a a a a a a a a a a a a a a a
Tak Hanya Cinta Saja yang Dipupuk dan Dirawat
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Tak Hanya Cinta Saja yang Dipupuk dan Dirawat
Tak Hanya Cinta Saja yang Dipupuk dan Dirawat

Tak Hanya Cinta Saja yang Dipupuk dan Dirawat

Message of Monday – Senin, 17 Oktober 2022
Tak Hanya Cinta Saja yang Dipupuk dan Dirawat
Oleh: Sonny Wibisono *

“If opportunity doesn't knock, build a door.”
-- Milton Berle

Dalam pekerjaan, ada satu hal yang saya selalu pegang. Biasanya saya konsisten untuk memakai jasa seseorang tanpa berganti menggunakan jasa orang lain bila ia terbukti cakap dan handal dalam satu pekerjaan. Bukan itu saja, dapat dipanggil sewaktu-waktu saat butuh cepat. Biasanya pula saya memberi ongkos kerja melebihi dari ekspektasinya. Ditambah pula, bayarannya terhitung tidak mahal. Bahkan terbilang murah. Maka tak heran, bila saya memanggilnya dadakan, ia langsung sigap datang.

Belum lama ini, saya membutuhkan jasanya. Saya pun mengirim pesan melalui pesan whatsapp. Tak ada respon sama sekali. Hanya contreng satu. Artinya pesan tidak masuk. Saya telepon berkali-kali, tidak tersambung. Saya mencoba mengirim pesan di media sosialnya. Lagi-lagi tak ada respon. Saya berdoa, semoga ia sehat-sehat saja tak kekurangan apapun, hanya masalah dengan teleponnya saja. Entah hilang, entah rusak.

Rupanya, bukan hanya saya yang mencarinya. Beberapa teman lainnya juga mencarinya untuk beberapa pekerjaan besar. Mereka pun sami mawon, kehilangan kontak. Saya pikir, ya sudah, lupakan dan cari penggantinya. Bukan berarti satu orang tak bisa dihubungi lantas pekerjaan tak diselesaikan sama sekali.

Selang beberapa hari kemudian, tetiba satu pesan masuk di whatsapp. Sang kolega yang dicari-cari tahu-tahu muncul. Tapi ia memakai nomor isterinya. Setelah berbasa-basi menanyakan soal kabar, barulah ia bercerita panjang lebar. Telepon selulernya ternyata mengalami error. Alias rusak. Seluruh daftar kontak nyaris terhapus tak berbekas.

Nah, darimana ia tahu nomor telepon saya? Ada satu nomor yang pernah ia catat di kertas, yaitu nomor telepon seorang rekan kantor. Sebenarnya ia telah menitip pesan ke rekan tersebut, bila suatu saat saya mencarinya, berikan nomor kontaknya yang baru. Atau berikan saja langsung nomor kontaknya ke saya tanpa menunggu saya mencarinya.

Faktanya, pesan itu tak pernah sampai ke saya. Akhirnya, entah mengapa, setelah berhari-hari, ia sendiri yang coba menghubungi saya dengan meminta nomor saya dari rekan kantor tersebut. Ah, mengapa tidak dari awal saja ia melakukan itu? Meminta nomor saya sehingga komunikasi langsung terjaga. Saya katakan saya sempat mencarinya untuk membutuhkan jasanya. Tapi pekerjaan itu sudah terselesaikan. Saya ceritakan pula bahwa teman lainnya juga mencarinya.

Peristiwa ini sesungguhnya membuat saya bertanya-tanya. Mengapa? Sang kolega merupakan ahli IT jempolan. Cukup aneh bila ia tak memiliki back-up sama sekali soal data kontak telepon. Padahal ia sendiri yang mewanti-wanti saya agar selalu rutin memback-up data, baik yang ada di telepon maupun di laptop. Bahkan untuk data di laptop, saya menyimpan lebih dari satu harddisk. Bila satu harddisk rusak, masih ada back-up yang lain.

Menyesalkah sang kolega? Tentu saja. Seandainya ia proaktif sejak awal. Dan tak perlu menunggu orang lain bertindak lebih dulu. Bila sang kolega berusaha menghubungi saya dengan cara apapun, tentu tak ada cerita bakal kehilangan kontak. Tak ada cerita pula ia harus kehilangan pendapatan.

Bicara soal pendapatan, sebenarnya selama ini ia memiliki usaha kuliner rumahan. Keahlian sebagai teknisi perangkat keras dan lunak merupakan pekerjaan sampingannya. Bersama isterinya, tiap hari ia membuka warung pecel lele dan ayam goreng di rumah orangtuanya. Tapi, pandemi memang memukul semuanya. Selain itu, banyak saingan sejenis di sekitar rumahnya. Belum lagi ia harus bersaing dengan kuliner lainnya. Keuntungannya hanya sekitar seratus ribu rupiah per hari. Itu pun ia bekerja hampir sehari penuh. Mulai dari pagi buta saat belanja ke pasar untuk pemenuhan kebutuhan warungnya, hingga malam hari berjualan sampai warungnya tutup. Pun, ia berjualan di rumah milik orangtuanya tanpa harus membayar sewa tempat. Bagaimana bila ia menyewa di tempat lain? Bisa-bisa malah nombok.

Nah, sampingan pekerjaan lainnya itulah yang membantunya selama ini dalam membiayai kehidupan sehari-harinya. Makanya, ia mengandalkan betul usaha sampingannya ini.

Bila ada orang yang mengatakan, ‘yah belum rezekinya’, mungkin ada benarnya. Tapi saya tak sepenuhnya sepakat. Rezeki itu harus dicari. Bukan rezeki yang mencari kita. Bukankah Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaumnya bila ia sendiri tak berusaha untuk mengubahnya? Tak lupa pula saya menegur sang rekan. Saya bilang, karena ia tak meneruskan pesan kolega ke saya, rezeki orang lain jadi melayang. Bukan cuma satu, tapi beberapa.

Balik lagi ke sang kolega. Ini satu pelajaran baginya. Pentingnya memback-up data. Tak melulu serba digital. Bahkan dengan catatan di kertas pun itu sudah membantu. Masih ingat zaman dulu di tahun 80-an, ketika kita menyimpan data nomor telepon di buku kecil semacam notes? Menyimpan data, apapun dan bagaimanapun caranya, juga merupakan satu cara ‘how to maintain our friendship.’ Karena, tak hanya cinta saja yang dipupuk dan dirawat. Bukan begitu kawan?

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

Photo by How Far From Home: https://www.pexels.com/photo/red-flower-on-white-sand-6788862/

KOMENTAR

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!