Message of Monday – Senin, 19 Desember 2022
Setelah Qatar Selesai
Oleh: Sonny Wibisono *
"Ketika orang-orang berhasil, hal tersebut dikarenakan kerja keras. Keberuntungan tidak memiliki andil apa pun dalam sebuah kesuksesan."
-- Diego Maradona
Melalui pertarungan sengit yang mendebarkan, Argentina akhirnya menjadi kampiun Piala Dunia 2022 dengan mengalahkan Perancis melalui adu pinalti dengan skor 4-2. Selama 120 menit, permainan disuguhkan oleh kedua tim yang membuat jantung penonton berdegup kencang. Kedua tim menyuguhkan permainan yang atraktif dan menghibur. Para penggila sepak bola sepakat, bahwa inilah final terbaik piala dunia yang pernah diadakan.
Gelar juara yang diraih argentina makin lengkap setelah beberapa pemainnya menyabet penghargaan. Sang maestro, Lionel Messi yang mencetak dua gol di final tersebut, dinobatkan sebagai pemain terbaik selama turnamen dan berhak atas trofi Bola Emas. Sang penjaga gawang, Emiliano Martinez yang bermain cemerlang di final, mendapat penghargaan sebagai Kiper Terbaik. Lalu, Enzo Fernandez melengkapinya dengan menyabet gelar Pemain Muda Terbaik.
Sebelum Argentina juara, banyak kejutan terjadi selama perhelatan akbar ini digelar. Kejutan pertama terjadi saat Arab Saudi mengalahkan Argentina di babak penyisihan grup. Berikutnya Jepang, yang menggasak dua negara raksasa sepak bola, Spanyol dan Jerman, juga di babak penyisihan grup.
Korea Selatan juga lolos ke babak 16 besar setelah berhasil menumbangkan Portugal dalam laga yang menentukan di babak penyisihan grup. Dan tentunya kejutan yang paling fenomenal, lolosnya Maroko hingga ke semifinal. Maroko menjadi semifinalis pertama di piala dunia dari negara Afrika. Sebelumnya, Korea Selatan pernah menjadi semifinalis piala dunia 2002 saat di gelar di dua negara, Korea Selatan dan Jepang.
Hasil di Qatar ini juga menunjukkan bahwa sepak bola kini tak melulu didominasi negara-negara Eropa dan Amerika Latin. Sepak bola telah berkembang pesat di seluruh dunia. Kali ini, negara-negara Asia dan juga Afrika, tak bisa dipandang sebelah mata lagi.
Ada catatan yang perlu digaris bawahi pula, piala dunia kali ini mengajarkan bahwa tidak ada hasil yang didapatkan secara instan. Semua melalui proses.
Keberhasilan Jepang dan Korea Selatan lolos ke babak berikutnya karena ditunjang oleh
skill pemainnya, yang diasah melalui kompetisi yang ketat di negaranya. Beberapa pemain diantaranya bahkan merumput di liga Eropa. Keajaiban Maroko, pers menyebutnya demikian, sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang mengagetkan pula. Sebagian besar para pemainnya lahir dan merumput di daratan Eropa.
Pada akhirnya, dapat dipastikan bahwa sepak bola ditentukan oleh formula yang hampir baku, yaitu sistem serta kompetisi yang baik dan teratur. Jepang memulai sepak bola profesional dengan mendirikan J-League pada tahun 1992. Sedangkan Korea Selatan, yang merupakan langganan piala dunia, memulai kompetisi K-League pada tahun 1983. Padahal, Indonesia telah lebih dulu memulai sepak bola semi profesional pada tahun 1979 dengan membentuk Galatama. Bahkan Jepang sempat belajar ke Liga Indonesia yang kala itu masih bernama Galatama.
Negara-negara Afrika, walau kompetisinya tak sebaik negara-negara Eropa, tetapi mereka menyumbangkan banyak pemainnya untuk bermain di liga Eropa, seperti Inggris, Spanyol, Jerman, Italia, Belgia, dan lainnya. Beberapa pemain Asia lainnya, terutama dari Jepang dan Korea Selatan, juga merumput di Liga Eropa.
Bagaimana dengan Australia? Negara ini belum lama bergabung dengan Konfederasi Sepak bola Asia atau AFC. Sejak 2006, Australia bergabung dengan AFC setelah sebelumnya bernaung di Konfederasi Sepak bola Oseania atau OFC. Alasan Australia bergabung dengan AFC sangat jelas, yakni demi memperlebar peluang tampil di Piala Dunia. Dan hal itu akhirnya terbukti. Australia memulai debut sepak bola profesional dengan membentuk Australia-League pada musim 2005/2006.
Piala Dunia di Qatar menjadi piala dunia termahal sepanjang sejarah perhelatan ini digelar. Dana yang hampir tak terbatas dikeluarkan Qatar demi suksesnya acaranya ini. Walau begitu, segala sesuatunya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh negara ini. Qatar, walau negara kecil dalam jumlah penduduk dan wilayah, tapi merupakan satu negara terkaya di jazirah Arab.
Setelah edisi ke-22 di Qatar, jadwal berikutnya Piala Dunia di edisi 2026 akan digelar di tiga negara Amerika Utara, yaitu Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Jadwal Piala Dunia 2026 rencananya bakal dikembalikan pada musim panas. Piala Dunia 2026 dijadwalkan akan digelar pada Juni-Juli 2026.
Nah, pada Piala Dunia 2026 nantinya akan menjadi perhelatan bersejarah karena diikuti oleh 48 negara peserta dari enam konfederasi di bawah naungan FIFA. Piala Dunia 2022 yang baru saja berakhir diikuti oleh 32 negara. Kabarnya, Asia akan mendapat jatah 8 negara yang akan mentas di Piala Dunia 2026.
Ini kesempatan baik bagi Indonesia untuk dapat tampil di ajang Piala Dunia. Masih ada waktu untuk berbenah. Tentu segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan baik. Misalnya saja, PSSI harus memiliki SOP pengamanan pertandingan. Lalu jadwal pertandingan yang digelar di malam hari perlu dipertimbangkan lagi. Aturan main yang jelas dan tegas. Dan seabreg pekerjaan rumah lainnya yang harus segera diperbaiki.
Tragedi Kanjuruhan semoga menjadi titik balik bagi pembenahan sepak bola Indonesia. Bila sebagian negara Asia dan Afrika mampu unjuk gigi, maka tak ada yang tak mungkin bagi Indonesia. Ayo sepak bola Indonesia! Bangkitlah Timnas Indonesia!
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012
Photo by
Fauzan Saari on
Unsplash