a a a a a a a a a a a a a a a
Saat Memilih Menutup Telinga
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Saat Memilih Menutup Telinga
Saat Memilih Menutup Telinga

Saat Memilih Menutup Telinga

Message of Monday – Senin, 20 September 2021
Saat Memilih Menutup Telinga
Oleh: Sonny Wibisono *

“Hidup adalah masalah pilihan, dan setiap pilihan yang kamu buat membentukmu."
-- John C. Maxwell, penulis asal Amerika

Sebuah video yang menunjukkan sejumlah santri menutup telinga saat mendengar lantunan musik di tengah menunggu giliran vaksinasi Covid-19 viral di media sosial. Para warganet pun ramai-ramai mengomentari hal ini. Banyak yang pro. Tapi tak sedikit pula yang kontra. Mereka yang berkomentar tak hanya dari kalangan masyarakat biasa, tapi juga para tokoh, pejabat, dan juga seleb.

Mereka yang kontra menilai bahwa tindakan para santri tersebut terlalu berlebihan. Ada juga yang berpendapat bahwa tindakan tersebut adalah hal yang biasa saja. Pertanyaannya, mengapa para santri tersebut menutup telinganya?

Pimpinan Pondok Pesantren para santri itu pun angkat bicara. Maksud dari santri tersebut menutup telinga dengan tujuan untuk menjaga hafalan Alqurannya. Menurutnya, tindakan yang dilakukan para santri tersebut tidak seharusnya disebut radikal.

Ada kebiasaan dari para warganet kita yang baiknya segera dihilangkan. Mengomentari sesuatu tanpa tahu duduk persoalannya. Bahkan sebagian sudah menjudge dengan hal yang buruk tanpa melihat akar persoalannya. Ini jelas tak elok. Yang menyedihkan, ada yang berpendapat bahwa tindakan santri tersebut sudah terpapar radikalisme.

Banyak orang yang belum atau tidak paham konteks lantas melihat suatu kebenaran dari sudut pandangnya sendiri. Mereka memgambil penilaian yang belum tentu benar. Parahnya, bila penilaian itu dapat meracuni banyak orang.

Seorang seleb yang menilai negatif tindakan para santri belum lama ini meminta maaf atas komentar miring yang dilontarkannya. Ia meminta maaf dan mengatakan karena tidak melihat situasinya saat itu.

Dunia santri pada hakikatnya memiliki budaya yang berbeda. Tak banyak publik yang tahu. Jadi sebenarnya tak perlu berlebihan dalam menilai. Dalam konteks video tersebut, sebenarnya hal yang wajar ketika seorang santri yang memang dituntut untuk memperbanyak hafalan Alquran lalu harus menutup telinganya ketika ada suara lain yang menggangu. Ini agar mereka tidak terganggu dengan hafalan yang sedang mereka lakukan.

Tapi, benarkah musik dapat mengganggu seseorang yang sedang menghafal sesuatu? Penelitian memang menunjukkan bahwa diam adalah faktor kunci untuk menghafal. Penelitian juga menganjurkan untuk tidak mendengarkan musik saat membaca, apalagi jika tujuannya untuk menghafalkan bacaannya

Dilansir dari Heathline, dalam artikel yang berjudul: ‘Music and Studying: It’s Complicated’, dikatakan bahwa musik bagi sebagian orang membantu mereka dalam bekerja dan belajar. Tapi penelitian juga mencatat bahwa suara sekecil apapun dapat mengganggu seseorang saat sedang belajar.

Bila ditarik lebih jauh, pokok persoalan disini bukanlah soal menghafal sesuatu atau tidak yang menyebabkan musik lantas dipersoalkan. Tapi soal pilihan mengambil sesuatu tindakan. Mendengar musik adalah suatu pilihan. Sama halnya tidak mendengarkan musik juga merupakan suatu pilihan. Dengan kata lain, menutup telinga adalah perkara pilihan. Saat orang lain menutup telinganya dan selama itu tidak mengganggu Anda, tidak ada yang salah bukan?

Ini sama analognya ketika memilih makanan. Saat Anda menyukai pecel ayam dan tak menyukai pecel lele misalnya, Anda tentu marah bila dikatakan bodoh oleh orang lain kenapa tidak menyukai makanan enak seperti pecel lele.

Ada hal lain yang nampaknya luput dari perhatian, seharusnya guru dan para santri diapresiasi karena mereka mengikuti anjuran Pemerintah untuk divaksin. Artinya, mereka melindungi diri sendiri dan juga orang lain.

Pada akhirnya hidup memang suatu pilihan. Bila kita ingin dihargai oleh orang lain dalam memilih sesuatu, maka hargailah pilihan yang orang lain tentukan. Bukan begitu kawan?

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

KOMENTAR

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!