a a a a a a a a a a a a a a a
Kisah Pak Firman dan Seorang Pekerja Kantoran
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Kisah Pak Firman dan Seorang Pekerja Kantoran
Kisah Pak Firman dan Seorang Pekerja Kantoran

Kisah Pak Firman dan Seorang Pekerja Kantoran

Message of Monday – Senin, 8 Agustus 2022
Kisah Pak Firman dan Seorang Pekerja Kantoran
Oleh: Sonny Wibisono *

“Kebahagiaan tidak akan pernah sampai kepada mereka yang gagal mensyukuri apa yang sudah mereka miliki.”
-- Anonim

Namanya Firmansyah. Dipanggil Pak Firman. Sehari-hari menjual isi gas korek api. Biasa mangkal di daerah Jatinegara. Pagi jam tujuh, ia sudah ada disana. Ketika matahari mulai terbenam, barulah ia beranjak pulang. Ia selalu tersenyum kepada setiap pembeli. Tak ada guratan kecewa dalam wajahnya. Ketika ditanya berapa penghasilannya selama berjualan seharian, Pak Firman hanya bisa tersenyum. Ia mengatakan bahwa walaupun tidak tentu perharinya, tetapi cukuplah untuk makan sehari-hari.

Memang sulit dibayangkan berapa keuntungan yang diperoleh Pak Firman dari usahanya tersebut. Tapi nyatanya, Pak Firman telah melakoni hal itu selama beberapa tahun belakangan ini. Tak ada rasa lelah saat ia bekerja. Dan, ini yang penting, ia selalu bersyukur atas apa yang diperolehnya pada hari itu.

Bicara soal syukur, saya teringat kisah seorang kawan. Satu saat, sang kawan bercerita. Ia merasa penghasilannya kurang untuk membiayai hidupnya sehari-hari. Padahal, jabatannya tak buruk-buruk amat. Status manajer disandangnya saat ini. Memang, pandemi dan inflasi membuat beberapa harga kebutuhan naik. Mulai dari kebutuhan pokok, jasa, hingga kebutuhan printilan lainnya. Bahkan, kabarnya dalam satu berita, tanpa kita sadari, harga makanan yang kita konsumsi sehari-hari secara perlahan naik sekitar 5 persen karena melonjaknya bahan baku impor. Mungkin itu satu alasan pula, naiknya harga-harga, yang membuat sang kawan mengeluh.

Bila bicara kurang, manusia tak akan habisnya merasa kekurangan. Merasa tidak pernah cukup. Nah, sebenarnya menurut pandangan saya, gaji yang diperoleh sang kawan dari kantornya tersebut cukup untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Itu pengamatan saya. Mungkin saja saya salah. Hanya saja, saya melihatnya ia terlalu boros.

Para sesepuh bilang, sesungguhnya yang mahal itu bukan biaya hidup, melainkan gaya hidup. Misalnya saja, dalam satu hari ia bisa menghabiskan sebungkus rokok. Bila sebungkus rokok, katakanlah seharga 20ribu rupiah, maka sebulan sudah dikeluarkan uang sekitar 600ribu rupiah. Bayangkan kalau ia berhenti merokok. Setahun ia bisa menghemat 7 juta rupiah lebih.

Belum lagi bila ia ingin makan siang di luar. Dalam seminggu, ia bisa tiga hingga empat kali makan di rumah makan yang tergolong mewah. Bukankah, ia bisa menghemat dengan membawa bekal dari rumah? Ya, itu hanya beberapa contoh saja. Belum lagi bicara pakaian dan asesoris yang dikenakannya.

Saya hanya mengatakan kepadanya, seharusnya ia tetap bersyukur. Ia sejatinya dapat bersiasat dan berhemat. Jadi masih lebih dari cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya. Bahkan masih ada sisa untuk ditabung. Tak ada alasan untuk tidak bersyukur. Saya katakan kepadanya, jika sudah begitu, coba lihat ke bawah. Bukankah masih banyak disekitar kita yang untuk makan tiga kali sehari saja masih susah. Bukankah kehidupannya dia masih lebih baik ketimbang lainnya. Bahkan jauh lebih baik dari Pak Firman, misalnya. Ia hanya terdiam membisu.

Bersyukur, berarti berterima kasih kepada Tuhan atas segala hal yang diberikan olehNya. Tanpa mengeluh apapun yang telah diperoleh. Memang, di dunia ini, bisa jadi kita mempunyai berbagai keinginan, hanya sayangnya, keinginan-keinginan tersebut kadang kala tak bisa kita raih semua. Walau demikian, sepantasnya kita untuk menyukai apa yang telah kita dapatkan. Bukan apa yang kita inginkan. Itulah makna hakiki dari rasa bersyukur.

Saat saya makan bakso di daerah Cipete beberapa hari kemudian, saya termangu melihat satu papan hiasan di dinding. Di papan itu tertulis, “Bersyukurlah setiap hari, untuk nafas, kesehatan, pekerjaan, keluarga, kerabat, dan semuanya yang Anda miliki sampai hari ini. Karena mungkin apa yang Anda miliki hari ini adalah mimpi dari orang lain yang belum sehebat Anda. Jadi, sudah bersyukurkah Anda hari ini?”

That’s right. Satu papan pengingat kepada siapa saja pengunjung yang membacanya saat makan di tempat itu. Jadi kawan, nikmat mana lagi kamu dustakan?

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

Foto: dok. pribadi
KOMENTAR

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!