Message of Mondai – Senin, 16 Agustus 2021 Merdeka dalam Berbagi Oleh: Sonny Wibisono *
“Tindakan jauh lebih penting daripada kata-kata.” -- Sutan Syahrir, pahlawan nasional Indonesia
Dalam dua tahun berturut-turut, kita menyongsong Hari Kemerdekaan dengan suasana penuh keprihatinan dan tidak merdeka. Tidak merdeka dalam konteks tidak bebas melakukan berbagai aktivitas. Hal itu bisa dimaklumi. Berbagai pembatasan kegiatan diperlakukan di seluruh penjuru negeri demi mencegah penularan covid-19 makin meluas.
Perayaan kemerdekaan sejatinya dimaksudkan untuk membangkitkan rasa nasionalisme yang tinggi dan cinta tanah air. Dan tentu saja yang tak kalah penting, untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dapat diartikan sebagai wujud terima kasih kita kepada para pahlawan kemerdekaan yang telah berjasa mengorbankan jiwa dan raganya.
Makna nasionalisme yang sering kita dengar tak selalu identik dengan sikap patriotisme yang ditunjukkan dengan mengangkat senjata seperti yang dilakukan para pejuang terdahulu. Rasa nasionalisme, apalagi di tengah pandemi saat ini, sesungguhnya dapat ditunjukkan dengan berbagai cara. Nasionalisme menjadi lebih bermakna bila diwujudkan dalam tindakan yang lebih konkret. Berbagi terhadap sesama.
Dalam berbagi, kita merdeka dalam cara melakukan dan apa yang kita berikan. Walau pergerakan kita mungkin terbatas, tetapi selalu ada peluang dan jalan dalam melakukannya. Banyak jalan menuju Roma. Banyak jalan menuju kebaikan. Itu bisa dilakukan seorang diri. Kebaikan-kebaikan kecil yang dilakukan dapat berdampak besar bila dilakukan secara masif dan berkesinambungan. Hal demikian dapat menolong negeri ini pulih lebih cepat dari pandemi yang menggerogoti negeri ini.
Apa misalnya? Membagikan masker, handsanitizer, makanan, atau obat-obatan kepada mereka yang membutuhkan merupakan beberapa contoh yang tak bisa dianggap sepele. Bahkan Anda menggunakan masker dan selalu menjaga prokes saja itu sudah sangat membantu negeri ini. Dan tentu saja, kebaikan bisa juga dilakukan dengan berkolaborasi. Sudah banyak contohnya. Tak hanya dilakukan oleh komunitas tertentu. Tapi juga dilakukan lintas profesi dan agama sekalipun.
Sebenarnya kita juga merdeka dalam menentukan sikap ditengah situasi saat ini. Bersikap memilih untuk diam berpangku tangan atau menjadi bagian dari solusi bangsa ini. Jika Anda memiliki keterbatasan dalam berbagi, itu bisa dimaklumi. Tapi bila Anda mampu melalukannya, jangan bicara NKRI harga mati bila dalam berbagi saja sulit Anda lakukan.
Bila semua masyarakat Indonesia bersatu tanpa saling menjatuhkan, saya percaya negeri ini segera dapat keluar dari krisis yang melanda saat ini. Inilah waktunya bangsa Indonesia menunjukkan watak dan karakter aslinya, yakni menghadirkan jiwa dan semangat gotong royong. Semangat saling berbagi. Kita semua yakin bahwa ketulusan, kejujuran, dan keihklasan dapat memperkuat solidaritas yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi situasi yang berpotensi mengarah pada krisis kemanusiaan ini.
Sebagai bangsa, sesungguhnya kita memiliki bukti dan reputasi sejarah untuk selalu mampu keluar dari segala kesulitan. Itu dapat diwujudkan saat menempatkan keselamatan rakyat dan kemashalatan umum di atas segalanya.
Bila pada zaman dahulu musuh kita adalah penjajah yang harus diusir dari negeri ini, maka saat ini musuh nyata yang ada dihadapan kita ialah pandemi covid yang harus bersama-sama kita basmi.
Sekaranglah momentum yang tepat. Saat kita memperingati hari lahirnya bangsa ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memudahkan para pemimpin bangsa ini menjalankan amanah dan menolong bangsa ini untuk keluar dari kesulitan.
Mari kita songsong hari depan yang lebih baik dan lebih bermakna. Siapa kita? Indonesia! Dirgahayu Republik Indonesia!
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012