a a a a a a a a a a a a a a a
Kisah Kecurangan di Satu Kedai Kopi
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Kisah Kecurangan di Satu Kedai Kopi
Kisah Kecurangan di Satu Kedai Kopi

Kisah Kecurangan di Satu Kedai Kopi

Message of Monday – Senin, 11 Juli 2022
Kisah Kecurangan di Satu Kedai Kopi
Oleh: Sonny Wibisono *

“The first and worst of all frauds is to cheat one's self.”
-- Pearl Bailey

Meja itu terisi oleh tiga orang dengan dua cangkir kopi dan satu teh panas. Menjelang senja, di satu kedai kopi di kawasan Rawamangun, kami bertiga duduk sambil berbincang ngalor-ngidul. Kopi dan teh panas menghangatkan sore yang mulai dingin oleh gerimis hujan. Seorang kawan setelah menyeruput kopinya berkisah, perusahaan dimana ia bekerja sedang dilanda problem yang dibilang rumit. Ia bekerja di satu perusahaan swasta.

Namanya perusahaan, selain memiliki hak dan kewajiban terhadap karyawannya, pastinya juga memiliki kebijakan-kebijakan tertentu. Kebijakan satu perusahaan, walau sejenis, bisa saja berbeda dengan perusahaan lainnya. Makin bonafid perusahaan tersebut, makin bagus kebijakannya bagi karyawannya. Karyawan dimanjakan dengan berbagai kebijakan yang menguntungkan. Maksudnya tentu saja agar karyawan betah dan kinerjanya makin kinclong.

Satu contoh, para karyawan mendapat tunjangan kesehatan. Hal yang lumrah di perusahaan manapun. Tiap bulan, karyawan bila sakit, dapat mengajukan klaim ke perusahaan tempatnya bekerja. Tak hanya si karyawan, tapi juga keluarga si karyawan mendapat jatah tunjangan tersebut. Yang membedakan satu perusahaan dengan lainnya, satu diantaranya ialah besaran jumlah tunjangan yang didapat.

Nah, yang membayar klaim itu sejatinya bukan perusahaan, tetapi pihak asuransi yang ditunjuk oleh perusahaan tersebut. Jadi, pihak perusahaan menunjuk pihak asuransi untuk urusan ini. Tunjangan kesehatan banyak jenisnya. Ada tunjangan kesehatan umum, tunjangan kesehatan gigi, tunjangan kesehatan mata, tunjangan kesehatan bedah atau operasi, dan lainnya.

Dari sinilah masalah itu bermula. Teman saya yang mendapat bagian pengajuan klaim mendapatkan fakta bahwa setiap bulan, selalu ada tagihan yang nilainya mencapai ratusan juta rupiah. Dan itu hanya dari satu bagian tertentu. Angka yang tak wajar. Tagihan klaim yang membengkak ini terjadi selama beberapa bulan. Memang, bukan perusahaan yang membayar, melainkan pihak asuransi. Tapi tetap saja harus ada pencatatan di perusahaan.

Pihak perusahaan pun mengusut kejadian yang tak wajar ini. Akhirnya ditemukan fraud. Alias kecurangan. Pihak karyawan yang mengajukan klaim ternyata tidak benar-benar sakit. Dengan kata lain, fiktif. Bayangkan, dalam satu bulan ia bisa mendapat sekitar puluhan juta rupiah atas klaimnya itu. Dan itu dilakukan bukan hanya oleh satu karyawan saja. How come? Bagaimana bisa. Ternyata, para karyawan yang curang ini bekerja sama dengan segelintir oknum dari pihak asuransi dan tempat rekanan perusahaan dimana karyawan berobat.

Proses investigasi pun dilakukan oleh perusahaan. Hasilnya, tak hanya karyawan kelas menengah bawah yang terlibat dalam fraud ini, tapi juga level pimpinan. Apa yang dilakukan perusahaan terkait kasus ini? Tak tanggung-tanggung, perusahaan merumahkan sekitar tiga ratus orang. Mereka pun memutus kontrak dengan pihak asuransinya. Padahal, kerjasama dengan pihak asuransi ini sudah terjadi sejak lama, saat perusahaaan ini masih berdiri.

Ada hal menarik lainnya. Satu orang pimpinan harus diberhentikan karena terlibat fraud ini. Padahal, satu tahun lagi ia akan pensiun. Jika ia mau sedikit bersabar saja, maka ia akan mendapatkan ratusan juta rupiah dari uang pensiun tempatnya ia mengabdi selama ini di perusahaan tersebut. Karena kasus ini, otomatis ia tak mendapatkan haknya tersebut.

Dalam manajemen, ada istilah, tak ada yang tak tergantikan. Sehebat apapun orang itu berada dalam satu posisi, selalu ada orang lain yang siap menggantikannya. Dalam kasus ini, perusahaan harus mencari pengganti pimpinan dan ratusan karyawan yang dirumahkan tersebut. Memang butuh proses. Tapi hal itu harus dilakukan. Tak ada jalan lain. Sang kawan mengatakan, untungnya kasus fraud ini segera diketahui. Tak perlu menunggu satu tahun kecurangan ini terbongkar.

Omong-omong soal kecurangan, saya teringat kisah Al Capone. Mafia kejahatan terbesar sepanjang sejarah Amerika. Bisnis utamanya saat itu ialah perjudian, prostitusi, dan narkoba. Al Capone survive dari awal tahun 1920 sampai 1933. Karir Al Capone sebagai pimpinan organisasi kriminal terbesar di Chicago dimulai pada tahun 1925. Sejarah mencatat, tanggal 24 Oktober 1931 sebagai hari kejatuhan Al Capone.

Ia ditangkap bukan karena kasus pembunuhan yang dilakukannya selama ini. Bukan pula karena kasus narkoba yang dijalaninya. Tetapi karena melakukan kecurangan dalam hal penggelapan pajak yang dilakukannya selama puluhan tahun. Setelah berkali-kali lolos dari hukuman penjara dan mendapatkan perlakuan khusus saat dihukum, akhirnya Al Capone tak lagi bisa berkutik dan dijebloskan ke penjara dengan penjagaan superketat di Pulau Alcatraz.

Puluhan tahun Al-Capone melakukan kecurangan dengan menggelapkan pajak. Semuanya terlihat aman. Akhirnya, ada waktu dimana ia tak dapat berkelit lagi. Ini pelajaran, kecurangan, apapun bentuknya, hanya menunggu waktu saja untuk terbongkar. Cepat atau lambat pasti akan diketahui. Apalagi pada abad modern ini, kecurangan yang dilakukan oleh sekelompok orang, dipastikan tak akan berlangsung lama.

Menjelang Magrib, kami pun berpisah. Gerimis sudah berhenti. Hanya menyisakan basahnya jalanan dan malam yang mulai datang. Tak lupa, kami menyemangati sang kawan yang gundah gulana tersebut. Meski sang kawan tidak terlibat, tapi tetap saja ia mengalami shock. Tetap semangat, the life must go on. Ia masih muda, dan seperti mengutip judul lagu The Beatles, ‘a long and winding road’, ya, perjalanan masih panjang.

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

Photo by Scott Webb: https://www.pexels.com/photo/photo-of-coffee-shop-2530586/

KOMENTAR

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!