Message of Monday – Senin, 8 Februari 2021 Saat Empati Menjadi Caci Maki Oleh: Sonny Wibisono *
“We need to have empathy. When we lose empathy, we lose our humanity.” -- Goldie Hawn, aktris dan sutradara
Dalam beberapa hari terakhir ini, kita disuguhi berita banjir yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Bencana yang terjadi tentu saja membuat masyarakat yang terdampak menderita. Banjir yang terjadi melanda Kota Semarang, Karawang, Cikampek, Indramayu, dan Jombang. Mungkin pula di beberapa tempat juga terkena, hanya saja belum atau tidak diliput oleh media. Bahkan Ibukota Jakarta juga tak luput dari banjir di beberapa titik.
Menjadi menarik ketika bencana banjir melanda, media sosial menjadi gaduh. Kegaduhan yang terjadi bukan karena berebutan ingin menolong. Mereka saling menyalahkan, bahkan merisak (membully) sesama netizen yang merupakan pendukung kubu tertentu. Saat banjir terjadi di Kota A, para haters dan netizen yang kontra, langsung merisak habis pendukung dan pemimpin daerah di kota A. Begitu pula, saat Kota B terkena banjir, para haters dan netizen yang kontra, balik merisak habis pendukung dan pemimpin daerah Kota B. Seakan tak ada habisnya.
Bila Anda ikut-ikutan meramaikan media sosial dengan saling menghujat, itu artinya kelakuan Anda tak ubahnya sama saja dengan mereka. Bencana sudah terjadi. Banjir sudah melanda beberapa tempat di Indonesia. Yang penting ialah memikirkan dan mencari solusi mengatasi bencana yang telah terjadi. Lantas apa yang bisa kita lakukan?
Seandainya kita tidak bisa membantu mereka yang terdampak bencana banjir, minimal kita bisa berempati terhadap kesusahan yang mereka hadapi. Setidaknya pula, jangan ikut membuat gaduh di media sosial dengan isi posting yang tidak perlu. Banyak cara untuk membantu para korban yang terkena bencana. Paling konkret, mendatangi langsung ke lokasi bencana dengan membantu apa saja yang bisa dilakukan. Saya benar-benar menaruh hormat dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para relawan di lokasi bencana yang telah membantu para korban dengan sekuat tenaga. Merekalah garda terdepan dalam setiap bencana yang terjadi. Mereka rela meninggalkan keluarga di rumah untuk membantu keluarga lainnya.
Bagaimana bila tidak bisa datang ke lokasi bencana? Anda dapat mengirimkan bantuan berupa uang atau materi lainnya. Banyak lembaga yang menyalurkan bantuan tersebut. Anda tinggal bebas memilih. Kalaupun itu tidak bisa, karena memang wabah pandemi ini membuat sebagian besar kehidupan masyarakat menjadi sulit, berdoalah agar bencana cepat berakhir dan masyarakat yang terdampak diberikan kekuatan, ketabahan, dan mampu melewati masa sulit ini. Bagi mereka yang memiliki keahlian tertentu, tentu bisa melihat dari sudut pandang yang mereka miliki bagaimana misalnya mengatasi masalah-masalah tersebut. Itu hanya sekedar contoh. Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk membantu.
Berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan. Bila apa yang Anda lakukan tak ingin dilihat oleh orang lain, tak masalah Anda melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Jangan berlomba-lomba dalam keburukan. Tak elok menulis sesuatu di media sosial yang tidak perlu bahkan saling menghujat satu sama lain. Bila Anda melakukan sesuatu yang berguna, walaupun hanya dengan menulis di media sosial, bisa jadi itu menjadi inspirasi bagi orang yang membacanya. Karena kita tidak pernah tahu, kebaikan kecil apa yang telah diperbuat, yang nantinya dapat membawa seseorang meraih surga.
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012