Message of Monday - Senin, 8 September 2008 Indahnya Bertetangga Oleh: Sonny Wibisono
“Saudara yang terdekat adalah tetangga.” -- Siradjudin, Ayah Unyil dalam Film Serial ‘Boneka Si Unyil’
KABAR itu datang bersama tangis. Perempuan yang sudah tidak muda lagi itu mengabarkan tentang kematian majikannya di rumah sakit. Si Nyonya, setelah bergulat dengan kanker yang menggerogoti tubuhnya, akhirnya berpulang pada sang Penciptanya. Dalam keadaan bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukannya, sang pembantu rumah tersebut datang ke rumah di sebelahnya. Karena praktis hanya ia sendiri, sedangkan semua keluarga majikannya berada di rumah sakit.
Beruntunglah dia datang pada tempat yang tidak keliru. Jamil, sebut saja begitu namanya, yang kedatangan tamu di saat matahari belum lagi tinggi bersinar, langsung mempersilakan tamu sebelah untuk masuk. Dia pun tanggap memahami apa yang terjadi. Jamil, layaknya seorang tetangga siaga, segera melangkahkan kakinya ke rumah duka. Di sana, dia segera menelepon suami almarhumah untuk mengucapkan belasungkawa. Dari perbincangan itu, sang suami meminta Jamil untuk melakukan sesuatu sebelum jenazah isterinya datang.
Dasar Jamil orang yang tidak kenal pamrih, dia segera meminta bantuan beberapa tetangga lainnya untuk membereskan rumahnya. Mengosongkan ruangan. Mengatur meja dan kursi. Memesan secara mendadak tenda untuk dipasang di teras rumah duka. Dan akhirnya, dengan dibantu oleh para tetangga lainnya dan juga saudara sang tetangga yang kemudian datang, segala persiapan untuk mengurus jenazah selesai dilakukan.
Jamil telah berhasil melakukan perannya sebagai tetangga yang baik hati. Meski pada hari Ahad itu dia telah memiliki banyak acara, tetapi sebuah keadaan darurat memaksanya untuk diam di rumah dan membantu keluarga yang tengah dilanda musibah.
Itulah sejatinya, fungsi seorang tetangga. Ia ada dikala kita senang maupun susah. Tetangga pula yang menjadi faktor pembentuk perilaku seseorang karena setiap hari kita bergaul dengan mereka.
Nah, Anda yang tinggal di kompleks perumahan, tentulah ritual menitipkan kunci pada rumah di sebelah bukan lagi hal yang aneh. Nah, keajaiban pun bukan tidak mungkin terjadi. Ini cerita yang saya alami sendiri. Setelah pulang kerja, saya kehilangan dompet. Semalaman saya mencarinya, mulai dari kolong tempat tidur, lemari, hingga ke tempat sampah. Hasilnya nihil. Setelah pasrah, akhirnya saya pergi juga ke peraduan dengan masih memikirkan keberadaan dompet yang belum ditemukan.
Pagi sekali, saya dikejutkan oleh tetangga sebelah yang mendatangi rumah saya. Rupanya ia ingin menyerahkan dompet saya yang ditemukannya secara tidak sengaja. Ternyata dompet saya terjatuh ketika saya turun dari kendaraan, dan secara tak sengaja ditemukan oleh tetangga saya yang kebetulan pergi keluar untuk membuang sampah di malam hari! What a luck!
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Dia ada, ketika saudara-saudara kita mungkin masih terlelap, saat kita bisa jadi beroleh petaka. Mereka pula yang datang di awal, ketika kita sedang membuat acara kendurian. Dan mereka para tetangga, sudah ada di rumah kita, sebelum para sanak famili tiba.
Meski begitu, kita harus akui. Tak semua karakter tetangga itu baik. Ada yang bawel, ada yang kalem. Ada yang baik, ada yang sombong. Ada yang judes, ada yang dibilang unik. Tapi memang begitulah dinamika kehidupan bertetangga.
Kalaulah ada sedikit gejolak dengan munculnya gosip yang tak sedap,ah, anggaplah itu sebuah pernak-pernik yang layak terjadi. Alkisah, seorang teman bercerita bahwa tetangga sebelahnya seringkali bergosip ria. Ia justeru mengetahui hal itu dari cerita isterinya. Setiap minggu, selalu ada saja kisah-kisah menarik dari isterinya perihal para tetangganya. Isterinya sebenarnya sudah mulai risih bila bertemu dengan tetangga sebelahnya. Karena pembicaraan nantinya, ujung-ujungnya malah ngegosip.Suaminya malah berkomentar ke isterinya, bukankah artinya malah orang yang dibicarakan tersebut malah diperhatikan. Bukankah itu berarti sayang. Bukankah itu juga berarti sebuah teguran agar orang yang digosipkan dapat mengubah perilakunya yang buruk jika memang benar demikian faktanya. Itulah juga fungsi seorang tetangga. Ambil saja hikmahnya. Begitu kata teman saya ke isterinya mencoba berfilosofi.
Kita semua tentu diajarkan untuk selalu memuliakan tetangga serta menghargai hak-haknya, walau tak semua berkarakter baik. Misalnya: Tak boleh menyakitinya. Menjaga kediamannya ketika sang tetangga tak berada dirumah. Tidak membuat keributan yang dapat mengganggu ketenangan tetangga. Selalu memberi saran yang baik. Memberikan makanan bila kita memasak berlebih. Kita jenguk bila sakit. Bersikap baik dan tersenyum ketika kita menjumpainya. Bersikap sabar bila ada perilaku mereka yang kurang berkenan. Dan juga, ini yang paling penting: turut bergembira di saat mereka senang, dan tanpa diminta sedikitpun, untuk menolongnya dikala susah.
Sejatinya, tidak ada orang yang mau hidup sendirian, sekalipun ndableknya, dia masih ingin bersosialisasi dengan tetangganya. Pada hakekatnya, dengan hidup bertetangga secara berdampingan tanpa ingin mencari musabab untuk bertentangan, membuat kita semakin paham akan arti kehidupan. (080908)