Message of Monday – Senin, 28 Februari 2022 Time, Musk, Pandemi, dan Perubahan Oleh: Sonny Wibisono *
"Semua orang berpikir untuk mengubah dunia, tetapi tidak ada yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri." -- Leo Tolstoy
Saban tahun Majalah Time menerbitkan edisi Person of the Year yang menampilkan sosok pria atau wanita, komunitas, gagasan atau ide, bahkan sesuatu benda yang dapat dikategorikan memberi pengaruh kepada dunia. Memang hampir sebagian besar yang ditampilkan adalah sosok pria atau wanita. Tapi, apakah mereka semua dapat dikatakan orang baik? Tidak juga. Yang jelas, mereka dinilai telah memberikan satu titik dalam garis perubahan sejarah dunia.
Time memang secara rutin menampilkan Person of the Year sejak 1927. Jauh sebelum perang dunia pertama meletus. Kebanyakan dari mereka yang ditampilkan sebagai Person of the Year adalah pemimpin. Mengapa? Karena mereka memberikan pengaruh signifikan kepada dunia. Tak peduli pengaruh itu baik atau buruk.
Oleh karenanya, Time tak selalu menampilkan sosok yang diamini dan dikagumi banyak orang. Tahun 1938 dan 1939, dua tahun secara berurutan, Time menempatkan tokoh paling kontroversial sepanjang sejarah Time terbit. Adolf Hitler dan Josep Stalin dinobatkan sebagai Person of the Year pada tahun-tahun tersebut. Bahkan Stalin terpilih lagi tahun 1942 sebagai Person of the Year. Siapapun tahu sepak terjang kedua tokoh tersebut. Tentu hal ini mengundang komentar dan kritikan dari para pakar dan pengamat politik pada saat itu.
Banyak tokoh terpilih berulang kali. Walau secara tahun tidak berurutan. Sebagian besar terpilih dua kali. Rekor Person of the Year masih dipegang oleh Franklin D. Roosevelt yang wajahnya muncul tiga kali di Time pada tahun 1932, 1934, dan 1941. Tak melulu orang yang ditampilkan. Misalnya tahun 1982, Time menyematkan the computer sebagai Machine of the Year.
Nah, bagaimana tahun 2021 lalu? Pada 2021, Time menampilkan sosok Elon Musk. Dalam era digital seperti saat ini, tak sulit mencari tahu siapa Elon Musk. Namanya sering muncul dalam berbagai berita. Lantas, apa alasan Time memilih Musk sebagai Person of the Year 2021? Musk dinilai berhasil dalam menghadirkan berbagai inovasi di bidang teknologi. Inovasi-inovasi tersebut terbukti mendorong adanya transformasi dalam skala besar di masyarakat. Di situs resminya, Time mengatakan, pada 2021, Musk tak hanya muncul sebagai orang kaya di dunia, tetapi juga menjadi contoh nyata dari perubahan besar dalam masyarakat.
Pemilihan Musk sendiri bukannya tanpa kontroversi. Kurt Eichenwald mengatakan bahwa ini mungkin pilihan terburuk yang pernah ada. Eichenwald, penulis ternama yang telah menelurkan lima buku terlaris itu mengkritik pemilihan Musk sebagai Person of the Year. Menurutnya, masih banyak orang yang lebih berhak ketimbang Musk. Misalnya, penemu vaksin mRNA yang berhasil menyelamatkan jutaan nyawa bahkan mampu membangkitkan ekonomi global. Bukan hanya Eichenwald saja, banyak tokoh yang kecewa atas pilihan Time kali ini. Ada banyak alasan diajukan mengapa seharusnya bukan Musk. Musk diketahui malas membayar pajak, menolak adanya serikat buruh, bahkan menyepelekan pandemi Covid-19.
Terlepas dari kontroversinya, pemilihan dengan alasan yang melatarbelakanginya sudah dilakukan. Ada satu kata kunci tiap kali Time menampilkan something or person of the year di sampul majalahnya. Apa itu? Perubahan. Dengan kata lain, tiap tahun selalu ada perubahan yang terjadi di dunia ini. Selalu ada yang dipilih Time. Tak pernah absen sekalipun.
Tapi omong-omong, apa yang dimaksud dengan perubahan? Ada banyak teori. Perubahan menurut Atkinson dan Brooten adalah proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Orang bijak memang pernah berkata, tak ada yang berubah kecuali perubahan itu sendiri. Bila orang bijak bertitah, sulit untuk dibantah.
Cepat atau lambat, kehidupan manusia akan berubah. Suka atau tak suka. Saya teringat kisah seorang kolega. Sebelum era 90-an, program aplikasi pengelolaan teks, dokumen, dan laporan di komputer masih menggunakan WordPerfect alias WP. Penggunaan komputer saat itu masih menggunakan sistem DOS. Baru setelah itu Microsoft merambah masuk menggantikan DOS. Secara perlahan, program aplikasi WordPerfect digantikan oleh Microsoft Word. Nah, sang kolega tetap bertahan dengan menggunakan WP. Saat orang-orang sudah beralih menggunakan Microsoft Word, ia masih menggunakan WP. Hingga satu ketika, sang kolega diminta mengirim file dokumen yang dibutuhkan, tak ada seorangpun yang menggunakan WP. Semua rekannya sudah beralih ke Microsoft Word. Akhirnya, ia sendiri yang kebingungan. Percuma ia membuat dokumen karena tak ada yang bisa menggunakannya. Sejak itu, ia dipaksa untuk memakai Microsoft Word.
Musk membawa perubahan. Sang kolega dipaksa ikut perubahan. Kisah kolega sendiri memberikan hikmah sederhana. Kita harus siap dengan segala perubahan yang terjadi. Memang tak selamanya perubahan berkonotasi positif. Perubahan bisa membuat kehidupan seseorang atau sesuatu menjadi lebih baik. Begitu pula sebaliknya. Bisa jadi kita tak bisa menghindari adanya perubahan, tapi mau tak mau harus bisa beradaptasi dengannya. Menurut Barton Goldsmith Ph.D, beradaptasi terhadap perubahan positif sebenarnya sama sulitnya dengan menghadapi perubahan negatif.
Saat ini hampir seluruh negara di dunia mengalami pandemi akibat wabah virus Covid-19. Tak terkecuali negeri ini. Pandemi, membuat begitu banyak perubahan terjadi. Dampak pandemi memaksa masyarakat mau tak mau adaptif terhadap berbagai bentuk perubahan sosial yang terjadi. Sebagai anak bangsa, kita bisa memilih sekedar reaktif saja terhadap perubahan yang terjadi atau ikut serta mewarnai perubahan. Tiap orang dari kita sesungguhnya memiliki kesempatan untuk ikut mewarnai. Masalahnya, Anda peduli atau tidak. Mau atau tidak untuk ikut mewarnai perubahan. Semua itu pada akhirnya kembali kepada peran masing-masing pada diri sendiri. Bila ingin Indonesia menjadi lebih baik, pilihan terbaik ialah ikut mewarnai. Tentu perubahan positif yang dimaksud.
Ada satu keyakinan yang kuat, bahwa saya percaya, keadaan yang melanda negeri ini membuat kita semakin kokoh dan kuat, serta bersama-sama menyongsong perubahan ke arah Indonesia yang lebih baik. Sejarah pernah mencatat berulang kali, bangsa ini memiliki bukti dan reputasi untuk mampu keluar dari segala kesulitan. Semoga.
* Penulis buku ‘Message of Monday’, Elexmedia, 2009 dan Ref Grafika Publishing, 2012