a a a a a a a a a a a a a a a
Terima Kasih untuk Hal yang Menjengkelkan
Message Of Monday

Message Of Monday

Home /
/ Terima Kasih untuk Hal yang Menjengkelkan
Terima Kasih untuk Hal yang Menjengkelkan

Terima Kasih untuk Hal yang Menjengkelkan

Message of Monday – Senin, 18 Juli 2022
Terima Kasih untuk Hal yang Menjengkelkan
Oleh: Sonny Wibisono *

“Be mindful. Be grateful. Be positive. Be true. Be kind.”
-- Roy T. Bennett

Dikeheningan pagi, saat jam masih menunjukkan pukul 3 pagi, Alefta memasuki mobilnya. Ia harus berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta. Jarak tempuh Pondok Gede menuju Bandara lumayan jauh. Lebih dari 40 km. Rencananya Alefta naik pesawat menuju Surabaya. Satu tugas dari kantor menantinya di sana.

Pesawatnya sendiri berangkat sekira jam 5 pagi. Maka itu, Alefta berangkat pagi buta sekali. Cukuplah waktu menuju ke sana plus untuk chek-in tiket. Tugas itu hanya satu hari, sore sudah selesai. Mengingat hal itu, mobilnya hendak diinapkan satu hari saja di Bandara. Bila naik taksi, ongkosnya sama dengan biaya parkir selama satu hari penuh. Jadi Alefta memutuskan membawa mobilnya sendiri.

Di perempatan lampu lalu lintas Pondok Gede, Alefta berhenti karena lampu menyala merah. Selepas perempatan itu, ia akan masuk tol. Waktu tempuh menuju Bandara sekira 40 menit hingga 1 jam. Berkendara santai saja dan tak perlu ngebut, karena masih banyak waktu, begitu pikir Alefta. Tapi, baru beberapa meter mobilnya melaju perlahan setelah lampu hijau menyala, sebuah mobil sedan dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan menyerobot lampu yang sudah menyala merah.

Tabrakan pun tak terhindarkan. Alefta tersentak kaget. Mobilnya ditabrak dengan cukup keras dari sisi kanan. Untungnya Alefta memakai sabuk pengaman. Ia sendiri tak mengalami cidera apapun. Hanya mobilnya mengalami kerusakan cukup parah. Depannya penyok. Radiator pecah. Ban sebelah kanan hampir lepas. Tak mungkin Alefta melanjutkan perjalanan lagi.

Sesaat Alefta berpikir apa yang harus dilakukan. Menelpon saudara atau teman meminta bantuan juga tak memungkinkan. Selain masih pagi buta, itu juga tak menolong Alefta untuk mengejar pesawatnya. Mobilnya ternyata ditabrak oleh remaja yang belum memiliki SIM.

Alefta tak lupa menelpon atasannya atas kejadian yang menimpanya. Mau tak mau ia harus mengurus mobilnya. Sang bos menyayangkan kejadian itu. Alefta merasa sial betul hari itu. Sudah mobilnya babak-belur karena ditabrak pengendara mobil yang belum memiliki SIM, masih ditambah pula dimarahi bosnya. Walau Alefta menjelaskan panjang lebar bahwa itu bukan semata karena kesalahannya, tetap saja sang bos menyalahkan Alefta mengapa tidak hati-hati sehingga terjadi tabrakan.

Tiket pun hangus. Tak ada waktu lagi lapor ke maskapai untuk membatalkan tiket. Karena tugas yang diamanahkannya penting, terpaksa Alefta menjadwal ulang penerbangan ke Surabaya. Jadwal kerja pun menjadi molor. Tapi kali ini sang bos membebankan Alefta yang menanggung dana perjalanan tiketnya. Alefta hanya bisa pasrah. Pikirnya, lengkap sudah deritanya.

Menjelang siang, entah mengapa, banyak sekali misscall dan pesan singkat masuk ke ponsel Alefta. Memang, saat Alefta mengurus mobilnya setelah menelpon bosnya, ia mematikan ponselnya. Sudah pusing dengan urusan ini, tak mau lagi Alefta diganggu hal printilan lainnya. Setelah dibaca, semua pesan bernada sama, menanyakan kabar Alefta. Dari pesan berantai yang muncul di ponsel itu juga, Alefta baru mengetahui telah terjadi kecelakaan pesawat di Teluk Jakarta. Ada pesawat jatuh setelah lepas landas dari Bandara. Dan itu pesawat yang seharusnya ditumpangi olehnya!

Tubuh Alefta langsung terasa gemetar. Jantungnya berdetak keras serasa mau copot. Selama beberapa detik, ia hanya bisa duduk termangu. Tak terasa, matanya dibasahi oleh air mata. Rupanya itu makna terjadinya tabrakan dini hari tadi. Tak henti-hentinya Alefta mengucap syukur. Tak berapa lama kemudian, ia mengabarkan berita kepada keluarga dan handai taulan bahwa ia sehat-sehat saja tak kekurangan sesuatu apapun.

Tadinya Alefta meratapi nasibnya, kini malah bersyukur hebat. Peristiwa di atas menunjukkan bahwa kita harus selalu berprasangka baik kepada Yang Di Atas. Itulah pula pentingnya mengapa kita harus selalu bersyukur dalam segala hal. Ingat, Tuhan tidak selalu mengirim hal atau orang baik kepada kita. Terkadang, Tuhan mengirim hal atau orang yang menjengkelkan untuk menyelamatkan kita. Waktulah yang akan membuktikannya.

Jadi bila ada peristiwa tidak enak yang menimpa kita, jangan berpikir negatif dulu. Bisa jadi ada makna di balik peristiwa itu. Hanya saja kita belum atau tidak tahu. So, jangan lupa bersyukur untuk segala hal. Bukan begitu kawan?

* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012

Photo by Clark Van Der Beken on Unsplash

KOMENTAR

Latest Post

Tergoda Isu ViralTergoda Isu Viral
Selamat Datang 2023Selamat Datang 2023!