Message of Monday – Senin, 3 Mei 2021 Saat Cinta Ditolak, Racun Bertindak Oleh: Sonny Wibisono *
”Percuma saja berlayar, kalau kau takut gelombang. Percuma saja bercinta, kalau kau takut sengsara.” -- Meggy Z. dalam ‘Jatuh Bangun’
Pemeo yang mengatakan bahwa ‘cinta ditolak, dukun bertindak’ nampaknya sudah usang dan tak berlaku lagi. Gantinya, ‘cinta ditolak, racun bertindak.’ Ini bukan sekedar isapan jempol belaka. Peristiwa ini nyatanya benar-benar terjadi. Simak kisah berikut ini.
Publik dihebohkan berita tewasnya seorang anak akibat makan sate ayam yang telah dicampur racun pada akhir April lalu. Peristiwa memilukan yang terjadi saat bulan puasa ini, bermula dari seorang ojek daring, biasa dipanggil ojol, yang didatangi seorang wanita muda berparas cantik. Sang wanita tersebut mengaku tidak mempunyai aplikasi ojek sehingga meminta pengemudi ojol untuk mengantarkan paket makanan ke tempat tertentu.
Sesuai aturan, sebenarnya pengemudi ojol tersebut tak boleh menerima pesanan tanpa melalui aplikasi. Setelah menyanggupi dan diberi imbalan, berangkatlah pengemudi ojol ke tempat tujuan yang dimaksud. Setibanya di rumah yang dituju, ternyata pemilik rumah menolak paket makanan tersebut dengan alasan tidak memesan sebelumnya dan tak mengenal si pengirim. Karena ditolak, paket makanan yang berisi sate ayam dan lontong diberikan ke pengemudi ojol dan dibawa pulang untuk disantap saat berbuka puasa bersama keluarganya.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Setelah beberapa sendok dimakan, anak dan isteri pengemudi ojol tersebut merasa mual dan lemas sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Sang isteri berhasil ditolong, tapi sang anak harus meregang nyawa. Usut punya usut, sate ayam beserta bumbunya yang disantap tersebut mengandung racun potasium sianida. Satu jenis racun yang mematikan.
Hasil penyelidikan mendapati sebenarnya paket makanan itu untuk target yang disasar. Kepada aparat, pelaku pengirim paket mengaku sakit hati dengan pria yang seharusnya menerima paket makanan tersebut. Sang wanita sakit hati karena tidak jadi dinikahinya, sedangkan sang pria menikah dengan wanita lain. Ini pengakuan sang pelaku seperti diberitakan berbagai media.
Bila memang benar demikian, pertanyannya, mengapa ada orang yang hanya karena patah hati lalu begitu tega ingin menghabisi nyawa orang lain. Si wanita jelas patah hati. Keadaan yang konon absurd. Sulit dijelaskan dengan untaian kalimat, tapi rasanya sungguh tak enak. Makan tak nikmat, tidur tak lelap. Ingin mendengarkan lagu-lagu romantis nan syahdu, tapi di satu sisi, inginnya segera mati. Lah, kok bisa? Hati sesungguhnya kenyal, tapi mengapa bisa patah. Sungguh gaje bukan? Alias gak jelas. Bila terkena masalah ini, hidup mungkin takkan produktif. Malah bisa lebih fatal akibatnya.
Prof Alex Garner, anggota the British Psychological Society mengatakan, "Orang bisa mati karena patah hati." Frank Tallis, seorang ahli kejiwaan yang bermukim di London, sebagaimana dikutip majalah The Psychologist, termasuk yang meminta para ahli lebih mewaspadai penderita patah hati dan menangani mereka lebih serius. "Meskipun sudah banyak riset dilakukan untuk menangani masalah hubungan sosial dan psikoseksual, hanya sedikit yang melakukan studi lebih dalam soal patah hati," kata Tallis.
Dalam keadaan ekstrem, hubungan cinta dua insan yang naik turun alias tidak stabil, atau ditolak cintanya, bisa membawa orang melakukan tindakan di luar kendali. Nah, itulah yang terjadi dengan si wanita pengirim racun tersebut.
Tapi benarkah patah hati hanya menghasilkan hal yang destruktif belaka? Mari kita kunjungi Australia. Disana ada trio Bee Gees alias Gibbs bersaudara. Satu saat mereka pernah mengalami patah hati yang parah. Mereka pun bertanya-tanya, dalam hati tentunya. Pertanyaan ini malah melahirkan sebuah melodi yang indah. Lamat-lamat terdengar merdu, hingga akhirnya terciptalah syair lagu dengan judul yang rasanya sudah menjadi lagu wajib penggemar kelompok musik ini, ‘How Can You Mend A Broken Heart?’
Awalnya lagu ini mereka tawarkan pada Andy Williams, penyanyi top lainnya. Namun akhirnya mereka memilih untuk menyanyikannya sendiri. Hasilnya, album Trafalgar meledak. Bisakah patah hati disembuhkan? Nah, gegara patah hati, mereka malah jadi kesohor ke belahan dunia lain.
Keberhasilan Bee Gees dan pemusik blues lainnya dalam menciptakan sebuah melodi justeru karena patah hati. Banyak contohnya. Sila dengar musik blues. Petikan gitar yang menyayat hati, suara yang serak-serak parau, dan melodi yang terdengar dari para pengusung musik ini senantiasa berkisah tentang perihnya patah hati. Ada pemeo di dunia musik, seorang musisi blues tidak akan bermain musiknya dengan apik bila dia belum pernah mengalami patah hati. Ah, masa iya. Penghayatan? Katakanlah begitu.
So, hati-hati bila patah hati. Manusia sejatinya dapat hidup dengan lebih baik setelah mengalami patah hati. Jadi, patah hati itu perlu. Bahkan bisa menjadi positif bila Anda kreatif seperti Bee Gees. Ketika Anda memutuskan untuk mencintai seseorang, artinya Anda harus siap patah hati. Bukankah itu satu paket? Patah hati bila tidak dikelola dengan baik dapat berakibat fatal. Tak mudah memang mengatasinya. Ada banyak cara untuk mengatasi sakit hati. Intinya sih, jangan membiarkan rasa sakit hinggap berlama-lama.
Perbanyaklah kegiatan sosial, tekuni kembali hobi lama Anda, atau carilah kegemaran baru. Anda dapat juga membaca buku, majalah, atau putarlah film yang dapat menggugah inspirasi Anda. Kunjungilah keluarga terdekat atau sahabat bila perasaan kesepian merasuki sangat. Eh, nampaknya mudah sekali bicara. Tapi percayalah, saya pun pernah mengalami patah hati. Bahkan ditinggal sang kekasih yang menikah dengan orang lain. Sama persis ceritanya bukan? Syukurlah, saya berhasil melalui itu semua.
Sejatinya, cobaan seberat apapun, termasuk patah hati, akan membuat seseorang menjadi lebih kokoh dan kuat. Kita akan lebih mengerti akan arti kehidupan. Anggaplah, kegagalan cinta hanya buih di lautan samudera. Anggap saja sebagai latihan, karena kita tak akan pernah tahu kehidupan yang terjadi di hari esok. Bisa jadi di masa depan, cobaan yang datang jauh lebih hebat. Tapi kita sudah siap menghadapinya. Jadi lebih enteng dan kita bisa lebih rileks menghadapinya.
Violeta Parra, musisi asal Chile pernah melontar untaian kalimat indah tentang hati yang remuk redam. “Saat matahari terbenam, tidak perlulah menangis, sebab air mata yang menggenang akan menghalangi kita melihat bintang-bintang yang datang kemudian.” Hm, it’s so sweet.
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012