a a a a a a a a a a a a a a a
Menyikapi No Buy Challenge 2025
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Menyikapi No Buy Challenge 2025
Menyikapi No Buy Challenge 2025

Menyikapi No Buy Challenge 2025

Menyikapi No Buy Challenge 2025
Oleh: Sonny Wibisono

"From each according to their ability, to each according to their needs"
-- Karl Marx, filsuf asal Jerman, 1818-1883

Sebelum berganti tahun 2025, di penghujung Desember 2024, kampanye ‘No Buy Challenge 2025’ menggema di berbagai media sosial. Bahkan tagar #NoBuyChallenge disematkan hampir lima puluh juta kali di TikTok dan merambat ke berbagai media sosial lainnya.

Tapi omon-omon, apa itu ‘No Buy Challenge 2025’? ‘No Buy Challenge 2025’ dapat diterjemahkan sebagai gerakan untuk mengajak masyarakat seluas mungkin agar tidak membeli barang atau jasa yang tidak perlu selama waktu tertentu. Misalnya satu bulan, enam bulan, atau bahkan sepanjang tahun.

Awal gerakan ini sejatinya dipicu oleh isu kenaikan PPN 12% di awal tahun yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Kenaikan pajak ini memantik perlawanan dari masyarakat. Karena tidak selaras dengan kondisi ekonomi saat ini dan daya beli masyarakat yang justeru semakin menurun dari waktu ke waktu.

Tapi dibalik itu, ada sisi positif mengapa gerakan ini muncul. Masyarakat dihimbau untuk hidup secara minimalis dan mengurangi gaya hidup konsumtif. Ada yang mengatakan, tanpa dihimbau pun, masyarakat akan melakukannya. Secara terpaksa. Tapi, gerakan ini bukan tanpa kontra sama sekali. Sebagian pihak mengkritik, gerakan ini bila dilakukan secara masif dapat menghambat laju perputaran ekonomi di lapis menengah ke bawah.

Tren gaya hidup minimalis sejatinya bukan fenomena baru. Akibat wabah covid-19 di seluruh penjuru dunia, dampak yang paling terasa ialah laju pertumbuhan ekonomi yang makin menurun. Efeknya, mau tak mau hidup minimalis dilakukan. Saat pandemi berlangsung, gerakan untuk hidup minimalis berulangkali digaungkan.

Saya pernah menulis artikel mengenai perlunya hidup minimalis. Pada 1 Januari 2021, Netflix menayangkan film dokumenter berjudul: ‘The Minimalists: Less is Now’? Film ini bercerita mengenai dua sahabat karib yang mengalami hidup susah di masa kecil. Singkat cerita, setelah mengarungi kehidupan yang penuh rintangan, mereka berdua akhirnya hidup sukses dengan menduduki posisi penting di perusahaan.

Joshua Fields Millburn dan Ryan Nicodemus, nama kedua kerabat karib tersebut. Sayangnya, setelah mereka mencapai puncak kesuksesan, malah membawa mereka berperilaku konsumtif. Berlebihan malah. Kemudahan berbelanja dengan segala perangkat kemajuan teknologi membuat mereka dengan mudahnya membeli barang yang mereka inginkan. Apapun dibeli. Masalahnya, mereka membeli bukan hanya yang dibutuhkan, tapi juga segala printilan yang tak dibutuhkan. Hingga pada satu ketika, satu peristiwa mengubah pandangan hidup mereka. Mulai saat itu, mereka fokus untuk hidup dengan konsep miminalis. Kesadaran mereka dengan memiliki barang secukupnya membuat mereka merasa lebih damai dan tentram. Patut diingat, film dokumenter ini berdasar kisah nyata.

Walau begitu, saya percaya, tanpa dikampanyekan pun, sebagian besar masyarakat saat ini telah melakukannya. Cepat atau lambat. Dengan melakukan gerakan hidup minimalis, akan tercipta satu kebiasaan baru. Masyarakat akan mengkonsumsi barang dan jasa secukupnya. Mereka akan membeli sesuai kebutuhan. Memilih dan memilah mana yang akan dibeli atau digunakan. Masyarakat secara otomatis akan menjadi pembeli yang berkesadaran. Bahkan, bila perlu mereka akan mencari informasi yang akurat mengenai barang atau jasa yang akan dikonsumsi. Agar mereka tidak salah langkah, atau rugi ketika menggunakannya. Pun, bisa menekan pengeluaran seoptimal mungkin. Karena selama ini, perilaku masyarakat sebagai konsumen tidaklah demikian. Selama ini, perilaku konsumen diciptakan oleh ahli pemasaran.

Gerakan NoBuyChallenge2025 in pada akhirnya akan membuat masyarakat memiliki tujuan hidup yang jelas dengan membuat kebiasaan baru. Bisa jadi tiap orang akan berbeda. Tak masalah.

Apapun yang terjadi, mari kita songsong tahun 2025 dengan penuh optimisme dan kesadaran yang tinggi. Seorang kawan dekat berkata, “matahari ‘kan selalu bersinar”. Dia benar. Selama matahari masih terbit dari arah timur, selalu ada pengharapan yang lebih baik. Jangan lupa pula, perbanyak ibadah dan doa. Semoga hidup kita di tahun ini menjadi lebih baik lagi. Sukses selalu untuk kita semua!
KOMENTAR

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral