jawab, tidak sesenpun saya terima.
Memang banyak youtuber atau blogger yang mendapat uang dari media sosial yang mereka kelola. Media sosial banyak ragamnya, mulai dari blog pribadi, twitter, youtube, instagram, dan lainnya. Dalam dunia maya, istilah yang dikenal ialah monetisasi.
Monetisasi sendiri dapat diartikan proses mengubah sesuatu menjadi alat pembayaran yang sah. Dengan kata lain bagaimana seseorang dapat membuat segala sesuatu untuk dapat dikomersialkan. Umumnya dilakukan para selebgram atau influencer. Ada yang dikelola sendiri, ada pula yang menggunakan tim.
Loh, bukannya malah menguntungkan yang punya usaha kulineran, rumah makan, atau tempat wisatanya dipromosikan secara gratis? Dan malah saya sendiri yang harus merogoh kocek untuk membayar semua itu? Oh, ya itu betul.
Ada satu prinsip yang saya percayai sejak dulu, bahwa bila kita memberi jalan orang lain untuk mendapatkan rezekinya, suatu saat kita akan diberikan pula jalan meraih rezeki yang tak diduga-duga darimana asalnya.
Bicara pintu rezeki, utamanya kita harus ikhtiar. Harus berusaha sekuat tenaga menggapainya. Dengan cara yang halal dan baik. Atau istilahnya: halalan thoyyiban. Jangan lupa pula setelahnya kita berdoa. Tapi, pintu rezeki juga bisa dibuka dari mana saja. Satu diantaranya, seperti yang saya kemukakan di atas, bila kita membuka jalan orang lain menggapai rezekinya.
Jadi, setiap kali saya melakukan kulineran atau traveling, pastinya saya harus merogoh kocek saya sendiri. Tentu tak melulu saya yang mengeluarkan fulus, ada kalanya saya ditraktir kolega walau tidak sering.
Nah, bahwa kemudian setelah satu rumah makan yang saya datangi menjadi ramai misalnya, wah, saya senang sekali. Memberi jalan orang lain untuk memperoleh rezekinya sebenarnya bisa dilakukan dengan banyak cara. Mungkin yang saya lakukan itu hanya contoh kecil saja.
Dulu, saya sering merekomendasikan usaha teman-teman yang saya ketahui bila ada orang lain bertanya. Misalnya, orang bertanya rekomendasi katering, maka saya jawab yang saya tahu katering yang dimaksud. Sebaliknya, bila saya kurang puas atau tidak berkenan terhadap pelayanan tertentu, ya saya tidak harus menjelek-jelekkan ke orang lain. Itu sama saja kita menutup pintu rezeki orang lain. Bila tidak puas, cukup komplain ke yang bersangkutan.
Lagipula, saya sendiri sangat bersyukur, sejauh ini saya merasa lebih dari cukup dalam soal materi. Itu bila bicara dalam konteks materi. Rezeki itu sendiri tak identik dengan materi atau uang. Rezeki yang kita peroleh, dapat berupa diberinya kesehatan, pekerjaan yang lancar, kemudahan dalam berbagai urusan, dan lain sebagainya. Sepakat kawan?
Ada satu hal yang kadang sering kita lupakan. Sudah begitu banyak kenikmatan yang kita peroleh dari Yang Maha Kuasa. Sudah sepantasnya kita banyak-banyak bersyukur. Satu cara kita berterimakasih kepadaNya, ialah berbagi pula terhadap sesama. Termasuk membuka pintu rezeki orang lain tanpa orang tersebut tahu apa yang kita lakukan. Jadi kawan, nikmat mana lagi yang kamu dustakan?
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012