Message of Monday – Senin, 9 Mei 2022 Setelah Mudik Berakhir Oleh: Sonny Wibisono *
"Kami tahu cara menghidupkan kembali ekonomi. Yang kami tidak tahu adalah bagaimana cara menghidupkan kembali orang yang sudah mati." -- Nana Akufo-Addo, Presiden Ghana
Perhelatan akbar tahun ini, yaitu mudik, akhirnya usai sudah. Diperkirakan sekitar 85 juta pemudik kembali ke kotanya masing-masing. Itu belum terhitung dengan para pendatang baru yang mencoba peruntungan di tempat barunya. Banyaknya pemudik tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya telah diprediksi sejak awal. Selama dua tahun sebelumnya saat pandemi melanda negeri ini, Pemerintah melarang masyarakat untuk mudik. Begitu diperbolehkan tahun ini, masyarakat tak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Bayangkan, sebanyak 1,9 juta kendaraan meninggalkan Jabodetabek selama periode 22 April hingga 2 Mei 2022 menuju berbagai kota di Jawa dan luar Pulau Jawa. Tak hanya Jabodetabek tentunya, arus pergerakan mudik juga terjadi di kota-kota lain. Membludaknya pemudik tahun ini membuat kota-kota yang dituju mengalami kepadatan kendaraan dan manusia yang luar biasa. Objek wisata, tempat keramaian, dan pusat kuliner di berbagai daerah penuh sesak oleh para pengunjung. Kemacetan parah terjadi diberbagai titik di kota-kota tujuan mudik.
Masyarakat terlihat begitu gembira dan antusias menyambut libur lebaran. Berbagai sektor, seperti pariwisata, transportasi, barang konsumsi, dan lainnya yang tadinya tiarap selama dua tahun, mulai menunjukkan tanda-tanda pergerakan bangkit. Ada yang mengatakan fenomena ini menandakan ekonomi mulai menggeliat. Benarkah demikian? Bisa ya, bisa juga tidak. Seorang kawan ekonom mengatakan, perekonomian dapat dikatakan menggeliat bila menunjukkan adanya tren kenaikan. Sedangkan yang terjadi saat libur lebaran kemarin merupakan fenomena sesaat saja. Jadi pergerakan ekonomi ini tak bisa dilihat dari satu sisi saja.
Harus diakui, kemajuan perekonomian saat ini masih belum membaik bila dibandingkan sebelum pandemi. Tetapi apapun itu, menggeliatnya roda perekonomian saat libur lebaran tahun ini setidaknya merupakan awal yang bagus dalam proses pemulihan. Hal ini patut kita syukuri. Yang perlu dilakukan ialah menjaga momentum ini dengan sebaik mungkin.
Ada satu hal yang juga perlu digarisbawahi. Ada keterkaitan langsung dengan membludaknya pemudik saat ini dengan pandemi sebelumnya akibat wabah virus corona. Mudik, sudah pasti membuat interaksi sosial begitu tinggi selama libur lebaran ini. Beberapa pakar memprediksi akan terjadi kenaikan penderita Covid-19 paska libur lebaran. Namun karena jumlah penerima vaksin Covid-19 sudah lebih banyak dibandingkan tahun 2021 lalu, lonjakan kasus diperkirakan tak akan separah tahun lalu.
Mengapa mudik tahun ini diperbolehkan? Sebulan menjelang mudik, terjadi tren penurunan angka penderita Covid-19 yang berlangsung secara konsisten. Setelah puncak gelombang ketiga pada 16 Februari 2022 yang sempat mencapai angka 64 ribu lebih penderita, kasus harian terus mengalami penurunan dari hari ke hari. Penurunan ini diiringi dengan kenaikan jumlah pasien sembuh harian. Positivity rate terus turun dan cenderung stabil di bawah angka 5%. Angka ini sesuai standar aman yang ditetapkan oleh WHO. Tingkat keterisian rumah sakit juga semakin turun, dari yang sempat dua digit, menjadi tinggal satu digit. Inilah, satu alasan yang membuat Pemerintah membolehkan mudik tahun ini. Tentu telah diperhitungkan secara masak dampak ikutannya.
Mudik baru saja usai. Ekonomi mulai terlihat bangkit. Walau begitu, kita tidak boleh lengah sedikitpun. Diharapkan masyarakat untuk tidak lengah menaati protokol kesehatan alias prokes meskipun telah melakukan vaksinasi dan angka kasus positif virus corona baru di Indonesia mulai menunjukkan penurunan. Masyarakat harus terus semangat menerapkan prokes kapan pun dan dimana pun. Pandemi sejatinya belum benar-benar berakhir. Ingat, bila kita menganggap remeh prokes ini, penyebaran virusnya dapat merajalela lagi. Mari kita saling mengingatkan dan melindungi satu sama lain.
Ditegaskan lagi, jangan hanya karena gegap gempita libur lebaran yang baru saja usai, dan ekonomi mulai terlihat bangkit, kita lalu menjadi lengah. Saya teringat apa yang diucapkan Presiden Ghana, Nana Akufo-Addo dalam sikap tegasnya menghadapi wabah virus corona dan keterkaitannya dengan pemulihan ekonomi di negaranya. Ia mengatakan, “We know how to bring the economy back to life. What we do not know is how to bring people back to life.” Katanya, "Kami tahu cara menghidupkan kembali ekonomi. Yang kami tidak tahu adalah bagaimana cara menghidupkan kembali orang yang sudah mati."
Mari kita berdoa bersama dengan mengetuk pintu langit, semoga perekonomian negeri ini benar-benar bangkit dalam rangka mensejahterakan rakyatnya dan pandemi benar-benar berlalu dari negeri ini.
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Foto: Pengunjung membludak membeli oleh-oleh Bakpia Patok di satu toko di Yogyakarta saat libur lebaran 2022 (dokumentasi pribadi)